Begitu pemungutan suara selesai, hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei bermunculan hanya dalam hitungan beberapa jam.
Pemungutan suara Pemilu Presiden telah digelar 9 Juli 2014. Begitu pemungutan suara selesai, hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei bermunculan hanya dalam hitungan beberapa jam. Namun setelah itu publik dikejutkan karena terjadi perbedaan mencolok hasil hitung cepat antara lembaga survey satu dan lainnya.
Masing-masing lembaga survey tidak seragam dalam menentukan pasangan yang unggul. Untuk menyikapi hal itu, masyarakat dan pendukung kedua pasangan diminta untuk menunggu hasil perhitungan manual (real count) dari KPU sebagai acuan yang mempunyai legitimasi.
“Ketika ada perbedaan hasil quick count disinilah kita tidak bisa menerima sebagai kebenaran utama karena keberpihakan itu mempengaruhi hasil. Cara masyarakat yang paling tepat untuk menyikapi adalah kembali hasil yang akan diumumkan KPU tanggal 22 Juli,” kata Akademisi STKIP Taman Siswa Bima, Damhuji, M.Pd.
Menurut Damhuji, secara ilmiah hasil hitung cepat tentu saja pasti ada yang benar. Lembaga survey yang benar itu bisa jadi ada di kedua pihak pasangan yang diunggulkan. Untuk mengukurnya, hal utama yang dilihat adalah pengalaman dan latar belakang (track record) Lembaga Survey. Kedua katanya, yakni rangka ilmiah yang diantaranya seperti sampel, dan persebaran sampel.
Sebab diakuinya, ada lembaga survey yang jumlah sampelnya hanya sedikit. Meski itu memenuhi kriteria, tetapi semakin besar sampel akan semakin kecil kesalahannya (margin of error). Berikutnya, apa benar mereka mengambil sampel acak mewakili kelompok pemilih seperti agama, suku, dan budaya. “Bila unsur-unsur ini dipenuhi maka saya yakin tingkat akurasi perhitungan semakin mendekati kebenaran,” ujarnya.
Namun sebaliknya, apabila lembaga survey sudah tidak jujur dan bisa membohongi masyarakat, maka sudah bisa dipastikan mereka telah menghianati dunia akademis. Untuk membuktikan mana lembaga survey dengan metode hitung cepat yang ilmiah, sejumlah lembaga survey telah dipanggil Persepi. Sayangnya, mereka tidak mau hadir untuk menguji apa benar metode yang digunakan mengikuti kaidah ilmiah atau tidak. “Bisa jadi, sekelas lembaga survey kredibel pun menghianati kepercayaan publik dengan keluar dari independensi,” tuturnya.
Untuk itu, kembali dirinya menegaskan ketika ada perbedaan hasil hitung cepat masyarakat tidak boleh menerimanya sebagai kebenaran utama karena keberpihakan itu mempengaruhi hasil. Cara masyarakat paling tepat untuk menyikapi ketika ada perbedaan itu adalah kembali kepada KPU dengan menunggu pengumuman tanggal 22 Juli 2014 mendatang. (KS-13)
Masing-masing lembaga survey tidak seragam dalam menentukan pasangan yang unggul. Untuk menyikapi hal itu, masyarakat dan pendukung kedua pasangan diminta untuk menunggu hasil perhitungan manual (real count) dari KPU sebagai acuan yang mempunyai legitimasi.
“Ketika ada perbedaan hasil quick count disinilah kita tidak bisa menerima sebagai kebenaran utama karena keberpihakan itu mempengaruhi hasil. Cara masyarakat yang paling tepat untuk menyikapi adalah kembali hasil yang akan diumumkan KPU tanggal 22 Juli,” kata Akademisi STKIP Taman Siswa Bima, Damhuji, M.Pd.
Menurut Damhuji, secara ilmiah hasil hitung cepat tentu saja pasti ada yang benar. Lembaga survey yang benar itu bisa jadi ada di kedua pihak pasangan yang diunggulkan. Untuk mengukurnya, hal utama yang dilihat adalah pengalaman dan latar belakang (track record) Lembaga Survey. Kedua katanya, yakni rangka ilmiah yang diantaranya seperti sampel, dan persebaran sampel.
Sebab diakuinya, ada lembaga survey yang jumlah sampelnya hanya sedikit. Meski itu memenuhi kriteria, tetapi semakin besar sampel akan semakin kecil kesalahannya (margin of error). Berikutnya, apa benar mereka mengambil sampel acak mewakili kelompok pemilih seperti agama, suku, dan budaya. “Bila unsur-unsur ini dipenuhi maka saya yakin tingkat akurasi perhitungan semakin mendekati kebenaran,” ujarnya.
Namun sebaliknya, apabila lembaga survey sudah tidak jujur dan bisa membohongi masyarakat, maka sudah bisa dipastikan mereka telah menghianati dunia akademis. Untuk membuktikan mana lembaga survey dengan metode hitung cepat yang ilmiah, sejumlah lembaga survey telah dipanggil Persepi. Sayangnya, mereka tidak mau hadir untuk menguji apa benar metode yang digunakan mengikuti kaidah ilmiah atau tidak. “Bisa jadi, sekelas lembaga survey kredibel pun menghianati kepercayaan publik dengan keluar dari independensi,” tuturnya.
Untuk itu, kembali dirinya menegaskan ketika ada perbedaan hasil hitung cepat masyarakat tidak boleh menerimanya sebagai kebenaran utama karena keberpihakan itu mempengaruhi hasil. Cara masyarakat paling tepat untuk menyikapi ketika ada perbedaan itu adalah kembali kepada KPU dengan menunggu pengumuman tanggal 22 Juli 2014 mendatang. (KS-13)
COMMENTS