Kasus pembunuhan sadis warga Desa Sai, Murabi (25) beberapa hari lalu hingga saat ini masih menyisakan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan
Kasus pembunuhan sadis warga Desa Sai, Murabi (25) beberapa hari lalu hingga saat ini masih menyisakan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Sejumlah pihak sangat mengecam kasus kekerasan tersebut. Selain tidak manusiawi, pembunuhan juga terjadi pada saat hari raya Idul Fitri dan umat Islam merayakan hari kemenangan.
Menurut Sekretaris Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kabupaten Bima, Adiman Husain, S.PdI, umat Islam di Bima sudah mulai kehilangan nilai-nilai budaya yang selama ini dipelihara. Kekerasan kini seakan melekat dan menjadi tawaran solusi untuk menyelesaikan persoalan. Bahkan begitu bebas dipertontonkan ketika terjadi konflik antar kelompok, pemuda dan masyarakat.
Padahal kata Adiman, masyarakat Bima tidak memiliki budaya kekerasan apalagi memelihara konflik untuk menyelesaikan persoalan. Bertahun-tahun lamanya, Bima telah akrab dengan nilai-nilai luhur masyarakat yang mengakar dengan Islam. Tradisi Bima pun tak bisa dilepaskan dengan Islam selama perkembangannya.
“Sehingga lahir banyak filosofi yang menjadi prinsip hidup masyarakat Bima diantaranya Maja Labo Dahu, Katada pu rawi ma tedi katedi pu rawa ma tada, dan toho mpa ra nahu sura dou labo dana,” terangnya.
Karenanya lanjut dia, bercermin dari semakin tingginya angka kekerasan dan pembunuhan di Bima diharapkannya tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan lembaga adat bisa berperan dalam menciptakan rekondisi. Pemulihan mental dan spiritual masyarakat harus ditata kembali dengan nilai-nilai luhur budaya Bima yang positif.
Disisi lain jelasnya, penegakan hukum mesti menjadi perhatian lembaga hukum. Semua pelaku kejahatan harus diperlakukan adil dan sama di mata hukum. Jangan sampai muncul rasa ketidakpercayaan masyarakat sehingga menyebabkan main hakim sendiri menjadi pilihan. “Karena itu, kami mendorong pihak Kepolisian untuk mengusut semua kasus kejahatan tanpa tebang pilih dan mengadili para pelaku sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya.
Dia juga berharap kepada masyarakat agar menahan diri dan mempercayakan penegak hukum untuk menangkap pelaku pembunuhan. Tidak bertindak main hakim sendiri dan menyebabkan munculnya pertumpahan darah lagi antar sesama muslim. “Mudah-mudahan Idul Fitri kemarin menjadi catatan penting bagi kita semua untuk perbaikan kedepannya,” tandas dia. (KS-13)
Menurut Sekretaris Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kabupaten Bima, Adiman Husain, S.PdI, umat Islam di Bima sudah mulai kehilangan nilai-nilai budaya yang selama ini dipelihara. Kekerasan kini seakan melekat dan menjadi tawaran solusi untuk menyelesaikan persoalan. Bahkan begitu bebas dipertontonkan ketika terjadi konflik antar kelompok, pemuda dan masyarakat.
Padahal kata Adiman, masyarakat Bima tidak memiliki budaya kekerasan apalagi memelihara konflik untuk menyelesaikan persoalan. Bertahun-tahun lamanya, Bima telah akrab dengan nilai-nilai luhur masyarakat yang mengakar dengan Islam. Tradisi Bima pun tak bisa dilepaskan dengan Islam selama perkembangannya.
“Sehingga lahir banyak filosofi yang menjadi prinsip hidup masyarakat Bima diantaranya Maja Labo Dahu, Katada pu rawi ma tedi katedi pu rawa ma tada, dan toho mpa ra nahu sura dou labo dana,” terangnya.
Karenanya lanjut dia, bercermin dari semakin tingginya angka kekerasan dan pembunuhan di Bima diharapkannya tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan lembaga adat bisa berperan dalam menciptakan rekondisi. Pemulihan mental dan spiritual masyarakat harus ditata kembali dengan nilai-nilai luhur budaya Bima yang positif.
Disisi lain jelasnya, penegakan hukum mesti menjadi perhatian lembaga hukum. Semua pelaku kejahatan harus diperlakukan adil dan sama di mata hukum. Jangan sampai muncul rasa ketidakpercayaan masyarakat sehingga menyebabkan main hakim sendiri menjadi pilihan. “Karena itu, kami mendorong pihak Kepolisian untuk mengusut semua kasus kejahatan tanpa tebang pilih dan mengadili para pelaku sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya.
Dia juga berharap kepada masyarakat agar menahan diri dan mempercayakan penegak hukum untuk menangkap pelaku pembunuhan. Tidak bertindak main hakim sendiri dan menyebabkan munculnya pertumpahan darah lagi antar sesama muslim. “Mudah-mudahan Idul Fitri kemarin menjadi catatan penting bagi kita semua untuk perbaikan kedepannya,” tandas dia. (KS-13)
COMMENTS