Oleh : Anhar Donggo Keampuan, solid dan kesuksesan Kualisi Merah Putih (KMP) di pusat sudah teruji dan membuahkan hasil.
Oleh : Anhar Donggo
Keampuan, solid dan kesuksesan Kualisi Merah Putih (KMP) di pusat sudah teruji dan membuahkan hasil. Terbukti, beberapa kader gabungan parpol itu berhasil menduduki jabatan penting di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan DPR-RI periode 2014-2019. Namun, kebersamaan Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PBB yang tergabung dalam KMP dikhawatirkan tidak akan bertahan hingga ketingkat daerah. Pemicunya, karena kepentingan dan gengsi masing-masing parpol. Pecahnya kualisi itu diprediksi bakal terjadi pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Cabup-Cawabup) Bima periode 2015-2020. Meski, beberapa kader partai yang duduk dikursi dewan merasa yakin KMP akan solid hingga ke daerah, termasuk di Kabupaten Bima saat menghadapi Pilkada Juli mendatang.
Saat ini, mengemuka dua kader pilihan yang akan diusung untuk tampil sebagai Cabup, apabila KMP bersatu pada ajang bergengsi tersebut. Dua nama itu yakni, Ady Mahyudin, Ketua DPD II PAN Kabupaten Bima, dan Hj.Indah Damayanti Putri,SE, ketua DPD II Golkar Kabupaten Bima. Dua politisi itu digadang-gadang akan menjadi pilihan KMP untuk tampil pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Lantas, siapakah yang diusung, apakah Ady atau Dinda dengan kesepakatan salah satu dari mereka bersabar, ataukah KMP melirik kader lain dari Gerindra, PKS dan partai yang bergabung dalam kualisi. Karena kemenangan adalah harga mati yang mesti diraih pada pesta demokrasi yang menghabiskan kos politik bernilai fantastic tersebut.
Namun, untuk mencapai kesepakatan tentang siapa kader yang resmi diusung, sangat tergantung komunikasi, rapat internal partai dan KMP. Termasuk, komitmen politik yang dibangun antar partai yang tergabung dalam kualisi hasil gagasan Pendiri Gerindra, H.Prabowo Subianto tersebut. Dari sisi kemampuan berpolitik dan meraih simpatik, Adi terbukti disenangi rakyat karena sukses menduduki kursi dewan selama dua periode. Meski, hanya dipilih oleh rakyat dapil III. Lantas bagaimana dengan Dinda?
Pengaruh kader partai berlambang pohon beringin itu, tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, salah satu keberhasilannya dalam pertarungan politik sudah teruji saat Pemilihan Legislatif (Pileg) Juli 2014 lalu. Walaupun, perolehan suara figure politisi srikandi wilayah pemilihan dapil I itu berada dibawah suara rivalnya Hj.Rostina, H.Syafrudin dari Nasdem. Tetapi, keberhasilan itu sukses mengantarkan kader partai berwarna kuning itu menjadi salah satu unsur wakil ketua pimpinan di lembaga dewan terhormat.
Dua kader pilihan partai besar (PAN-Golkar) sama-sama memiliki kemampuan, trik, metode dan strategi serta pola meraih simpatik rakyat. Tapi, agar terpilih sebagai kader yang diusung KMP sebagai calon orang nomor satu Kabupaten. Termasuk, mewujudkan impian besar menjadi pemimpin di Dana Mbojo tersebut tidak sebatas mimpi belaka. Melainkan, ada tahapan dan mekanisme hingga tercapai deal politik, dukungan rakyat sebagai pemilih-pun menjadi kunci utama kemenangan pada pesta adu gengsi tersebut.
Adi dikenal dengan politik pelan-pelan tapi pasti, kelihatan diam tak banyak bicara, tapi lebih banyak bertindak. Bukti, dua periode menduduki kursi panas (dewan), periode ini sukses mengantarkan pujaan hatinya (istri) menjadi ketua dewan. Keberhasilan lain, kemenangan pada pemilihan pimpinan PAN Kabupaten Bima setelah mengalahkan rivalnya H.Syafrudin yang kini hijrah ke partai Nasdem. Kemampuan Dinda-pun tidak diragukan, memenangkan ketua DPD II Golkar menggantikan posisi mendiang suaminya merupakan kesuksesan pertama dalam karier politiknya.
Terlepas, kemenangan diraih dengan cara dan strategi apa dan bagaimana. Sukses selanjutnya, yakni terpilih sebagai wakil rakyat mengikuti jejak almarhum suaminya Dae Feri. Bedanya, putra Andul Kahir itu dimandatkan menjadi ketua dewan sebelum mencalonkan diri dan memenangkan pemilihan bupati selama dua periode. Sukses Dinda, tentu tak lepas dari pengaruh dan jasa mendiang suaminya Dae Feri. Jasa almarhum yang baru dinobatkan menjadi Sultan Bima itu sepertinya masih melekat dihati rakyat. Sehingga tidak berlebihan, rakyat membalas jasa politisi itu dengan menjatuhkan pilihan sekaligus mendukung Dinda dalam karier di dunia politik.
Dua politisi itu adalah kader terbaik yang membutuhkan kematangan dan ketepatan kajian, analisa juga hitungan politik sebelum menentukan pilihan. Karena pilihan menjadi penentu kemenangan, kecuali KMP siap menerima kekalahan dari kualisi lain sebagai rival politik dalam Pilkada tersebut. (***)
COMMENTS