Sejumlah dewan guru SMKN 10 Bima menilai manajemen sekolah dibawah pimpinan Edy Suherman S.Pdi, M.Si amburadul
Sejumlah dewan guru SMKN 10 Bima menilai manajemen sekolah dibawah pimpinan Edy Suherman S.Pdi, M.Si amburadul. Karena ,mereka menemukan sejumlah kejanggalan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi.
Dalam keterangan pers yang disampaikan pada wartawan, Wakasek Humas Industri, Jufriadi, S.E. AL, M.Si mengatakan, banyak kebijakan yang Edy Suherman tanpa sepengetahuan dewan guru lain. Diantaranya terkait pengelolaan administrasi dan keuangan. “Banyak hal yang jangal yang kami hadapi di SMKN 10 ini,” akunya.
Disebutkan diantaranya, pembelian tanah untuk membangun gedung sekolah. Dewan guru yang lain tidak mengetahui ada pembelian tanah untuk perluasan lahan sekolah. Termasuk berapa angka pasti tanah itu dibeli. “Tiba-tiba kami dikasih tahu, ada tanah yang dibeli untuk pembangunan sekolah oleh Pak Edy,” ceritanya.
Begitujuga dengan setiap ada bantuan pembangunan kelas baru, selalu saja dikerjakan sendiri. Sementara nama-nama yang tercantum dalam SK panitia pembangunan, hanya simbolis saja. “Kalau masalah anggaran, kami tidak bernah diajak untuk rapat. Selalu saja keputusan sendiri,” tuturnya.
Diakui memang ada rapat, namun hanya rapat dengan guru sukarela saja. Muhdar, S.Pd, suru senior SMKN 10 Bima menduga, dilibatkannya guru sukarela ini agar bisa dia kendalikan. Sementara dengan guru PNS, otomatis dia tidak bisa bergerak banyak. “Kami yang guru PNS tidak dianggap disekolah. Padahal kami punya peran lebih di sekolah itu. Apalagi kami adalah Wakasek,” sesalnya.
Walau selalu melibatkan guru Honorer lanjut dia, bukan berarti guru honorer tersebut mendapatkan perhatian khusus. Sebab, gaji guru honorer hanya dibayar beberapa bulan saja. “Gaji mereka (Guru honorer, Red) hanya dibayar tiga sampai empat bulan saja,” tambahnya.
Hal senada juga disampaikan Koordinator BK, Rukayah, S.Pd. Diakui, mereka sudah sering menanyakan kejelasan setiap ada bantuan yang diberikan pada sekolah kejuruan yang berlokasi di Palibelo ini, namun selalu direspon dengan emosi. “Ketika kami minta klarifikasi, maklah dijawab dengan marah-marah,” tuturnya.
Padahal lajut dia, niatan mereka baik, agar tercipta saling percaya antar guru atau pengurus SMKN 10 Bima. Dengan demikian, tugas dan kewajiban bisa dilaksanakan dengan baik.
Melihat kondisi iti, Wakasek Ketarunaan, M. Rifial Akbar, SE.AL berharap ada perhatian dari pemerintah daerah. Memberikan pembinaan khusus pada pimpinan SMKN 10 Bima, agar manajeman bisa lebih baik lagi. “Ini demi kemajuan dunia pendidikan kita,” tegasnya.
Dia juga berharap, agar Bupati Bima melali BKD Kabupaten Bima dapat menunjuk pejabat untuk menjadi Kepala TU pada sekolah setempat. Mengingat hingga saat ini, belum ada TU. Dengan demikian, kepala sekolah setempat tidak semena-mena dalam mengambil kebijakan. (KS-06)
Dalam keterangan pers yang disampaikan pada wartawan, Wakasek Humas Industri, Jufriadi, S.E. AL, M.Si mengatakan, banyak kebijakan yang Edy Suherman tanpa sepengetahuan dewan guru lain. Diantaranya terkait pengelolaan administrasi dan keuangan. “Banyak hal yang jangal yang kami hadapi di SMKN 10 ini,” akunya.
Disebutkan diantaranya, pembelian tanah untuk membangun gedung sekolah. Dewan guru yang lain tidak mengetahui ada pembelian tanah untuk perluasan lahan sekolah. Termasuk berapa angka pasti tanah itu dibeli. “Tiba-tiba kami dikasih tahu, ada tanah yang dibeli untuk pembangunan sekolah oleh Pak Edy,” ceritanya.
Begitujuga dengan setiap ada bantuan pembangunan kelas baru, selalu saja dikerjakan sendiri. Sementara nama-nama yang tercantum dalam SK panitia pembangunan, hanya simbolis saja. “Kalau masalah anggaran, kami tidak bernah diajak untuk rapat. Selalu saja keputusan sendiri,” tuturnya.
Diakui memang ada rapat, namun hanya rapat dengan guru sukarela saja. Muhdar, S.Pd, suru senior SMKN 10 Bima menduga, dilibatkannya guru sukarela ini agar bisa dia kendalikan. Sementara dengan guru PNS, otomatis dia tidak bisa bergerak banyak. “Kami yang guru PNS tidak dianggap disekolah. Padahal kami punya peran lebih di sekolah itu. Apalagi kami adalah Wakasek,” sesalnya.
Walau selalu melibatkan guru Honorer lanjut dia, bukan berarti guru honorer tersebut mendapatkan perhatian khusus. Sebab, gaji guru honorer hanya dibayar beberapa bulan saja. “Gaji mereka (Guru honorer, Red) hanya dibayar tiga sampai empat bulan saja,” tambahnya.
Hal senada juga disampaikan Koordinator BK, Rukayah, S.Pd. Diakui, mereka sudah sering menanyakan kejelasan setiap ada bantuan yang diberikan pada sekolah kejuruan yang berlokasi di Palibelo ini, namun selalu direspon dengan emosi. “Ketika kami minta klarifikasi, maklah dijawab dengan marah-marah,” tuturnya.
Padahal lajut dia, niatan mereka baik, agar tercipta saling percaya antar guru atau pengurus SMKN 10 Bima. Dengan demikian, tugas dan kewajiban bisa dilaksanakan dengan baik.
Melihat kondisi iti, Wakasek Ketarunaan, M. Rifial Akbar, SE.AL berharap ada perhatian dari pemerintah daerah. Memberikan pembinaan khusus pada pimpinan SMKN 10 Bima, agar manajeman bisa lebih baik lagi. “Ini demi kemajuan dunia pendidikan kita,” tegasnya.
Dia juga berharap, agar Bupati Bima melali BKD Kabupaten Bima dapat menunjuk pejabat untuk menjadi Kepala TU pada sekolah setempat. Mengingat hingga saat ini, belum ada TU. Dengan demikian, kepala sekolah setempat tidak semena-mena dalam mengambil kebijakan. (KS-06)
COMMENTS