Sebab, pelaksanaan event skala dunia itu bakal mendapat penolakan dari warga Tambora Bima dan Dompu di sekitar lereng gunung tersebut.
Sepertinya, event Tambora Menyapa Dunia yang akan digelar Bulan April 2015 mendatang tidak akan berjalan mulus. Sebab, pelaksanaan event skala dunia itu bakal mendapat penolakan dari warga Tambora Bima dan Dompu di sekitar lereng gunung tersebut. Lantas apa pemicu dibalik penolakan acara yang diprediksi bakal meriah tersebut?
Rencana penolakan terhadap event yang mengharumkan nama daerah Bima tersebut bukan semata-mata wacana belaka. Namun, benar-benar akan dibuktikan melalui tindakan nyata. Alasanya, tidak memberikan konstribusi bagi masyarakat disekitar Tambora. Karena, masyarakat hanya akan menjadi penonton event bergengsi dimaksud. ”Kalau tidak memberikan konstribusi buat masyarakat setempat, lebih baik event itu tidak dilaksanakan. Massa, warga kami hanya sebagai penonton,” kata salah seorang warga Tambora, Ikbal S.Pd, M.Pd kepada Koran Stabilitas.
Alasan lain lanjutnya, berkembang informasi tidak ada masyarakat setempat yang dilibatkan dalam unsure panitia event tersebut. Padahal, melibatkan masyarakat dalam kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya pemanfaatan sekaligus pemberdayaan terhadap masyarakat setempat sebagai tuan rumah event tersebut.”Secara tidak langsung, keberadaan mereka bertindak sebagai tuan rumah. Jadi, sedikit tidaknya mereka (masyarakat) dihargai. Caranya, yakni dengan mengikut sertakan mereka dalam kegiatan itu,” ujar Ikbal yang juga pernah bergabung dalam komunitas Ikatan Bajingan Alim (IBA) tersebut.
Meskipun, event itu level dunia, tetapi akan bernilai seromonial ketika tidak bermanfaat dan menguntungkan bagi masyarakat. Karena acara itu tidak hanya semata-mata bertujuan memperingati dua abad gunung tambora, melainkan juga harus bernilai lebih buat masyarakat yang sudah lama menempati wilayah tersebut.”Kalau bukan pada saat moment tersebut, kapan lagi masyarakat setempat dimanfaatkan,” tuturnya.
Sehingga sebutnya, sangat wajar dan bukan sesuatu yang berlebihan, jika masyarakat menolak rencana pelaksanaan kegiatan dalam kaitan itu. Bahkan, saat ini sejumlah element masyarakat sudah mulai merancang agenda penolakan terhadap kegiatan tersebut, jika Pemerintah mulai dari Pusat, Provinsi hingga Daerah tidak merespon baik permintaan masyarakat.
”Mereka hanya minta dilibatkan, agar event itu bermanfaat bagi masyarakat setempat. Jika tidak, jangan salahkan mereka ketika terjadi aksi besar-besaran sebagai bentuk penolakan terhadap event tersebut,” tegas Ikbal yang juga dosen di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Bima tersebut. (KS-09)
![]() |
Ilustrasi Peta Gunung Tambora |
Alasan lain lanjutnya, berkembang informasi tidak ada masyarakat setempat yang dilibatkan dalam unsure panitia event tersebut. Padahal, melibatkan masyarakat dalam kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya pemanfaatan sekaligus pemberdayaan terhadap masyarakat setempat sebagai tuan rumah event tersebut.”Secara tidak langsung, keberadaan mereka bertindak sebagai tuan rumah. Jadi, sedikit tidaknya mereka (masyarakat) dihargai. Caranya, yakni dengan mengikut sertakan mereka dalam kegiatan itu,” ujar Ikbal yang juga pernah bergabung dalam komunitas Ikatan Bajingan Alim (IBA) tersebut.
Meskipun, event itu level dunia, tetapi akan bernilai seromonial ketika tidak bermanfaat dan menguntungkan bagi masyarakat. Karena acara itu tidak hanya semata-mata bertujuan memperingati dua abad gunung tambora, melainkan juga harus bernilai lebih buat masyarakat yang sudah lama menempati wilayah tersebut.”Kalau bukan pada saat moment tersebut, kapan lagi masyarakat setempat dimanfaatkan,” tuturnya.
Sehingga sebutnya, sangat wajar dan bukan sesuatu yang berlebihan, jika masyarakat menolak rencana pelaksanaan kegiatan dalam kaitan itu. Bahkan, saat ini sejumlah element masyarakat sudah mulai merancang agenda penolakan terhadap kegiatan tersebut, jika Pemerintah mulai dari Pusat, Provinsi hingga Daerah tidak merespon baik permintaan masyarakat.
”Mereka hanya minta dilibatkan, agar event itu bermanfaat bagi masyarakat setempat. Jika tidak, jangan salahkan mereka ketika terjadi aksi besar-besaran sebagai bentuk penolakan terhadap event tersebut,” tegas Ikbal yang juga dosen di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Bima tersebut. (KS-09)
COMMENTS