Hari itu, sejumlah wartawan dari berbagai media Cetak dan Elektronik, antusias menempuh Desa Karampi Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.
Oleh : Noval Stabilitas
Hari itu, sejumlah wartawan dari berbagai media Cetak dan Elektronik, antusias menempuh Desa Karampi Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Walaupun jarak tempuh yang sangat jauh dan memaksa mereka harus menumpangi Sampan Fiberglass untuk menyebrangi lautan lepas, sedikitpun tidak mematahkan semangat juang para awak media ini.
Hal tersebut, semata-mata demi memperjuangkan hak masyarakat melalui ujung lensa yang tumpul tapi menggemparkan. Bersama Tim Terpadu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima yang turun meninjau kondisi masyarakat Empat Desa di Kecamatan Langgudu Selasa (14/10) lalu, terus memantik ujung lensa Jurnalis yang terkesimak melihat kondisi ribuan masyarakat yang histeris kekurangan pangan akibat gagal panen itu. Saat para tim dan awak media sampai dipinggir pantai Dusun Sabali Desa Karampi, disambut hangat oleh para ibu-ibu yang sedang mengiris Gadung (Le’de).
Terlihat miris dan sangat mengesankan. Ujung lensapun, seakan tak mau berhenti untuk terus mengabadikan setiap sisi ibu-ibu yang mengiris Gadung sambil bermain dengan anak dan cucu mereka. Ada yang mengupas kulit Gadung, ada yang mengiris dan ada pula yang menjemur Gadung-gadung itu agar bisa dikonsumsi layaknya nasi putih yang dimakan dengan ayam panggang di warung-warung ibu Kota.
Saat itu, ada awak media bertanya pada seorang ibu yang berumur sekitar 50 Tahun. “Ibu, ibu sudah berapa lama mengkonsumsi Gadung ini”. Ibu parubaya itu dengan santai menjawab, sudah tuga bulan nak.”Mungin orang bilang kami di Karampi ini makan Gadung, itu hal yang sudah biasa. Bukannya tidak enak, tapi coba rasakan dulu makan Gadung berbulan-bulan,”ujar wanita parubaya yang biasa dipanggil Nene Sao itu.
Sepintas terlintas dipikiran awak media, sungguh sangat luar biasa apa yang dirasakan masyarakat Karampi saat ini. Ibaratkan mengkonsumsi nasi tanpa ikan, sayur tanpa garam, lidah tak bertulang hanya sekedar mengatakan itu mudah untuk dijalankan.
Sekitar satu jam lamanya Tim dari Pemkab Bima melakukan pendataan di Dusun Sabali, kembali para Tim dan awak media melanjutkan perjalanan ke Dusun Nanga Ni’u Desa Karampi yang jaraknya sekitar 6 Kilo Meter menggunakan Sampan Fiberglass. Di tengah lautan saat perjalanan menuju Dusun Nanga Ni’u, terlihat pesisir pantai yang indah dipandang, gunung-gunung yang hambar kekeringan menyelimuti Desa Karampi. Hamparan ombak dan angin yang meniup kencang, semakin membuat awak media terus mengabadikan pemandangan pada ujung lensanya itu.
Potensi alam, seperti laut di Desa Karampi dan sekitarnya. Terlihat sangat mendukung untuk masyarakat mencari nafkan. Namun sayang, semua potensi itu sedikit belum mendapatkan didukung dan perhatian secara serius dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bima.
Ironisnya lagi, bila malam tiba. Di Desa Karampi, hanya sedikit saja masyarakat yang bisa menikmati terangnya lampu. Sebab, di Desa Karampi, hingga saat ini belum juga menikmati yang namanya penerangan listrik secara keseluruhan. Sebagian masyarakat, hanya menggunakan penerangan lampu dari yang energinya melalui tenaga Surya.
Sekitar satu jam perjalanan lewat laut menempuh Dusun Nanga Ni’u, Tim dan awak mediapun tiba. Masyarakat yang dari pagi telah menunggu kedatangan Tim Pemerintah Kabupaten Bima untuk melakukan pendataan saat itu, terlihat sangat antusias. Karena kekurangan pangan, merekapun saat itu terpaksa harus menjamu para Pejabat Pemerintah Kabupaten Bima hanya dengan Kelapa parut dan Gadung yang diolah secara tradisional.
Terlihat, sejumlah Pejabat lahap mengkonsumsi Gadung itu hingga ingin terus menambah, bahkan ada yang meminta untuk dibeli. Usai mengkonsumsi Gadung, Tim kembali melakukan pendataan terhadap masyarakat yang mengalami kekurangan pangan. (*)
COMMENTS