Tidak saja harga Semen yang melambung naik. Namun semen berbagai merk di Bima, kini susah ditemukan oleh masyarakat yang ingin membelinya.
Tidak saja harga Semen yang melambung naik. Namun semen berbagai merk di Bima, kini susah ditemukan oleh masyarakat yang ingin membelinya. Kelangkaan itu, tentu berdampak pada melonjaknya harga material bangunan tersebut, yang biasanya harga semen sekitar Rp. 56 Ribu, kini naik hingga Rp. 85 Ribu persaknya.
Kondisi perubahan harga tersebut, tentu mencekik masyarakat Bima. Bagaimana tidak, secara mendadak semen yang biasa dibeli dengan harga yang terbilang mudah dijangkau, kini semakin sulit.
Anggota DPRD Kabupaten Bima, M. Aminurlah, SE kepada wartawan Koran Stabilitas mengaku, ia didatangi oleh konsitituennya di Kecamatan Sape. Mereka mengeluhkan harga semen yang naik dan susah untuk didapatkan. Sehari setelah menerima laporan, dirinya pun melakukan cek dan riceSk di hampir seluruh toko bangunan di Pasar Bima. Ternyata benar, tak satupun toko yang ditemuinya menjual semen. ”Semen memang tidak ada, saya sudah cek,” ujarnya kemarin.
Wakil Ketua DPRD Kota Bima, Syahbuddin juga mengakui telah mendapat laporan dari masyarakat mengenai kenaikan harga semen. ”Beberapa hari kemarin saya sudah dapat laporan. Ini harus segera disikapi, agar rakyat tidak terbebani,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini harus ada langkah cepat yang mesti ditempuh oleh Pemerintah melalui Dinas terkait. Bila perlu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, turun dan cek harga dimasing-masing toko bangunan. ”Harus di Inspeksi Mendadak (Sidak). Karena tidak menutup kemungkinan harga bahan bangunan lain juga akan ikut naik,” sarannya.
Semua harga bahan bangunan sudah memiliki standar harga yang ditetapkan oleh Pemerintah. Jika harga dijual melampaui ketentuan, maka itu termasuk pelanggaran. ”Kami mendapat laporan jika harga semen sudah mencapai Rp. 80–an Ribu. Padahal sebelumnya harga semen hanya sekitar Rp. 50-an Ribu saja,” sebut duta Partai Gerindra tersebut.
Apalagi katanya, menyusul rencana Pemerintah Pusat menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), tentu akan memantik pedagang untuk lebih awal menaikan harga barang.”Ini berbahaya jika tidak segera diantisipasi. Harga sengaja dinaikan, dan diikuti oleh kenaikan harga barang lain,”jelasnya.
Sedangkan Jimmi Gunawan pemilik Toko Nusa Bangunan di pasar Bima juga mengakui, sudah sepekan pihaknya tidak menjual semen. ”Sampai sekarang, kami menunggu kedatangan kapal yang membawa semen,” ujarnya.
Kata Jimmi, naiknya harga semen disebabkan karena ongkos transportasi kapal yang terbilang mahal. Praktis, pihaknya pun harus menjual lebih tinggi dari sebelumnya, agar dapat untung. ”Mau bagaimana lagi, ongkos kapal naik, masa kita masih menjual dari harga seperti kemarin, kita bisa rugi,” katanya.
Sementara itu, distributor Semen Tonasa Domianus juga mengakui hal yang sama. Dirinya juga kehabisan stock semen. Meski ada di gudang, namun kondisinya sudah hancur dan tidak bisa dijual. Dirinya memastikan, kenaikan harga semen bukan karena distributor atau pemilik toko yang menimbun semen, atau pengaruh rencana kenaikan hargra Bahan Bakar Minyak (BBM). ”Harga ongkos kapal yang mahal, kami terpaksa menjualnya mahal agar tidak rugi,” tuturnya. (KS-05)
Kondisi perubahan harga tersebut, tentu mencekik masyarakat Bima. Bagaimana tidak, secara mendadak semen yang biasa dibeli dengan harga yang terbilang mudah dijangkau, kini semakin sulit.
Anggota DPRD Kabupaten Bima, M. Aminurlah, SE kepada wartawan Koran Stabilitas mengaku, ia didatangi oleh konsitituennya di Kecamatan Sape. Mereka mengeluhkan harga semen yang naik dan susah untuk didapatkan. Sehari setelah menerima laporan, dirinya pun melakukan cek dan riceSk di hampir seluruh toko bangunan di Pasar Bima. Ternyata benar, tak satupun toko yang ditemuinya menjual semen. ”Semen memang tidak ada, saya sudah cek,” ujarnya kemarin.
Wakil Ketua DPRD Kota Bima, Syahbuddin juga mengakui telah mendapat laporan dari masyarakat mengenai kenaikan harga semen. ”Beberapa hari kemarin saya sudah dapat laporan. Ini harus segera disikapi, agar rakyat tidak terbebani,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini harus ada langkah cepat yang mesti ditempuh oleh Pemerintah melalui Dinas terkait. Bila perlu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, turun dan cek harga dimasing-masing toko bangunan. ”Harus di Inspeksi Mendadak (Sidak). Karena tidak menutup kemungkinan harga bahan bangunan lain juga akan ikut naik,” sarannya.
Semua harga bahan bangunan sudah memiliki standar harga yang ditetapkan oleh Pemerintah. Jika harga dijual melampaui ketentuan, maka itu termasuk pelanggaran. ”Kami mendapat laporan jika harga semen sudah mencapai Rp. 80–an Ribu. Padahal sebelumnya harga semen hanya sekitar Rp. 50-an Ribu saja,” sebut duta Partai Gerindra tersebut.
Apalagi katanya, menyusul rencana Pemerintah Pusat menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), tentu akan memantik pedagang untuk lebih awal menaikan harga barang.”Ini berbahaya jika tidak segera diantisipasi. Harga sengaja dinaikan, dan diikuti oleh kenaikan harga barang lain,”jelasnya.
Sedangkan Jimmi Gunawan pemilik Toko Nusa Bangunan di pasar Bima juga mengakui, sudah sepekan pihaknya tidak menjual semen. ”Sampai sekarang, kami menunggu kedatangan kapal yang membawa semen,” ujarnya.
Kata Jimmi, naiknya harga semen disebabkan karena ongkos transportasi kapal yang terbilang mahal. Praktis, pihaknya pun harus menjual lebih tinggi dari sebelumnya, agar dapat untung. ”Mau bagaimana lagi, ongkos kapal naik, masa kita masih menjual dari harga seperti kemarin, kita bisa rugi,” katanya.
Sementara itu, distributor Semen Tonasa Domianus juga mengakui hal yang sama. Dirinya juga kehabisan stock semen. Meski ada di gudang, namun kondisinya sudah hancur dan tidak bisa dijual. Dirinya memastikan, kenaikan harga semen bukan karena distributor atau pemilik toko yang menimbun semen, atau pengaruh rencana kenaikan hargra Bahan Bakar Minyak (BBM). ”Harga ongkos kapal yang mahal, kami terpaksa menjualnya mahal agar tidak rugi,” tuturnya. (KS-05)
COMMENTS