Pemilihan Ketua dan pengurus Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (IPJI) Cabang Bima, memang akan berlangsung tanggal 15 Juni 2014.
Pemilihan Ketua dan pengurus Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (IPJI) Cabang Bima, memang akan berlangsung tanggal 15 Juni 2014. Namun, sejumlah nama kandidat untuk menjadi Ketua IPJI Cabang Bima sudah muncul dipermukaan. Diantaranya, Alfy Nahrudin yang akrab disapa Udin (Pimpred Barometer) , Sukur (Pimpred Lensa Post), Iwan Adi Setiawan (Pimpred Indo Timur), Doni (Pimpred Ampera),Dedi Andika (Pimpred Lentera Rakyat) dan Wahyudin (Pimpred Revolusi).Sementara, Icumbent yakni Haerunas (Aba Nas) memilih tidak ikut, karena memberi kesempatan bagi yang lain.
Sejumlah nama yang ikut dalam pemilihan salah satu ketua organisasi wartawan tersebut, mengaku optimis untuk menang pada pemilihan tersebut. Namun, untuk meraih kemenangan tidak hanya sebatas pengklaiman dan pengakuan semata. Melainkan, harus berjuang dan berusaha, serta memberikan konstribusi nyata untuk kemajuan organisasi. Sudahkah hal itu dilakukan untuk para kandidat?
Ketua Panitia, Haerunnas yang dikonfirmasi Koran Stabilitas Selasa (24/06) mengatakan, meski pemilihan akan dilangsungkan tanggal 15 Juli 2014, akan tetapi sudah ada beberapa nama yang menyatakan diri untuk maju sebagai kandidat Ketua Ipji Bima periode selanjutnya. Bahkan, nama-nama itu sudah memenuhi kreteria dan persyaratan yang telah ditentukan. “Nama-nama kandidat sudah ada, kepastian berapa jumlah yang ikut pada pemilihan itu, kita lihat nanti, “katanya.
Diakuinya, untuk setiap kandidat akan dibebankan biaya pendaftaran sebesar Rp. 250 ribu. Namun, itu bukan syarat utama yang harus dipenuhi masing-masing calon. Melainkan, ada criteria dan persyaratan yang harus dipenuhi. “Ada criteria dan syarat untuk menjadi kandidat, karena untuk menjadi Ketua Ipji tidak semudah yang dibayangkan. Jadi, tidak sekedar melunasi uang pendaftaran saja, “ujarnya.
Beragam cara, trik dan strategi dilakukan calon demi sebuah harapan untuk menang. Salah satu cara dan sudah dianggap lumrah, yakni metode bagi-bagi uang atau yang lebih trend disebut beli suara. Cara-cara seperti itu diduga tak hanya terjadi pada pentas demokrasi untuk pemilihan Calon Legislatif (Caleg), Pilgub dan Pemilihan Kepala Daerah, tapi diduga juga terjadi pada pemilihan Ketua dan pengurus organisasi lain.
Menanggapi dugaan praktek main uang yang dimainkan oknum calon Ketua Ipji Bima, Aba Nas (sapaan akrabnya) mengaku sudah menerima informasi tersebut. Bahkan, dirinya sudah melakukan komunikasi dengan calon yang diduga melakukan hal itu. Hanya saja, informasi seperti itu perlu dibuktikan. “Saya sudah komunikasikan soal dugaan itu dengan S. Hanya saja, kaitan dengan persoalan itu mesti dibuktikan sesuai fakta dilapangan, “tandasnya.
Lantas bagaimana tanggapan kandidat lain atas dugaan main uang pada pemilihan Ketua Ipji Bima, Pimpred Barometer, Alfy Nahrudin menegaskan, permainan uang pada pemilihan Ketua organisasi wartawan merupakan tindakan yang mencoreng citra organisasi. Sebab, wartawan merupakan panutan bagi masyarakat banyak. “Tindakan itu tidak pantas dilakukan, karena organisasi wartawan merupakan pedoman bagi masyarakat dan organisasi lain. Apalagi, 75 pemilih yang tergabung dalam Ipji merupakan pemilih cerdas, “terangnya.
Pada kesempatan itu, Udin juga menyampaikan rasa prihatin yang mendalam apabila praktek-praktek semacam itu terjadi. Sebab, keberadaan lembaga wartawan sebagai panutan bagi organisasi lain. “Mestinya, kita mengajar sekaligus memberikan pelajaran bagi masyarakat banyak, bukan malah sebaliknya memberikan contoh yang tidak baik. Lagipula, kalau pun ada oknum yang main uang pada pemilihan Ketua Ipji, lantas bagaimana cara untuk mengembalikan dana yang habis untuk beli suara dalam kaitan itu, “tuturnya. (KS-09)
Sejumlah nama yang ikut dalam pemilihan salah satu ketua organisasi wartawan tersebut, mengaku optimis untuk menang pada pemilihan tersebut. Namun, untuk meraih kemenangan tidak hanya sebatas pengklaiman dan pengakuan semata. Melainkan, harus berjuang dan berusaha, serta memberikan konstribusi nyata untuk kemajuan organisasi. Sudahkah hal itu dilakukan untuk para kandidat?
Ketua Panitia, Haerunnas yang dikonfirmasi Koran Stabilitas Selasa (24/06) mengatakan, meski pemilihan akan dilangsungkan tanggal 15 Juli 2014, akan tetapi sudah ada beberapa nama yang menyatakan diri untuk maju sebagai kandidat Ketua Ipji Bima periode selanjutnya. Bahkan, nama-nama itu sudah memenuhi kreteria dan persyaratan yang telah ditentukan. “Nama-nama kandidat sudah ada, kepastian berapa jumlah yang ikut pada pemilihan itu, kita lihat nanti, “katanya.
Diakuinya, untuk setiap kandidat akan dibebankan biaya pendaftaran sebesar Rp. 250 ribu. Namun, itu bukan syarat utama yang harus dipenuhi masing-masing calon. Melainkan, ada criteria dan persyaratan yang harus dipenuhi. “Ada criteria dan syarat untuk menjadi kandidat, karena untuk menjadi Ketua Ipji tidak semudah yang dibayangkan. Jadi, tidak sekedar melunasi uang pendaftaran saja, “ujarnya.
Beragam cara, trik dan strategi dilakukan calon demi sebuah harapan untuk menang. Salah satu cara dan sudah dianggap lumrah, yakni metode bagi-bagi uang atau yang lebih trend disebut beli suara. Cara-cara seperti itu diduga tak hanya terjadi pada pentas demokrasi untuk pemilihan Calon Legislatif (Caleg), Pilgub dan Pemilihan Kepala Daerah, tapi diduga juga terjadi pada pemilihan Ketua dan pengurus organisasi lain.
Menanggapi dugaan praktek main uang yang dimainkan oknum calon Ketua Ipji Bima, Aba Nas (sapaan akrabnya) mengaku sudah menerima informasi tersebut. Bahkan, dirinya sudah melakukan komunikasi dengan calon yang diduga melakukan hal itu. Hanya saja, informasi seperti itu perlu dibuktikan. “Saya sudah komunikasikan soal dugaan itu dengan S. Hanya saja, kaitan dengan persoalan itu mesti dibuktikan sesuai fakta dilapangan, “tandasnya.
Lantas bagaimana tanggapan kandidat lain atas dugaan main uang pada pemilihan Ketua Ipji Bima, Pimpred Barometer, Alfy Nahrudin menegaskan, permainan uang pada pemilihan Ketua organisasi wartawan merupakan tindakan yang mencoreng citra organisasi. Sebab, wartawan merupakan panutan bagi masyarakat banyak. “Tindakan itu tidak pantas dilakukan, karena organisasi wartawan merupakan pedoman bagi masyarakat dan organisasi lain. Apalagi, 75 pemilih yang tergabung dalam Ipji merupakan pemilih cerdas, “terangnya.
Pada kesempatan itu, Udin juga menyampaikan rasa prihatin yang mendalam apabila praktek-praktek semacam itu terjadi. Sebab, keberadaan lembaga wartawan sebagai panutan bagi organisasi lain. “Mestinya, kita mengajar sekaligus memberikan pelajaran bagi masyarakat banyak, bukan malah sebaliknya memberikan contoh yang tidak baik. Lagipula, kalau pun ada oknum yang main uang pada pemilihan Ketua Ipji, lantas bagaimana cara untuk mengembalikan dana yang habis untuk beli suara dalam kaitan itu, “tuturnya. (KS-09)
COMMENTS