Bahkan beberapa bulan lalu, Banana Boat sengaja dibeli oleh pemerintah untuk melayani para pengunjung lawata.
Lawata yang sejak dulu menjadi ikon wisata bagi warga di Kota Bima dan sekitarnya. Saat ini Lawata terus berbenah, berbagai wahana hiburan untuk melayani para pengunjung setiap hari libur yang bertamasya di Lawata. Bahkan beberapa bulan lalu, Banana Boat sengaja dibeli oleh pemerintah untuk melayani para pengunjung lawata.
Ilustrasi Banana Boat
Terlihat Banana Boat melaju di pesisir Pantai Amahami dan Lawata, Minggu (12/4). Banana Boat yang disediakan pemerintah Kota Bima tersebut untuk melayani pengunjung di lawata. Dengan merogoh saku senilai Rp. 15.000 ribu, pengunjung bisa menikmati sensasi berada di atas Banana boat dengan melihat pesisir pantai. Rute perjalanan Banana Boat itu hanya disekitar pantai Amahami dan Pantai di Wadu Mbolo. Terlihat beberapa pengujung menaiki Banana Boat itu, dengan wajah penuh keceriaan.
Sebut saja Ida (23), Ia begitu ceria setelah menaiki banana boat dengan rute pantai Amahami dan Wadumbolo, karena tidak ada fasilitas banana boat di tempat wisata lain di Daerah Bima selain di lawata. Apalagi ongkos untuk menaikin banan boat sangat murah, hanya Rp. 15.000 saja.”Ini baru pertama kali saya naik Banana Boat, sangat luar biasa saya bisa melihat pantai Amahami dan Wadumbolo,”ujarnya dengan tersenyum
Tidak hanya itu, ia sangat mendukung langkah pemerintah dalam menyediakan fasilitas untuik menghibur para wisatawan di Lawata, karena dengan adanya fasilitas akan mendorong para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk melihat potensi wisata yang ada di Kota Bima. ia berharap, Banana Boat maupuin fasilitas lainnya harus ditambahkan karena banyaknya pengunjung yang datang di Lawata. ”Harus di tambah lagi fasilitas pendukung lainnya, karena tidak hanya warga Kota Bima yang datang di Lawata,”tuturnya.
Sementara itu menurut Operator Banana Boat Hidayat, hampir dua bulan banana boat dioperasikan di Lawata, minat warga masih kurang. Dirinya hanya menerima layanan Banana Boat pada hari Sabtu dan Minggu. ”Saya hanya membuka Sabtu dan Minggu saja pada saat hari libur,”katanya.
Omzet yang ia dapatkan tidak menentu, angka maksimal yang ia dapatkan hanya Rp.300 ribu pada saat hari libur. Tiap bulannya ia akan menyetor pendapatan dari Banana Boat itu ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima. Ia mengaku dirinya digaji bulanan sesuai dengan pendapatannya. ”Kita setor ke dinas Pariwisata dan Kebudayaan,”terangnya. (KS-17)
Ilustrasi Banana Boat
Terlihat Banana Boat melaju di pesisir Pantai Amahami dan Lawata, Minggu (12/4). Banana Boat yang disediakan pemerintah Kota Bima tersebut untuk melayani pengunjung di lawata. Dengan merogoh saku senilai Rp. 15.000 ribu, pengunjung bisa menikmati sensasi berada di atas Banana boat dengan melihat pesisir pantai. Rute perjalanan Banana Boat itu hanya disekitar pantai Amahami dan Pantai di Wadu Mbolo. Terlihat beberapa pengujung menaiki Banana Boat itu, dengan wajah penuh keceriaan.
Sebut saja Ida (23), Ia begitu ceria setelah menaiki banana boat dengan rute pantai Amahami dan Wadumbolo, karena tidak ada fasilitas banana boat di tempat wisata lain di Daerah Bima selain di lawata. Apalagi ongkos untuk menaikin banan boat sangat murah, hanya Rp. 15.000 saja.”Ini baru pertama kali saya naik Banana Boat, sangat luar biasa saya bisa melihat pantai Amahami dan Wadumbolo,”ujarnya dengan tersenyum
Tidak hanya itu, ia sangat mendukung langkah pemerintah dalam menyediakan fasilitas untuik menghibur para wisatawan di Lawata, karena dengan adanya fasilitas akan mendorong para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk melihat potensi wisata yang ada di Kota Bima. ia berharap, Banana Boat maupuin fasilitas lainnya harus ditambahkan karena banyaknya pengunjung yang datang di Lawata. ”Harus di tambah lagi fasilitas pendukung lainnya, karena tidak hanya warga Kota Bima yang datang di Lawata,”tuturnya.
Sementara itu menurut Operator Banana Boat Hidayat, hampir dua bulan banana boat dioperasikan di Lawata, minat warga masih kurang. Dirinya hanya menerima layanan Banana Boat pada hari Sabtu dan Minggu. ”Saya hanya membuka Sabtu dan Minggu saja pada saat hari libur,”katanya.
Omzet yang ia dapatkan tidak menentu, angka maksimal yang ia dapatkan hanya Rp.300 ribu pada saat hari libur. Tiap bulannya ia akan menyetor pendapatan dari Banana Boat itu ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bima. Ia mengaku dirinya digaji bulanan sesuai dengan pendapatannya. ”Kita setor ke dinas Pariwisata dan Kebudayaan,”terangnya. (KS-17)
COMMENTS