Naas yang dialami Bupati Bima, Drs, H.Syafrudin, HM. Nur, M.pd yang bertolak ke Jakarta demi menghadiri agenda penting untuk kepentingan Daerah.
Naas yang dialami Bupati Bima, Drs, H.Syafrudin, HM. Nur, M.pd yang bertolak ke Jakarta demi menghadiri agenda penting untuk kepentingan Daerah. Sialnya, bukan karena tidak membuahkan hasil atas kunjungannya di Kota Metropolitan tersebut. Namun, lantaran mendapat pelayanan buruk dari Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia.
Selain menelantarkan orang nomor satu di Kabupaten Bima, perusahaan Garuda Indonesia juga menelantarkan Sekretaris Daerah (Sekda), Drs, HM. Taufik, Hak di Bandara Udara Ngura Rai Denpasar Bali. Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan Sekda adalah penumpang tujuan Jakarta-Bima yang ingin melanjutkan penerbangan Denpasar-Bali. ”Perusahaan penerbangan itu menelantarkan kami disini, padahal kami ingin melanjutkan penerbangan Denpasar-Bima,” kata Sekda, HM. Taufik, Hak pada Koran Stabilitas.
Saat itu lanjutnya, pesawat sempat diterbangkan, tapi hanya sekedar mondar-mandir tanpa arah dan tujuan jelas. Praktis, penumpang yang hendak pulang ke Bima diberi dua pilihan, turun atau tetap berada diatas pesawat tersebut. Mengingat penerbangan tidak bisa dilanjutkan karena cuaca. “Kami memilih turun dari pesawat itu,” ujarnya.
Konyolnya, janji perusahaan itu untuk kembali melanjutkan penerbangan praktis tak dipenuhi. Padahal, penumpang dijanjikan akan diterbangkan dua hingga tiga jam setelah jadwal penerbangan sesungguhnya dibatalkan. Karenanya, dua pejabat penting di Kabupaten itu memutuskan untuk meminta kembali biaya penerbangan tersebut. Sebab, ingin berangkat sekaligus nginap di Mataram.
Sayangnya, usaha itu tidak membuahkan hasil, hingga akhirnya jadwal mengisi agenda penting pemerintah di Kecamatan Woha gagal karena terpaksa nginap di Denpasar. “Kami terpaksa nginap disini, padahal ada agenda penting yang harus kami hadiri saat hari itu juga,” terangnya.
Sementara itu, Pimpinan Garuda Cabang Bima yang hendak dikonfirmasi guna perimbangan berita Sabtu (17/01) tidak berhasil dijumpai. Menurut salah seorang karyawannya, yang bersangkutan sedang berada di luar Bima. “Beliau sedang tugas luar,” ujarnya dengan singkat. (KS-09)
Ilustrasi Garuda Indonesia |
Saat itu lanjutnya, pesawat sempat diterbangkan, tapi hanya sekedar mondar-mandir tanpa arah dan tujuan jelas. Praktis, penumpang yang hendak pulang ke Bima diberi dua pilihan, turun atau tetap berada diatas pesawat tersebut. Mengingat penerbangan tidak bisa dilanjutkan karena cuaca. “Kami memilih turun dari pesawat itu,” ujarnya.
Konyolnya, janji perusahaan itu untuk kembali melanjutkan penerbangan praktis tak dipenuhi. Padahal, penumpang dijanjikan akan diterbangkan dua hingga tiga jam setelah jadwal penerbangan sesungguhnya dibatalkan. Karenanya, dua pejabat penting di Kabupaten itu memutuskan untuk meminta kembali biaya penerbangan tersebut. Sebab, ingin berangkat sekaligus nginap di Mataram.
Sayangnya, usaha itu tidak membuahkan hasil, hingga akhirnya jadwal mengisi agenda penting pemerintah di Kecamatan Woha gagal karena terpaksa nginap di Denpasar. “Kami terpaksa nginap disini, padahal ada agenda penting yang harus kami hadiri saat hari itu juga,” terangnya.
Sementara itu, Pimpinan Garuda Cabang Bima yang hendak dikonfirmasi guna perimbangan berita Sabtu (17/01) tidak berhasil dijumpai. Menurut salah seorang karyawannya, yang bersangkutan sedang berada di luar Bima. “Beliau sedang tugas luar,” ujarnya dengan singkat. (KS-09)
COMMENTS