Menghadapi momentum politik tersebut, masyarakat diingatkan untuk tidak saling menebar fitnah dan saling menjatuhkan sehingga menyebabkan timbulnya perselisihan diantara sesama.
Pesta demokrasi akbar untuk masyarakat Indonesia, tinggal menghitung hari lagi. Tepatnya Tanggal 9 Juli 2014 nanti, masyarakat akan memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia untuk lima tahun kedepan. Menghadapi momentum politik tersebut, masyarakat diingatkan untuk tidak saling menebar fitnah dan saling menjatuhkan sehingga menyebabkan timbulnya perselisihan diantara sesama.
Sebab siapapun yang akan menjadi Presiden, bukan saja menjadi Presiden bagi pendukungnya tetapi akan menjadi Presiden seluruh warga Indonesia. Baik yang berada dalam negeri maupun di luar negeri. Masyarakat juga diharapkan bisa saling saling menghormati, bersikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada.
“Ketika ada teman atau sauadara kita yang memilih nomor satu kita hormati, begitupun sebaliknya ketika ada yang memilih nomor dua juga kita hormati,” ingat Akademisi STKIP Taman Siswa Bima, Taufiqurrahman, M.Pd, kepada wartawan, Senin (7/6) siang.
Menurutnya, momentum Pilpres kali ini bertepatan dengan Bulan Ramadhan sehingga harus menjadi tameng untuk saling menjaga hati dan tindakan. Praktek menyimpang seperti politik uang mesti dihindari. Masyarakat jangan pernah menerima atau meminta uang kepada seseorang karena itu akan merugikan masyarakat sendiri.
“Yang halal saja kita tidak menikmatinya, apalagi yang haram. Terlebih dalam Islam secara tegas, suap menyuap diharamkan,” tegasnya.
Karenanya kata Taufiq, masyarakat jangan pernah berjanji untuk menerima atau meminta uang kepada siapapun untuk menghargakan suaranya pada Pilpres nanti. Apalagi, mengambil uang tapi tidak menusuknya itu sudah terjadi unsur penipuan yang besar.
Dirinya pun berharap, perbedaan pendapat dan pilihan dalam Pilpres tidak merusak dan mengancurkan hubungan silaturrahmi antara sesama. Terlebih perbedaan dijadikan sumber konflik. (KS-13)
Sebab siapapun yang akan menjadi Presiden, bukan saja menjadi Presiden bagi pendukungnya tetapi akan menjadi Presiden seluruh warga Indonesia. Baik yang berada dalam negeri maupun di luar negeri. Masyarakat juga diharapkan bisa saling saling menghormati, bersikap toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada.
“Ketika ada teman atau sauadara kita yang memilih nomor satu kita hormati, begitupun sebaliknya ketika ada yang memilih nomor dua juga kita hormati,” ingat Akademisi STKIP Taman Siswa Bima, Taufiqurrahman, M.Pd, kepada wartawan, Senin (7/6) siang.
Menurutnya, momentum Pilpres kali ini bertepatan dengan Bulan Ramadhan sehingga harus menjadi tameng untuk saling menjaga hati dan tindakan. Praktek menyimpang seperti politik uang mesti dihindari. Masyarakat jangan pernah menerima atau meminta uang kepada seseorang karena itu akan merugikan masyarakat sendiri.
“Yang halal saja kita tidak menikmatinya, apalagi yang haram. Terlebih dalam Islam secara tegas, suap menyuap diharamkan,” tegasnya.
Karenanya kata Taufiq, masyarakat jangan pernah berjanji untuk menerima atau meminta uang kepada siapapun untuk menghargakan suaranya pada Pilpres nanti. Apalagi, mengambil uang tapi tidak menusuknya itu sudah terjadi unsur penipuan yang besar.
Dirinya pun berharap, perbedaan pendapat dan pilihan dalam Pilpres tidak merusak dan mengancurkan hubungan silaturrahmi antara sesama. Terlebih perbedaan dijadikan sumber konflik. (KS-13)
COMMENTS