Setiap tahun, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima selalu mencetak para sarjana calon pendidik.
Setiap tahun, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima selalu mencetak para sarjana calon pendidik. Sebagai bentuk penghargaan, pihak kampus juga mengumumkan lulusan terbaik yang mendapatkan nilai IPK tertinggi. Mereka yang terpilih itu akan diberikan kesempatan untuk menjadi dosen dan mendapatkan beasiswa mengikuti program studi lanjutan.
Menariknya, sebagian besar lulusan terbaik di kampus keguruan itu selalu didominasi anak petani setiap tahunnya. Hal itu tentu menjadi catatan tersendiri bagi mahasiswa dan kampus bahwa sesungguhnya kesempatan berprestasi terbuka untuk siapa saja tanpa memandang status serta kemampuan ekonomi. Seperti pada wisuda angkatan VII tahun 2014 ini, dari 15 wisudawan terbaik sebagian besar didominasi anak petani dan anak dari orang tua yang tidak mampu.
Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr. Ibnu Khaldun, M.Si mengaku, mahasiswa yang menempuh pendidikan di kampus yang dipimpinnya memang rata-rata berasal dari keluarga petani dan tidak mampu. Semangat orang tua dan mahasiswa yang tinggi membuat masalah ekonomi itu bukanlah halangan untuk meraih prestasi. Justru, kondisi tersebut menjadi motivasi mahasiswa untuk berkompetisi menjadi yang terbaik.
“Hampir sebagian besar lulusan terbaik disini merupakan anak petani dan berasal dari keluarga tidak mampu. Tapi mereka mampu mengukir prestasi dan tercatat hampir 20 orang atau sekitar 50 persen kami rekrut untuk menjadi dosen dan mendapatkan kesempatan beasiswa menempuh pendidikan S2,” kata doktor lulusan Fakultas Fisip Universitas Indonesia ini usai prosesi wisuda angkatan VII, Sabtu (27/9) kemarin.
Ibnu mengatakan, moto kampus ingin menciptakan pendidikan yang beradab menjadi motivasi untuk terus melakukan perubahan akselerasi keunggulan. Tidak hanya mencetak lulusan calon guru tetapi mencetak sarjana yang handal, berkualitas dan siap mengisi lapangan pekerjaan. “Bentuk perhatian kampus dengan memberikan beasiswa menjadi fase agar mahasiswa dari kalangan anak petani bisa meraih cita-cita,” terangnya.
Salah satu lulusan terbaik dari Program Studi Matematika, Imam Al Ghazali (22), mengaku bangga dengan torehan prestasi yang diraihnya saat ini. Catatan IPK 3,47 merupakan buah kerja keras, ketekunan dan kesabarannya selama empat tahun kuliah. Pretasi itu tidak terlepas dari dukungan penuh dan do’a orang tua.
Selain itu, motivasi yang diberikan pihak kampus mendorong dirinya untuk giat belajar. “Ibu pernah meneteskan air mata memotivasi saya untuk kuliah. Mudah-mudahan prestasi ini dapat mengganti air mata ibu saya,” kata anak petani asal Desa Tumpu Kecamatan Bolo ini.
Selain Imam, ada Lukman (21) dari Program Studi Matematika dengan IPK 3,61 asal Desa Ntonggu Kecamatan Palibelo dan Ita Purnama (22) dari Program Studi Bahasa Inggris dengan IPK 3,45 asal Kelurahan Bedi, Kota Bima. Keduanya merupakan lulusan terbaik yang juga sangat gigih untuk meraih prestasi meski dengan segala keterbatasan ekonomi orang tua. (KS-13/Advetorial)
Menariknya, sebagian besar lulusan terbaik di kampus keguruan itu selalu didominasi anak petani setiap tahunnya. Hal itu tentu menjadi catatan tersendiri bagi mahasiswa dan kampus bahwa sesungguhnya kesempatan berprestasi terbuka untuk siapa saja tanpa memandang status serta kemampuan ekonomi. Seperti pada wisuda angkatan VII tahun 2014 ini, dari 15 wisudawan terbaik sebagian besar didominasi anak petani dan anak dari orang tua yang tidak mampu.
Ketua STKIP Taman Siswa Bima, Dr. Ibnu Khaldun, M.Si mengaku, mahasiswa yang menempuh pendidikan di kampus yang dipimpinnya memang rata-rata berasal dari keluarga petani dan tidak mampu. Semangat orang tua dan mahasiswa yang tinggi membuat masalah ekonomi itu bukanlah halangan untuk meraih prestasi. Justru, kondisi tersebut menjadi motivasi mahasiswa untuk berkompetisi menjadi yang terbaik.
“Hampir sebagian besar lulusan terbaik disini merupakan anak petani dan berasal dari keluarga tidak mampu. Tapi mereka mampu mengukir prestasi dan tercatat hampir 20 orang atau sekitar 50 persen kami rekrut untuk menjadi dosen dan mendapatkan kesempatan beasiswa menempuh pendidikan S2,” kata doktor lulusan Fakultas Fisip Universitas Indonesia ini usai prosesi wisuda angkatan VII, Sabtu (27/9) kemarin.
Ibnu mengatakan, moto kampus ingin menciptakan pendidikan yang beradab menjadi motivasi untuk terus melakukan perubahan akselerasi keunggulan. Tidak hanya mencetak lulusan calon guru tetapi mencetak sarjana yang handal, berkualitas dan siap mengisi lapangan pekerjaan. “Bentuk perhatian kampus dengan memberikan beasiswa menjadi fase agar mahasiswa dari kalangan anak petani bisa meraih cita-cita,” terangnya.
Salah satu lulusan terbaik dari Program Studi Matematika, Imam Al Ghazali (22), mengaku bangga dengan torehan prestasi yang diraihnya saat ini. Catatan IPK 3,47 merupakan buah kerja keras, ketekunan dan kesabarannya selama empat tahun kuliah. Pretasi itu tidak terlepas dari dukungan penuh dan do’a orang tua.
Selain itu, motivasi yang diberikan pihak kampus mendorong dirinya untuk giat belajar. “Ibu pernah meneteskan air mata memotivasi saya untuk kuliah. Mudah-mudahan prestasi ini dapat mengganti air mata ibu saya,” kata anak petani asal Desa Tumpu Kecamatan Bolo ini.
Selain Imam, ada Lukman (21) dari Program Studi Matematika dengan IPK 3,61 asal Desa Ntonggu Kecamatan Palibelo dan Ita Purnama (22) dari Program Studi Bahasa Inggris dengan IPK 3,45 asal Kelurahan Bedi, Kota Bima. Keduanya merupakan lulusan terbaik yang juga sangat gigih untuk meraih prestasi meski dengan segala keterbatasan ekonomi orang tua. (KS-13/Advetorial)
COMMENTS