Rajun Guvinda, remaja berusia 16 tahun asal Dusun Tanjung Desa Wilamaci Kecamatan Monta ini tak bisa lagi menikmati masa remaja semenjak dua bulan terakhir karena diserang penyakit tumor ganas pada bagian perutnya
Bima, KS.- Rajun Guvinda, remaja berusia 16 tahun asal Dusun Tanjung Desa Wilamaci Kecamatan Monta ini tak bisa lagi menikmati masa remaja semenjak dua bulan terakhir. Bahkan, Ia terancam tak bisa melanjutkan sekolah karena diserang penyakit tumor ganas pada bagian perutnya.
Kondisi Rajun Guvinda, Penderita tumor
Saat ini, anak kedua dari pasangan Ismail (Almarhum) dan Halisa itu harus berjuang melawan penyakit mematikan tersebut karena keterbatasan biaya berobat. Beruntung, teman-teman dari saudara Rajun cepat membantu mengurus segala keperluan berobat sehingga bisa segera dirawat di rumah sakit. Bermodalkan kartu Jamkesmas, Rajun didampingi keluarga melanjutkan pengobatan di Mataram setelah sempat di rawat di RSUD Bima.
Ahmad, keluarga Rajun menuturkan, penyakit tumor ganas itu bermula ketika Rajun mengeluhkan rasa sakit pada bagian perut usai bermain volly sekitar dua bulan lalu. Karena sakit tak kunjung reda, Rajun meminta bantuan tukang urut di desanya. Namun sakit yang diderita bukan malah membaik, tak berselang lama benjolan kecil dibagian perutnya muncul. “Awalnya sempat dikira bisul. Lalu dia dibawa ke Puskesmas Monta dan dirawat cukup lama,” tuturnya.
Hanya saja, dari hasil perawatan tidak menunjukan tanda-tanda membaik. Justru benjolan di perutnya kian membesar. Lantaran tak ada perkembangan, pihak keluarga memutuskan membawa Rajun ke RSUD Bima. Diagnosa dokter, Rajun menderita tumor ganas dan disarankan operasi di Mataram. “Sekarang Rajun dibawa ke Mataram atas rujukan RSUD Bima menggunakan kartu Jamkesmas,” akunya.
Saat dihubungi melalui telepon seluluer, Ahmad mengaku, Rajun saat ini sedang dirawat intensif di RSUP Mataram. Pihak medis baru melakukan transfusi daran, belum melakukan tindakan karena masih pemeriksaan. Hasil diagnosa dokter setempat juga memastikan, Rajun positif menderita penyakit tumor. “Dokter belum memutuskan operasi karena harus memeriksa tumornya dulu,” katanya dari Mataram, akhir pekan kemarin.
Selama dirawat sambungnya, Rajun mengeluhkan sakit, susah tidur, susah makan dan hanya mengandalkan cairan infus. Bahkan ketika sakit mendera tak sama sekali tak bisa bicara dan tak sadarkan diri. “Kendala kami saat ini biaya belum cukup untuk obat dan makan minum pendamping. Sampai saat ini, tidak ada bantuan dari pemerintah. Kami berharap kalau sudah cukup biaya, Rajun bisa segera dioperasi agar bisa melanjutkan sekolah,” harapnya.
Prihatin dengan konsisi Rajun dengan keterbatasan biaya berobat, sejumlah mahasiswa dan komunitas pemuda menggalang dana. Mereka adalah Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (PMI) STISIP, Barisan Bikers Bima (BBB), Madapala dan BEM STISIP. Penggalangan dana itu sudah empat hari berjalan dan rencananya akan dilakukan selama seminggu.
“Kami sebenarnya sudah coba datangi Dinsos Kabupaten Bima untuk minta bantuan biaya berobat Rajun, tetapi belum ada respon. Akhirnya, Rajun mau tidak mau harus ke Mataram hanya mengandalkan Jamkesmas. Makanya saat ini kami bergerak galang dana untuk membantu biaya pengobatan Rajun,” kata Ibunya penjual bakulan keliling dan memang dari keluarga miskin. Pemerintah Desa juga tak ada respon dan tindaklanjut untuk membantu,” kata Suriansyah Koordinator KSR STISIP.
Suriansyah mengaku, mendapat informasi tentang Rajun dari saudara sepupunya yang kuliah di STISIP Mbojo Bima. Dari informasi itu, bersama sejumlah komunitas lainnya melihat langsung kondisi Rajun di Desa Wilamaci yang dirawat seadanya di rumah karena keterbatasan biaya. Karena itu, memutuskan menggalang dana di sejumlah titik di Kota Bima selama seminggu. Penggalangan dilakukan mulai pagi hingga sore, bahkan berkemah di Taman Ria agar bisa maksimal membantu Rajun.
“Alhamdulillah tiga hari turun kami sudah dapat Rp.7 Juta lebih. Sehari kami dapat Rp.2 juta lebih. Bantuan ini akan kami serahkan langsung ke pihak keluarga setelah selesai penggalangan. Untuk mengetahui kondisi Rajun, kami juga setiap saat berkomunikasi dengan orangtua Rajun yang menemani ke Mataram,” tandasnya. (KS-13)
Kondisi Rajun Guvinda, Penderita tumor
Saat ini, anak kedua dari pasangan Ismail (Almarhum) dan Halisa itu harus berjuang melawan penyakit mematikan tersebut karena keterbatasan biaya berobat. Beruntung, teman-teman dari saudara Rajun cepat membantu mengurus segala keperluan berobat sehingga bisa segera dirawat di rumah sakit. Bermodalkan kartu Jamkesmas, Rajun didampingi keluarga melanjutkan pengobatan di Mataram setelah sempat di rawat di RSUD Bima.
Ahmad, keluarga Rajun menuturkan, penyakit tumor ganas itu bermula ketika Rajun mengeluhkan rasa sakit pada bagian perut usai bermain volly sekitar dua bulan lalu. Karena sakit tak kunjung reda, Rajun meminta bantuan tukang urut di desanya. Namun sakit yang diderita bukan malah membaik, tak berselang lama benjolan kecil dibagian perutnya muncul. “Awalnya sempat dikira bisul. Lalu dia dibawa ke Puskesmas Monta dan dirawat cukup lama,” tuturnya.
Hanya saja, dari hasil perawatan tidak menunjukan tanda-tanda membaik. Justru benjolan di perutnya kian membesar. Lantaran tak ada perkembangan, pihak keluarga memutuskan membawa Rajun ke RSUD Bima. Diagnosa dokter, Rajun menderita tumor ganas dan disarankan operasi di Mataram. “Sekarang Rajun dibawa ke Mataram atas rujukan RSUD Bima menggunakan kartu Jamkesmas,” akunya.
Saat dihubungi melalui telepon seluluer, Ahmad mengaku, Rajun saat ini sedang dirawat intensif di RSUP Mataram. Pihak medis baru melakukan transfusi daran, belum melakukan tindakan karena masih pemeriksaan. Hasil diagnosa dokter setempat juga memastikan, Rajun positif menderita penyakit tumor. “Dokter belum memutuskan operasi karena harus memeriksa tumornya dulu,” katanya dari Mataram, akhir pekan kemarin.
Selama dirawat sambungnya, Rajun mengeluhkan sakit, susah tidur, susah makan dan hanya mengandalkan cairan infus. Bahkan ketika sakit mendera tak sama sekali tak bisa bicara dan tak sadarkan diri. “Kendala kami saat ini biaya belum cukup untuk obat dan makan minum pendamping. Sampai saat ini, tidak ada bantuan dari pemerintah. Kami berharap kalau sudah cukup biaya, Rajun bisa segera dioperasi agar bisa melanjutkan sekolah,” harapnya.
Prihatin dengan konsisi Rajun dengan keterbatasan biaya berobat, sejumlah mahasiswa dan komunitas pemuda menggalang dana. Mereka adalah Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (PMI) STISIP, Barisan Bikers Bima (BBB), Madapala dan BEM STISIP. Penggalangan dana itu sudah empat hari berjalan dan rencananya akan dilakukan selama seminggu.
“Kami sebenarnya sudah coba datangi Dinsos Kabupaten Bima untuk minta bantuan biaya berobat Rajun, tetapi belum ada respon. Akhirnya, Rajun mau tidak mau harus ke Mataram hanya mengandalkan Jamkesmas. Makanya saat ini kami bergerak galang dana untuk membantu biaya pengobatan Rajun,” kata Ibunya penjual bakulan keliling dan memang dari keluarga miskin. Pemerintah Desa juga tak ada respon dan tindaklanjut untuk membantu,” kata Suriansyah Koordinator KSR STISIP.
Suriansyah mengaku, mendapat informasi tentang Rajun dari saudara sepupunya yang kuliah di STISIP Mbojo Bima. Dari informasi itu, bersama sejumlah komunitas lainnya melihat langsung kondisi Rajun di Desa Wilamaci yang dirawat seadanya di rumah karena keterbatasan biaya. Karena itu, memutuskan menggalang dana di sejumlah titik di Kota Bima selama seminggu. Penggalangan dilakukan mulai pagi hingga sore, bahkan berkemah di Taman Ria agar bisa maksimal membantu Rajun.
“Alhamdulillah tiga hari turun kami sudah dapat Rp.7 Juta lebih. Sehari kami dapat Rp.2 juta lebih. Bantuan ini akan kami serahkan langsung ke pihak keluarga setelah selesai penggalangan. Untuk mengetahui kondisi Rajun, kami juga setiap saat berkomunikasi dengan orangtua Rajun yang menemani ke Mataram,” tandasnya. (KS-13)
COMMENTS