Kesebelasan dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) STKIP Bima sukses meraih juara I pada kejuaraan sepak bola Sape Cup.
Kesebelasan dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) STKIP Bima sukses meraih juara I pada kejuaraan sepak bola Sape Cup. Skuad dibawah tanggung jawab Puket III STKIP, Herman,M.Pd itu menjuarai event bergengsi tersebut setelah menang 3:0 lewat drama adu pinalti, setelah ditahan imbang 1 : 1 oleh lawanya di waktu normal.
Namun, kejuaraan yang berlangsung di Lapangan Semangka Desa Naru Kecamatan Sape, menuai protes. Masalahnya, Skuad dari Perguruan Tinggi (PT) merasa dibohongi Panitia perlombaan tersebut. Karena, hadiah berupa uang tidak sesuai nominal seperti yang diumumkan sebelum laga akhir penentuan juara.
Selain Piala, kesebelasan yang berhasil meraih juara satu mendapatkan hadiah, dari panitia Rp.11 Juta dan bonus dari Bupati Rp.2 Juta. Sehingga, total uang untuk juara satu yakni Rp.13 Juta. Faktanya, yang diterima skuad dari STKIP sebagai juara satu hanya Rp.11 Juta.
Namun, pihak STKIP melalui puket III, Herman,M.Pd tidak mempermasalahkan berapa nominal hadiah uang pada kejuaraan tersebut. Tapi, sikap jujur panitia sebagai pihak penyelenggara event sepak bola di Kecamatan itu.”Kami tidak persoalkan nominalnya, tapi kejujuran mereka (panitia). Soal uang, lebih banyak pengeluaran ketimbang hadiah itu,” katanya pada Koran Stabilitas Senin (12/01) kemarin.
Ia menilai, tindakan seperti yang terjadi pada kejuaraan sepak bola di sape itu dikhawatirkan akan menciderai event-event berikutnya yang diadakan di Kecamatan lain. Kasarnya, tingkat kepercayaan publik pada kejuaraan semacam itu akan menurun drastic. Padahal pemicunya hanya karena ketidakjujuran panitia sepak bola di sape. Namun, dampak akan merambat hingga pada pelaksanaan perlombaan olahraga di wilayah lain.
”Kalau sudah seperti ini yang terjadi, jangan heran kesebelasan yang mengikuti perlombaan pada event sepak bola berikutnya menurun drastic. Karena, tindakan semacam ini sama halnya melakukan pembohongan publik, panitia tidak jujur, mereka mengutamakan kepentingan kelompok ketimbang bersikap jujur,” ujarnya dengan nada kesal.
Atas persoalan itu, Herman meminta pihak panitia penyelenggara sepak bola pada event berikutnya tidak mencontohi tindakan panitia sepak bola di sape beberapa waktu lalu. Sebab, sikap seperti itu mencoreng, merusak citra olahraga sepak bola, bahkan tidak mencerminkan nilai sportivitas. Kepada Bupati Bima, Drs, H.Syafrudin, HM.Nur,M.Pd, Akademisi kelahiran Tanjung itu meminta untuk menyerahkan langsung bonus dalam bentuk apapun pada skuad yang meraih juara.
”Kedepanya, saya berharap tidak ada lagi tindakan seperti itu,kedepankan nilai olahraga, jangan mencari keuntungan lewat event olahraga. Karena, kejuaraan olahraga bukan tempat mencari uang, tapi penyaluran hobi,” tegasnya. (KS-09)
Namun, kejuaraan yang berlangsung di Lapangan Semangka Desa Naru Kecamatan Sape, menuai protes. Masalahnya, Skuad dari Perguruan Tinggi (PT) merasa dibohongi Panitia perlombaan tersebut. Karena, hadiah berupa uang tidak sesuai nominal seperti yang diumumkan sebelum laga akhir penentuan juara.
Selain Piala, kesebelasan yang berhasil meraih juara satu mendapatkan hadiah, dari panitia Rp.11 Juta dan bonus dari Bupati Rp.2 Juta. Sehingga, total uang untuk juara satu yakni Rp.13 Juta. Faktanya, yang diterima skuad dari STKIP sebagai juara satu hanya Rp.11 Juta.
Namun, pihak STKIP melalui puket III, Herman,M.Pd tidak mempermasalahkan berapa nominal hadiah uang pada kejuaraan tersebut. Tapi, sikap jujur panitia sebagai pihak penyelenggara event sepak bola di Kecamatan itu.”Kami tidak persoalkan nominalnya, tapi kejujuran mereka (panitia). Soal uang, lebih banyak pengeluaran ketimbang hadiah itu,” katanya pada Koran Stabilitas Senin (12/01) kemarin.
Ia menilai, tindakan seperti yang terjadi pada kejuaraan sepak bola di sape itu dikhawatirkan akan menciderai event-event berikutnya yang diadakan di Kecamatan lain. Kasarnya, tingkat kepercayaan publik pada kejuaraan semacam itu akan menurun drastic. Padahal pemicunya hanya karena ketidakjujuran panitia sepak bola di sape. Namun, dampak akan merambat hingga pada pelaksanaan perlombaan olahraga di wilayah lain.
”Kalau sudah seperti ini yang terjadi, jangan heran kesebelasan yang mengikuti perlombaan pada event sepak bola berikutnya menurun drastic. Karena, tindakan semacam ini sama halnya melakukan pembohongan publik, panitia tidak jujur, mereka mengutamakan kepentingan kelompok ketimbang bersikap jujur,” ujarnya dengan nada kesal.
Atas persoalan itu, Herman meminta pihak panitia penyelenggara sepak bola pada event berikutnya tidak mencontohi tindakan panitia sepak bola di sape beberapa waktu lalu. Sebab, sikap seperti itu mencoreng, merusak citra olahraga sepak bola, bahkan tidak mencerminkan nilai sportivitas. Kepada Bupati Bima, Drs, H.Syafrudin, HM.Nur,M.Pd, Akademisi kelahiran Tanjung itu meminta untuk menyerahkan langsung bonus dalam bentuk apapun pada skuad yang meraih juara.
”Kedepanya, saya berharap tidak ada lagi tindakan seperti itu,kedepankan nilai olahraga, jangan mencari keuntungan lewat event olahraga. Karena, kejuaraan olahraga bukan tempat mencari uang, tapi penyaluran hobi,” tegasnya. (KS-09)
COMMENTS