Agar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bima segera angkat kaki dari wilayah Kota Bima.
Kota Bima, KS - Berdasarkan hasil reses Anggota DPRD Kota Bima Daerah Pemilihan (Dapil) III Raba dan Rasanae Timur Jum’at (25/9) di Dusun Sori Baru Kelurahan Lelamase M. Irfan, S. Sos, M.Si (Duta PKB) dan H. Armansyah, SE (Duta PKS) sepakat meminta agar Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bima segera angkat kaki dari wilayah Kota Bima. Pasalnya, apabila permintaan itu tidak diindahkan. keduanya minta kepada warga setempat untuk melakukan pemotongan (Pengrusahkan) pada pipa milik PDAM tersebut.
Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM)
Menurut H. Armansyah, SE, selama ini PDAM mengambil air dalam wilayah Kota Bima dan dipenggunanya (Penerima manfaat) masyarakat Kota Bima sendiri hingga ujung Barat Kecamatan Rasanae Barat, namun Pendapatan Anggaran Daerahnya (PAD) masuk kas Kabupaten Bima. “Inikan lucu namanya perusahaan milik daerah tetangga kita, bersarang dan mengambil kekayaan kita yang dikelolah oleh mereka dari kita dan hasilnya masuk PAD Kabupaten Bima, dan saya sepakat dengan penyataan M. Irfan lebih baik kita potong pipa penyalur airnya kalau PDAM tidak mau keluar dari wilayah Kota Bima,” ujar anggota dewan dari PKS tersebuti.
Seharusnya, warga Lelamase tidak kekeringan air bersih apabila ada niat PDAM untuk membantu warga sekitar, namun hal itu tidak pernah dilakukan, sehingga warga pemilik air mengalami krisi air bersih. “PDAM seharusnya punya hati, tidak saja mengambil tetapi juga membantu warga yang sedang mengalami krisi air bersih, dan diprioritas duhulu warga Lelamase,”kecamnya.
Salah seorang warga, Hasan Murtala Ketua RT. 007 Lelamase, menyamapaikan aspiranya mengeluhkan kondisi kelurahannya yang saat ini mengalami kekeringan.Dan ia mengutip janji pemerintah saat mengambil sumber air di Kelurhan Lelamase, yang menurutnya, saat itu sebahagian debit air diperuntukkan bagi kebutuhan warga lelamase. “ Dulu pemerintah pernah menjanjikan 15 liter perdetik itu untuk memenuhi kebutuhana warga lelamase, sementara sisanya untuk disalurkan, namun kenyataan hal itu tidak pernah dilakukan, sehingga saat ini warga lelamase mengalami krisis air bersih,”ungkapnya.
Selain mengeluhkan terjadinya krisis air, warga juga mengeluhkan terjadinya krisi moral yang terjadi akhir akhir ini, hal tersebut ditandai dengan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan keagamaan. Salah satu bukti minimnya TPA TPA di wilayah bagian timur Kota Bima tersebut.” TPA yang ada saja sangat minim memiliki Al Qur’an, bagaimana dapat mengembangkan ahklak anak anak kalau sarana pendukungnya tidak memadai,”keluhnya.
Selain itu, sarana ibadah yang ada juga menueurnya memerlukan perhatian serius dari pemerintah, contoh masjid Baiturrahman membutuhkan perhatian khusus, karena saat ini dalam keadaan bocor serta empat mushollah lainnya juga membutuhkan pagar keliling.(KS-Irul)
Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM)
Menurut H. Armansyah, SE, selama ini PDAM mengambil air dalam wilayah Kota Bima dan dipenggunanya (Penerima manfaat) masyarakat Kota Bima sendiri hingga ujung Barat Kecamatan Rasanae Barat, namun Pendapatan Anggaran Daerahnya (PAD) masuk kas Kabupaten Bima. “Inikan lucu namanya perusahaan milik daerah tetangga kita, bersarang dan mengambil kekayaan kita yang dikelolah oleh mereka dari kita dan hasilnya masuk PAD Kabupaten Bima, dan saya sepakat dengan penyataan M. Irfan lebih baik kita potong pipa penyalur airnya kalau PDAM tidak mau keluar dari wilayah Kota Bima,” ujar anggota dewan dari PKS tersebuti.
Seharusnya, warga Lelamase tidak kekeringan air bersih apabila ada niat PDAM untuk membantu warga sekitar, namun hal itu tidak pernah dilakukan, sehingga warga pemilik air mengalami krisi air bersih. “PDAM seharusnya punya hati, tidak saja mengambil tetapi juga membantu warga yang sedang mengalami krisi air bersih, dan diprioritas duhulu warga Lelamase,”kecamnya.
Salah seorang warga, Hasan Murtala Ketua RT. 007 Lelamase, menyamapaikan aspiranya mengeluhkan kondisi kelurahannya yang saat ini mengalami kekeringan.Dan ia mengutip janji pemerintah saat mengambil sumber air di Kelurhan Lelamase, yang menurutnya, saat itu sebahagian debit air diperuntukkan bagi kebutuhan warga lelamase. “ Dulu pemerintah pernah menjanjikan 15 liter perdetik itu untuk memenuhi kebutuhana warga lelamase, sementara sisanya untuk disalurkan, namun kenyataan hal itu tidak pernah dilakukan, sehingga saat ini warga lelamase mengalami krisis air bersih,”ungkapnya.
Selain mengeluhkan terjadinya krisis air, warga juga mengeluhkan terjadinya krisi moral yang terjadi akhir akhir ini, hal tersebut ditandai dengan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan keagamaan. Salah satu bukti minimnya TPA TPA di wilayah bagian timur Kota Bima tersebut.” TPA yang ada saja sangat minim memiliki Al Qur’an, bagaimana dapat mengembangkan ahklak anak anak kalau sarana pendukungnya tidak memadai,”keluhnya.
Selain itu, sarana ibadah yang ada juga menueurnya memerlukan perhatian serius dari pemerintah, contoh masjid Baiturrahman membutuhkan perhatian khusus, karena saat ini dalam keadaan bocor serta empat mushollah lainnya juga membutuhkan pagar keliling.(KS-Irul)
COMMENTS