Masjid Al-Muwahiddin Kota Bima merupakan salah satu baangunan tempat ibadah bagi umat Islam termegah
Oleh : Anhar Donggo
Penulis merupakan Wartawan Koran Stabilitas
Masjid Al-Muwahiddin Kota Bima merupakan salah satu baangunan tempat ibadah bagi umat Islam termegah. Sayangnya, kondisi bangunan masjid raya kebanggaan umat muslim Bima sangat memprihatinkan. Masalahnya,hampir 12 Tahun sejak pembongkaran berdalih rehab, bangunan dimaksud tidak mengalami perubahan signifikan. Faktanya, bangunan dengan konstruksi tergolong mewah itu tak memiliki nilai estetika, baik dari segi kondisi bangunan maupun penataan taman serta halaman.
Lantas apa yang kita (rakyat Bima),termasuk Pemerintah perbuat agar masjid raya tersebut bisa setara dengan masjid lain. Apakah kendala anggaran, kurang inisiatif, semangat untuk membangun masih minim. Ataukah, kondisi itu merupakan bukti runtuhnya kesadaran rakyat Bima untuk ambil bagian dalam mengatasi persoalan yang tengahh terjadi pada masjid tersebut. Sebab, bukan lagi rahasia umum apabila bangunan berukuran megah dimaksud saban hari kian memprihatinkan. Padahal, setiap Tahun Pemerintah Kota (Pemkot) Bima menganggarkan APBD untuk masjid tersebut. Hanya saja, belum diketahui spesifikasi penggunaan anggaran dalam kaitan itu, apakah dianggarkan untuk merehab sekaligus menata agar bangunan peribadatan itu terlihat berestetika. Ataukah, kucuran dana yang bersumber dari APBD melalui persetujuan DPRD itu hanya untuk pendanaan lain. Karena, sejak Tahun 2003 rencana untuk memperbaiki masjid tersebut hanya wacana kosong yang tidak dibuktikan lewat tindakan nyata. Buktinya, tidak ada perubahan signifikan yang nampak pada bangunan itu. Begitupun, keadaan halaman disekeliling masjid tersebut juga terkesan tak terurus.
Pemerintah baik Eksekutif maupun Legislatif selama ini nyaris tak pernah membahas bagaimana kelanjutan pembangunan dan rencana untuk masjid itu kedepan. Mengingat, kondisi bangunan semacam itu telah berlangsung lama.Begitupun, wartawan, Aktivis, Ormas, dan element masyarakat lain serta rakyat Bima pada umumnya seolah kehilangan akal tentang apa yang mesti dilakukan. Padahal, kepentingan tempat ibadah bagi rakyat Bima yang dikenal masih kental dengan nuansa religius semestinya lebih diutamakan. Bukan rahasia umum, Aktivis, Mahasiswa, LSM dan element lain, termasuk kalangan kuli tinta lebih fokus mengawal,mengawasi dan mengontrol pembahasan pemerintah tentang penggunaan keuangan menjalankan roda pemerintahan. Padahal, tindakan,usaha dan pejuangan demi perubahan masjid itu agar lebih baik dari sebelumnya merupakan urusan langsung manusia dengan Allah SWT. Artinya, tindakan itu sebagai salah satu wujud syukur manusia atas nikmat dan rezeki dari sang maha pencipta.
Sadar atau tidak, belum ada konstribusi berarti dari rakyat Bima untuk masjid yang berlokasi di Depan Kantor Camat Rasana,e Barat Kota Bima tersebut. Faktanya,bangunan masjid itu terlihat memprihatinkan bak tak terawat dengan baik. Padahal, selain dimanfaaatkan untuk melaksanakan perintah Allah SWT, seperti Sholat, mengaji dan kegiatan keagamaan lainya, juga dijadikan sarana untuk aktivitas pemerintahan. Karena, dibagian barat merupakan kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Bima. Parahnya, kotoran ternak pada bagian depan (pintu masuk)bangunan yang dimanfaatkan untuk aktivitas dua instansi itu hampiir setiap hari terlihat. Lebih-lebih kotoran kambing.
Sementara antusias dan semangat untuk mendukung program hiburan jauh lebih besar. Bahkan saking semangatnya, rela mengeluarkan uang demi menunjukan bukti dukunganya. Artinya, dukungan tidak hanya dalam bentuk semangat dan moril,tapi juga finansial.
Jika ditengok dari kondisi masjid yang memprihatinkan, halaman yang tak tertata dengan baik nan rapi, ditambah lagi ternak yang berkeliaran bebas dalam areal masjid,seolah nilai kepedulian rakyat Bima terhadap bangunan tersebut perlahan mulai terkikis. Indikatornya jelas, kita bisa melihat sendiri bagaimana keadaan bangunan tersebut, ada perubahan atau sebaliknya justru tambah parah. Siapa yang salah dan dikambing hitamkan, Pemerintah sebagai pengelola anggaran, Legislatif sebagai Lembaga penyampai aspirasi yang bertugas memperjuangkan beragam bentuk kepentingan rakyat. Salah satunya, mencari penyebab sesungguhnya dibalik masalah yang terjadi pada tempat ibadah bagi umat muslim dimaksud. Sehingga, dapat dibahas ditingkat dewan dengan melibatkan eksekutif dan rakyat. Agar, melahirkan solusi untuk mengatasi masalah yang dianggap serius itu, apalagi kondisi buruk itu sudah terjadi belasan Tahun. Tercatat sejak tahun 2003 hingga 2015 ini, tidak terlihat ada perubahan, ataukah terhambat pada panitia pembangunan masjid. Jawabnya, tidak ada pihak yang disalahkan atau dibenarkan, karena bukan hanya tanggungjawab Pemerintah. Panitia pembangunan .melainkan, tugas dan tanggungjawab seluruh rakyat Bima tanpa terkecuali. Karena, itu adalah masjid kebanggaan seluruh umat islam Bima.
Sejatinya, rakyat bima mesti memiliki inisiatif, kesadaran dan rasa tanggungjawab terhadap bangunan megah yang hingga saat ini belum dituntaskan. Artinya, semua pihak harus fokus untuk menyelesaikan pembangunan masjid dimaksud. Sehingga, predikat agamais,religius rakyat Bima tidak hanya terucap dimulut,tidak hanya tercermin pada ketaatan dalam menjalankan perintah Allah SWT baik yang bersifat wajib maupun sunah. Namun juga lewat tindakan nyata, perhatian dan kepedulian terhadap sarana ibadah. Solusinya, Pemerintah Kota juga Kabupaten Bima serta seluruh rakyat agar menjadikan Tahun 2015 ini sebagai momentum terbaik dalam membuktikan keseriusan dan kepedulian terhadap masjid tersebut. Seperti besarnya antusias, masyarakat Lombok-NTB terhadap masjid hingga dikenal sebagai daerah seribu masjid, terlepas positif negatifnya prilaku masyakat setempat. Namun yang harus dicontohi adalah besar kemauan masyarakat terutama semangat membangun sarana ibaadah.
COMMENTS