Nampaknya, para orang tua di Kota Bima saat ini harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap sang buah hati.
Nampaknya, para orang tua di Kota Bima saat ini harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap sang buah hati. Pasalnya, Rabu (20/8) pagi kasus penculikan terhadap anak kembali menimpa siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Kota Bima, Pasya Moza Suzeta (8). Siswa kelas dua itu diduga diculik depan sekolah setempat saat pulang sekolah sekitar pukul 12.30 wita. Untungnya, korban berhasil ditemukan di jalan menuju Oi Fo’o dalam keadaan selamat.
Modus penculik terbilang cukup nekad dengan berpura-pura menjemput korban dan mengaku disuruh orangtuanya. Korban diberitahu ditunggu sang ibu di Pantai Kalaki saat hendak pulang menuju rumah yang tak jauh dari sekolah. Korban awalnya menolak setelah akhirnya diyakinkan pelaku dan dipaksa naik ke atas sepeda motor.
Dengan seragam sekolah masih melekat, korban pun tak dibawa ketujuan melainkan diajak berputar-putar. Dari sekolah di Lingkungan Tolomundu Kelurahan Paruga, korban dibawa berputar menuju Kelurahan Dara, Dana Taraha, Rabangodu dan akhirnya ditelantarkan di jalan sekitar pegunungan menuju Oi Fo’o atau tepatnya di simpang empat belakang terminal Kumbe.
Korban pertama kali ditemukan, Latief Kenda, S.Pd (54) saat kebetulan melintas sepulang mengajar di SMP Negeri 15 Kelurahan Oi Fo’o. Saat sampai di simpang empat tersebut, warga Panggi ini menemukan korban sedang menangis sendirian di pinggir jalan. Ia pun berhenti dan menghampiri perempuan mungil berambut panjang itu.
“Saat saya hampiri, anak itu semakin menangis. Tapi saya bilang jangan berteriak karena nanti saya dikira penculik,” ungkap guru yang mengenakan pakaian dinas ini di Kantor Polsek Rasanae Timur.
Setelah mendengar ucapannya, korban memeluk dirinya dan mengaku telah diculik. Korban juga memberitahukan sudah kehilangan kedua antingnya karena diambil penculik. “Saat tahu dia korban penculikan saya putuskan membawanya ke Polsek agar bisa diinformasikan kepada pihak keluarganya,” ujar Latief.
Beberapa saat setelah itu, orang tua korban, Wati (32) yang mendapatkan informasi datang ke Kantor Polsek. Suasana tangis dan haru pun pecah di dalam ruangan saat melihat sang buah hati. Wati memeluk anaknya dan merasa bersyukur tidak diapa-apakan penculik. “Tadi saya memang menyuruh sopir untuk menjemputnya karena masih kerja. Tiba-tiba saya kaget dapat informasi anak saya diculik setelah itu,” tutur karyawan Bank swasta ini sambil menangis.
Meski baru kelas SD, Korban, Pasya Moza Suzeta terlihat fasih menceritakan apa yang dialaminya saat ditanya pihak Kepolisian. Dia mengaku telah dipaksa pria berjaket coklat menggunakan sepeda motor jenis Honda Supra untuk dibawa ke ibunya di Kalaki, tapi ternyata dibawa ketempat lain. “Saya sudah nolak tadi tapi dipaksa. Trus tadi anting saya juga diambil,” ceritanya.
Kasus dugaan penculikan ini telah dilaporkan orang tua korban didampingi beberapa guru SDN 02 Kota Bima di Polres Bima Kota. Keluarga dan guru nampak terkejut dan simpati mengetahui korban diduga diculik. Sementara ini, kasus tersebut masih dalam penyelidikan Kepolisian dan pelaku belum diketahui identitasnya. (KS-13)
Modus penculik terbilang cukup nekad dengan berpura-pura menjemput korban dan mengaku disuruh orangtuanya. Korban diberitahu ditunggu sang ibu di Pantai Kalaki saat hendak pulang menuju rumah yang tak jauh dari sekolah. Korban awalnya menolak setelah akhirnya diyakinkan pelaku dan dipaksa naik ke atas sepeda motor.
Dengan seragam sekolah masih melekat, korban pun tak dibawa ketujuan melainkan diajak berputar-putar. Dari sekolah di Lingkungan Tolomundu Kelurahan Paruga, korban dibawa berputar menuju Kelurahan Dara, Dana Taraha, Rabangodu dan akhirnya ditelantarkan di jalan sekitar pegunungan menuju Oi Fo’o atau tepatnya di simpang empat belakang terminal Kumbe.
Korban pertama kali ditemukan, Latief Kenda, S.Pd (54) saat kebetulan melintas sepulang mengajar di SMP Negeri 15 Kelurahan Oi Fo’o. Saat sampai di simpang empat tersebut, warga Panggi ini menemukan korban sedang menangis sendirian di pinggir jalan. Ia pun berhenti dan menghampiri perempuan mungil berambut panjang itu.
“Saat saya hampiri, anak itu semakin menangis. Tapi saya bilang jangan berteriak karena nanti saya dikira penculik,” ungkap guru yang mengenakan pakaian dinas ini di Kantor Polsek Rasanae Timur.
Setelah mendengar ucapannya, korban memeluk dirinya dan mengaku telah diculik. Korban juga memberitahukan sudah kehilangan kedua antingnya karena diambil penculik. “Saat tahu dia korban penculikan saya putuskan membawanya ke Polsek agar bisa diinformasikan kepada pihak keluarganya,” ujar Latief.
Beberapa saat setelah itu, orang tua korban, Wati (32) yang mendapatkan informasi datang ke Kantor Polsek. Suasana tangis dan haru pun pecah di dalam ruangan saat melihat sang buah hati. Wati memeluk anaknya dan merasa bersyukur tidak diapa-apakan penculik. “Tadi saya memang menyuruh sopir untuk menjemputnya karena masih kerja. Tiba-tiba saya kaget dapat informasi anak saya diculik setelah itu,” tutur karyawan Bank swasta ini sambil menangis.
Meski baru kelas SD, Korban, Pasya Moza Suzeta terlihat fasih menceritakan apa yang dialaminya saat ditanya pihak Kepolisian. Dia mengaku telah dipaksa pria berjaket coklat menggunakan sepeda motor jenis Honda Supra untuk dibawa ke ibunya di Kalaki, tapi ternyata dibawa ketempat lain. “Saya sudah nolak tadi tapi dipaksa. Trus tadi anting saya juga diambil,” ceritanya.
Kasus dugaan penculikan ini telah dilaporkan orang tua korban didampingi beberapa guru SDN 02 Kota Bima di Polres Bima Kota. Keluarga dan guru nampak terkejut dan simpati mengetahui korban diduga diculik. Sementara ini, kasus tersebut masih dalam penyelidikan Kepolisian dan pelaku belum diketahui identitasnya. (KS-13)
COMMENTS