Anjoknya harga jagung pada musim panen tahun ini, diindikasi karena ulah para tengkulak yang mengatur harga.
Anjoknya harga jagung pada musim panen tahun ini, diindikasi karena ulah para tengkulak yang mengatur harga. Spekulasi harga yang tidak stabil menjadikan petani merugi. Harga jagung yang tidak merata masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Bima menjadikan Pemerintah Kabupaten Bima turut prihatin.
Ilustrasi Jagung
Kepala Bagian Perekonomian Kabupaten Bima, Iwan Setiawan, SE, mengaku prihatin dengan harga jagung petani yang saat ini tidak stabil. Ia meminta agar para tengkulak maupun perusahaan yang membeli jagung ke petani agar tidak menekan harga yang terlalu rendah, hingga merugikan petani. Selain itu, harus ada keseragaman harga yang dibeli oleh tengkulak ke petani jagung. ”Untuk masalah harga jagung, tengkulak jangan membeli jagung dengan harga yang rendah dan harus ada keseragaman harga jagung diwilayah Kabupaten Bima,” ujarnya.
Hal ini disampaikanya merespon adanya keluhan petani di wilayah Kabupaten Bima. Mereka mengaku semakin hari, harga jagung kian anjlok. Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena tidak ada kewenangan pemerintah dalam mematok harga jagung petani. Hanya saja, jika pembelian harga jagung terlalu rendah, pihaknya hanya menyarankan agar tengkulak juga memikirkan nasib petani, tidak hanya semata-mata memikirkan keuntungannya. ”Belum ada Perda yang mengatur tentang harga jagung, tapi kami juga mengharapkan adanya harga yang stabil agar petani bisa merasa puas denganm hasil jagungnya,” terangnya.
Katanya, saat ini pemerintah hanya memiliki Perda tentang harga gabah, beras dan kedelai. Selain komoditi itu, belum ada rencana untuk dibuat Perda untuk komoditi lainnya. ”Ini masalah mekanisme pasar saja, nanti kita terus pelajari masalah harga jagung ini, agar bisa memaksimalkan penghasilan para petani yang ada di Kabupaten Bima,” imbuhnya. (KS-17)
Ilustrasi Jagung
Kepala Bagian Perekonomian Kabupaten Bima, Iwan Setiawan, SE, mengaku prihatin dengan harga jagung petani yang saat ini tidak stabil. Ia meminta agar para tengkulak maupun perusahaan yang membeli jagung ke petani agar tidak menekan harga yang terlalu rendah, hingga merugikan petani. Selain itu, harus ada keseragaman harga yang dibeli oleh tengkulak ke petani jagung. ”Untuk masalah harga jagung, tengkulak jangan membeli jagung dengan harga yang rendah dan harus ada keseragaman harga jagung diwilayah Kabupaten Bima,” ujarnya.
Hal ini disampaikanya merespon adanya keluhan petani di wilayah Kabupaten Bima. Mereka mengaku semakin hari, harga jagung kian anjlok. Namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena tidak ada kewenangan pemerintah dalam mematok harga jagung petani. Hanya saja, jika pembelian harga jagung terlalu rendah, pihaknya hanya menyarankan agar tengkulak juga memikirkan nasib petani, tidak hanya semata-mata memikirkan keuntungannya. ”Belum ada Perda yang mengatur tentang harga jagung, tapi kami juga mengharapkan adanya harga yang stabil agar petani bisa merasa puas denganm hasil jagungnya,” terangnya.
Katanya, saat ini pemerintah hanya memiliki Perda tentang harga gabah, beras dan kedelai. Selain komoditi itu, belum ada rencana untuk dibuat Perda untuk komoditi lainnya. ”Ini masalah mekanisme pasar saja, nanti kita terus pelajari masalah harga jagung ini, agar bisa memaksimalkan penghasilan para petani yang ada di Kabupaten Bima,” imbuhnya. (KS-17)
COMMENTS