Kamarni, warga RT 05 RW O3 Desa Tambe, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sudah hampir empat tahun berbaring di rumahnya.
Kamarni, warga RT 05 RW O3 Desa Tambe, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima sudah hampir empat tahun berbaring di rumahnya. Gadis berusia 21 tahun ini didiagnosa menderita penyakit Kista. Kondisi perutnya kian membesar dari waktu ke waktu. Bahkan karena tak punya biaya untuk berobat, ukuran perut anak terakhir dari enam bersaudara ini sudah menutup tubuhnya.
Sehari-hari, tidak ada aktvitas yang bisa dilakukannya selain berbaring ditempat tidur dan pergi ke sungai untuk mandi dan buang air. Keceriaan gadis belia ini mulai hilang, sejak duduk di bangku SMA kelas dua. Awalnya, Ia hanya menderita gatal-gatal diperut dan lama kelamaan tak menyangka perutnya membesar. Meski begitu, anak dari pasangan Dao M. Ali dan Ramlah ini tidak merasakan sakit.
Menginjak kelas tiga, kondisi perut Kamarni mulai menghambat aktivitas sekolahnya di MAN 3 Bima karena terus membesar. Ia pun tak dapat melanjutkan ujian akhir sekolah dan terpaksa hanya bisa beristrahat di rumah. Upaya untuk sembuh dilakukannya dengan memeriksa ke dokter di Bima. “Dokter di Bima bilang penyakit saya tumor. Trus ke Mataram tahun 2012 dibilang penyakit kista,” kisah Kamarni ditemui di kediamannya di Tambe, kemarin.
Oleh dokter di Mataram, Ia lantas diminta dibawa ke Denpasar untuk operasi. Hanya saja, niat untuk operasi tersebut urung lantaran orang tua Kamarni yang tergolong tidak mampu tidak memiliki biaya. Itu pun untuk biaya ke Mataram, pihak keluarga terpaksa berhutang.
Sejauh ini, Kamarni belum pernah mendapat bantuan resmi dari Pemerintah daerah. Keluarga Kamarni pernah melaporkan ke aparat Desa namun belum mendapat respon hingg kini. Laporan tersebut disampaikan sekitar tahun 2013. Selama ini bantuan yang diterima bersifat sporadik termasuk bantuan dari Gubernur saat berkampanye. “Saat itu Gubernur kasih bantuan sebesar Rp. 5 Juta,” ujarnya.
Selain Gubernur, pihak sekolah tempat dia belajar juga pernah membantu setelah mengetahui penyakit yang dideritanya. Namun saat itu bantuan yang diberikan “Kalau Kepala Desa sama sekali gak datang, apalagi kasih bantuan,” tandas Kamarni. Kini akibat penyakitnya tersebut, Kamarni hanya bisa duduk dalam ruangan rumahnya yang berukuran sempit.
Lantaran beban perut yang cukup berat, aktifitasnya pun terbatas. Namun untuk urusan buang hajat, Kamarni tetap melakukannya sendiri. Hanya saja, tidak bisa berlama-lama lantaran perutnya yang berat tersebut. Dia sangat berharap, mendapat bantuan dari Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Propinsi agar bisa sembuh. Dibenaknya, Kamarni sangat ingin kembali melanjutkan bangku sekolah yang ditinggalkannya sejak kelas 2.
Kakak kedua Kamani, Ibrahim, juga menuturkan hal yang sama. Pria berperawakan kurus ini sangat berharap agar adiknya segera dioperasi. Namun, kondisi keluarga yang jauh dari berkecukupan membuat pihaknya pasrah dan menunggu uluran pemerintah maupun donatur. Sementara dia dan kedua orang tuanya, tak mampu untuk mengumpulkan uang. Sebab, sehari-harinya hanya sebagai buruh tani sementara orang tuanya hanya sebagai pemikul garam di tambak. “Sehari-hari kami hanya bekerja sebagai buruh tani, mengumpulkan sisa-sisa padi orang disawah,” tutur Ibrahim yang diamini oleh warga lain yang juga ikut berkunjung.
Kepala Desa Tambe, Nurdin Azrun yang dikonfirmasi mengaku telah mengetahui kondisi Kamarni sejak empat tahun lalu. Bahkan, Mantan Bupati Bima sebelumnya, Almarhum H Ferry Zulkarnai, ST, ikut bertandang ke rumahnya dan memberikan bantuan uang. Namun soal kondisinya saat ini tidak tahu lagi karena menduga sudah sembuh. “Katanya di Mataram perutnya disedot dan mengeluarkan air banyak. Untuk sekarang kita belum pernah melaporkan kepada Bupati,” tandasnya. (KS-13)
Sehari-hari, tidak ada aktvitas yang bisa dilakukannya selain berbaring ditempat tidur dan pergi ke sungai untuk mandi dan buang air. Keceriaan gadis belia ini mulai hilang, sejak duduk di bangku SMA kelas dua. Awalnya, Ia hanya menderita gatal-gatal diperut dan lama kelamaan tak menyangka perutnya membesar. Meski begitu, anak dari pasangan Dao M. Ali dan Ramlah ini tidak merasakan sakit.
Menginjak kelas tiga, kondisi perut Kamarni mulai menghambat aktivitas sekolahnya di MAN 3 Bima karena terus membesar. Ia pun tak dapat melanjutkan ujian akhir sekolah dan terpaksa hanya bisa beristrahat di rumah. Upaya untuk sembuh dilakukannya dengan memeriksa ke dokter di Bima. “Dokter di Bima bilang penyakit saya tumor. Trus ke Mataram tahun 2012 dibilang penyakit kista,” kisah Kamarni ditemui di kediamannya di Tambe, kemarin.
Oleh dokter di Mataram, Ia lantas diminta dibawa ke Denpasar untuk operasi. Hanya saja, niat untuk operasi tersebut urung lantaran orang tua Kamarni yang tergolong tidak mampu tidak memiliki biaya. Itu pun untuk biaya ke Mataram, pihak keluarga terpaksa berhutang.
Sejauh ini, Kamarni belum pernah mendapat bantuan resmi dari Pemerintah daerah. Keluarga Kamarni pernah melaporkan ke aparat Desa namun belum mendapat respon hingg kini. Laporan tersebut disampaikan sekitar tahun 2013. Selama ini bantuan yang diterima bersifat sporadik termasuk bantuan dari Gubernur saat berkampanye. “Saat itu Gubernur kasih bantuan sebesar Rp. 5 Juta,” ujarnya.
Selain Gubernur, pihak sekolah tempat dia belajar juga pernah membantu setelah mengetahui penyakit yang dideritanya. Namun saat itu bantuan yang diberikan “Kalau Kepala Desa sama sekali gak datang, apalagi kasih bantuan,” tandas Kamarni. Kini akibat penyakitnya tersebut, Kamarni hanya bisa duduk dalam ruangan rumahnya yang berukuran sempit.
Lantaran beban perut yang cukup berat, aktifitasnya pun terbatas. Namun untuk urusan buang hajat, Kamarni tetap melakukannya sendiri. Hanya saja, tidak bisa berlama-lama lantaran perutnya yang berat tersebut. Dia sangat berharap, mendapat bantuan dari Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Propinsi agar bisa sembuh. Dibenaknya, Kamarni sangat ingin kembali melanjutkan bangku sekolah yang ditinggalkannya sejak kelas 2.
Kakak kedua Kamani, Ibrahim, juga menuturkan hal yang sama. Pria berperawakan kurus ini sangat berharap agar adiknya segera dioperasi. Namun, kondisi keluarga yang jauh dari berkecukupan membuat pihaknya pasrah dan menunggu uluran pemerintah maupun donatur. Sementara dia dan kedua orang tuanya, tak mampu untuk mengumpulkan uang. Sebab, sehari-harinya hanya sebagai buruh tani sementara orang tuanya hanya sebagai pemikul garam di tambak. “Sehari-hari kami hanya bekerja sebagai buruh tani, mengumpulkan sisa-sisa padi orang disawah,” tutur Ibrahim yang diamini oleh warga lain yang juga ikut berkunjung.
Kepala Desa Tambe, Nurdin Azrun yang dikonfirmasi mengaku telah mengetahui kondisi Kamarni sejak empat tahun lalu. Bahkan, Mantan Bupati Bima sebelumnya, Almarhum H Ferry Zulkarnai, ST, ikut bertandang ke rumahnya dan memberikan bantuan uang. Namun soal kondisinya saat ini tidak tahu lagi karena menduga sudah sembuh. “Katanya di Mataram perutnya disedot dan mengeluarkan air banyak. Untuk sekarang kita belum pernah melaporkan kepada Bupati,” tandasnya. (KS-13)
COMMENTS