Sikap pengurus KONI Dompu, yang melaporkan kasus pengerusakan dan pembakaran inventaris keranah hukum disesalkan sejumlah pengurus cabang olahraga (cabor) di Kabupaten Dompu.
Sikap pengurus KONI Dompu, yang melaporkan kasus pengerusakan dan pembakaran inventaris keranah hukum disesalkan sejumlah pengurus cabang olahraga (cabor) di Kabupaten Dompu. Padahal, selama ini para atlet sudah memberikan kontribusi terhadap daerah setempat, dengan meraih prestasi dibidang olah raga.
“Harusnya KONI Dompu sebagai pengayom dan pelindung atlet bersikap bijak atas persoalan itu. Apa yang dilakukan pengurus KONI Dompu bukan dari bagian atlet berprestasi peraih medali Porprof,” sorot salah satu pengurus cabor Dompu, Jhon Edison ST kepada wartawan.
Menurut Edison, sikap KONI Dompu seolah-olah tidak peduli dan terkesan tidak menjadi bagian dari atlet berprestasi peraih medali Porprov. Selain memposisikan diri sebagai musuh bagi atlet, sikap itu juga dianggap sebagai sebuah langkah yang tidak bijak dan ngawur.
Harusnya, kata Edison, KONI bisa menata diri dan tidak melihat persoalan itu sebagai sesuatu hal yang fatal, tapi lebih karena kehilafan atlet. Sebab, reaksi yang ditunjukan atlet sepengetahunya adalah sebuah sikap yang wajar. Apalagi, saat itu atlet menuntut hak yang tidak dapat dipenuhi KONI setempat. “Ini sejarah baru bagi dunia olahraga Dompu, dimana KONI yang harusnya memposisikan diri sebagai pengayom atlet telah mempolisikan atlet berprestasi peraih medali porprof,” sesalnya.(KS-10)
“Harusnya KONI Dompu sebagai pengayom dan pelindung atlet bersikap bijak atas persoalan itu. Apa yang dilakukan pengurus KONI Dompu bukan dari bagian atlet berprestasi peraih medali Porprof,” sorot salah satu pengurus cabor Dompu, Jhon Edison ST kepada wartawan.
Menurut Edison, sikap KONI Dompu seolah-olah tidak peduli dan terkesan tidak menjadi bagian dari atlet berprestasi peraih medali Porprov. Selain memposisikan diri sebagai musuh bagi atlet, sikap itu juga dianggap sebagai sebuah langkah yang tidak bijak dan ngawur.
Harusnya, kata Edison, KONI bisa menata diri dan tidak melihat persoalan itu sebagai sesuatu hal yang fatal, tapi lebih karena kehilafan atlet. Sebab, reaksi yang ditunjukan atlet sepengetahunya adalah sebuah sikap yang wajar. Apalagi, saat itu atlet menuntut hak yang tidak dapat dipenuhi KONI setempat. “Ini sejarah baru bagi dunia olahraga Dompu, dimana KONI yang harusnya memposisikan diri sebagai pengayom atlet telah mempolisikan atlet berprestasi peraih medali porprof,” sesalnya.(KS-10)
COMMENTS