Beberapa waktu lalu, Kejaksaan Negeri Raba Bima memeriksa tiga orang calon tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek air bersih sebesar Rp.375 Juta tahun 2013 lalu.
Beberapa waktu lalu, Kejaksaan Negeri Raba Bima memeriksa tiga orang calon tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek air bersih sebesar Rp.375 Juta tahun 2013 lalu. Kini, jaksa kembali melakukan pemeriksaan terhadap mantan Direktur (Dirut) PDAM Bima, Irianto alias Toto Senin (18/8).
Kejari Raba Bima melalui Kasi Intelejen Lalu Muhammad Rasidin, SH saat ditemui wartawan di ruang kerjanya Selasa (19/8) pagi mengungkapkan, selain memeriksa mantan Dirut PDAM, Toto, pihaknya juga memeriksa Ikrudin selaku pengawas internal proyek tersebut. Mereka diperiksa sebagai saksi atas kasus dugaan korupsi yang melibatkan Sulhan dan Jaharudin yang diduga sebagai tersangkanya. “Keduanya kami periksa sebagai saksi dugaan korupsi proyek air bersih, “katanya.
Dari keterangan Irianto lanjutnya, yang pertama melakukan koordinasi terkait anggaran proyek tersebut yakni Jaharudin. Sebab, yang bersangkutan yang memiliki kewenangan di BPBD Kabupaten Bima. Setelah kegiatan dilakukan, Jaharudin memberikan uang ke Irianto sebanyak empat kali tahapan. Pemberian pertama yakni Rp. 86,4 juta, kuatansinya ada, pemberian kedua masih oleh Jaharudin sebagai insentif yakni Rp. 5 Juta. Tapi, Rp. 2 juta diberikan lagi ke Jaharudin, pemberian ketiga Rp. 10 Juta yang diterima Irianto di kediaman Jaharudin dan pemberian ke empat diterima di Kantornya sendiri sebesar Rp. 5 Juta. ”Total uang yang diterima Irianto dari Jaharudin yakni sebesar Rp. 101. 4 juta. Dari uang sebanyak itu, yang digunakan Irianto hanya Rp. 80 Juta. Sedangkan sisa dari uang Rp. 80 Juta itu, digunakan untuk kegiatan lainnya. Hal itu juga telah dikemukakan oleh bendahara PDAM yang kami periksa beberapa waktu lalu, ”sebutnya mengutip pernyataan Irianto saat diperiksa.
Dari kesepakan awal antara BPBD Kabupaten Bima dan PDAM Bima saat itu, pengangkutan air bersih harganya hanya Rp. 240 Ribu per tangki. Namun dalam laporan pertanggungjawaban BPBD, biaya pengangkutan air bersih itu mencapai Rp. 300 Ribu per tangkinya. ”Artinya, sisa Rp. 60 Ribu itu telah difiktifkan dan dipergunakan diluar dari kesepakatan awal. Anehnya, penggunaan Rp. 60 Ribu itu dengan alasan pembayaran insentif, ”ujarnya.
Seharusnya kata Lalu, air bersih yang harus didistribusikan itu ada sekitar 1.126 tangki. Namun yang disalurkan oleh PDAM Bima saat itu, hanya 413 tangki. Ini menandakan pekerjaan penyaluran air bersih itu telah difiktifkan dari penambahan bayaran air per tangkinya termasuk kurangnya jumlah air yang disalurkan ke masyarakat saat itu. ”Untuk selanjutnya, kami akan memeriksa beberapa orang lagi terkait kasus ini. Semoga dalam penanganannya tidak ada halangan,”katanya.
Pada kesempatan itu, Lalu juga membenarkan Toto dua kali mangkir dari paggilan Kejaksaan. Alasanya, yang bersangkutan dalam keadaan sakit.”Dia dipanggil sebagai saksi untuk dua orang tersangka itu, setelah panggilan ketiga dia datang dan memberikan keterangan,”tuturnya.
Pantauan wartawan Koran Stabilitas, mantan Direktur PDAM Bima Drs. Irianto alias Toto diperiksa Jaksa pada Senin (18/8) mulai dari pukul 10.00 Wita hingga pukul 14.30 Wita. Terlihat, isteri tercintanya sedang menunggu Toto di ruang tamu Kasi Intel Kejaksaan Negeri Raba Bima.(KS-05)
Dari keterangan Irianto lanjutnya, yang pertama melakukan koordinasi terkait anggaran proyek tersebut yakni Jaharudin. Sebab, yang bersangkutan yang memiliki kewenangan di BPBD Kabupaten Bima. Setelah kegiatan dilakukan, Jaharudin memberikan uang ke Irianto sebanyak empat kali tahapan. Pemberian pertama yakni Rp. 86,4 juta, kuatansinya ada, pemberian kedua masih oleh Jaharudin sebagai insentif yakni Rp. 5 Juta. Tapi, Rp. 2 juta diberikan lagi ke Jaharudin, pemberian ketiga Rp. 10 Juta yang diterima Irianto di kediaman Jaharudin dan pemberian ke empat diterima di Kantornya sendiri sebesar Rp. 5 Juta. ”Total uang yang diterima Irianto dari Jaharudin yakni sebesar Rp. 101. 4 juta. Dari uang sebanyak itu, yang digunakan Irianto hanya Rp. 80 Juta. Sedangkan sisa dari uang Rp. 80 Juta itu, digunakan untuk kegiatan lainnya. Hal itu juga telah dikemukakan oleh bendahara PDAM yang kami periksa beberapa waktu lalu, ”sebutnya mengutip pernyataan Irianto saat diperiksa.
Dari kesepakan awal antara BPBD Kabupaten Bima dan PDAM Bima saat itu, pengangkutan air bersih harganya hanya Rp. 240 Ribu per tangki. Namun dalam laporan pertanggungjawaban BPBD, biaya pengangkutan air bersih itu mencapai Rp. 300 Ribu per tangkinya. ”Artinya, sisa Rp. 60 Ribu itu telah difiktifkan dan dipergunakan diluar dari kesepakatan awal. Anehnya, penggunaan Rp. 60 Ribu itu dengan alasan pembayaran insentif, ”ujarnya.
Seharusnya kata Lalu, air bersih yang harus didistribusikan itu ada sekitar 1.126 tangki. Namun yang disalurkan oleh PDAM Bima saat itu, hanya 413 tangki. Ini menandakan pekerjaan penyaluran air bersih itu telah difiktifkan dari penambahan bayaran air per tangkinya termasuk kurangnya jumlah air yang disalurkan ke masyarakat saat itu. ”Untuk selanjutnya, kami akan memeriksa beberapa orang lagi terkait kasus ini. Semoga dalam penanganannya tidak ada halangan,”katanya.
Pada kesempatan itu, Lalu juga membenarkan Toto dua kali mangkir dari paggilan Kejaksaan. Alasanya, yang bersangkutan dalam keadaan sakit.”Dia dipanggil sebagai saksi untuk dua orang tersangka itu, setelah panggilan ketiga dia datang dan memberikan keterangan,”tuturnya.
Pantauan wartawan Koran Stabilitas, mantan Direktur PDAM Bima Drs. Irianto alias Toto diperiksa Jaksa pada Senin (18/8) mulai dari pukul 10.00 Wita hingga pukul 14.30 Wita. Terlihat, isteri tercintanya sedang menunggu Toto di ruang tamu Kasi Intel Kejaksaan Negeri Raba Bima.(KS-05)
COMMENTS