Terduga teroris Fajar alias Chan alias Muhammad Fuad diduga terlibat penembakan Kapolsek Ambalawi AKP Abdul Salam. Bahkan, senjata api (senpi) yang digunakan untuk melawan anggota Desus 88 Antiteror diketahui milik Abdul Salam.
Mataram, KS.- Terduga teroris Fajar alias Chan alias Muhammad Fuad diduga terlibat penembakan Kapolsek Ambalawi AKP Abdul Salam. Bahkan, senjata api (senpi) yang digunakan untuk melawan anggota Desus 88 Antiteror diketahui milik Abdul Salam.
Fajar mencuri senpi saat menembak mati Abdul Salam di Ambalawi. Kemudian, senpi itu pula yang dipakai jaringan Santoso ini untuk melukai Bharada Efendi anggota Densus 88 saat penggerebak berlangsung.
Wakapolda NTB Kombes Pol Imam Margono memastikan senpi yang disita dari tangan Fajar merupakan milik Kapolsek Ambalawi Abdul Salam. Terduga teroris mencurinya usai menembak mati korban, lalu senpi tersebut juga yang dipakai untuk melawan densus dan brimob. ”Senpi yang disita itu milik Almarhum Abdul Salam. Pelaku mencurinya,” kata Imam di Mesjid Polda NTB, kepada koran stabilitas Rabu (16/02) kemarin.
Fajar tidak hanya terlibat penembakan Kapolsek Ambalawi, namun jaringannya terlibat pula penembakan anggota polri yang bertugas di Poso belum lama ini. ”Senpi itu yang digunakan pelaku untuk menembak salah seorang anggota dari Satbrimob Subden A Bima, Bharada Efendi,” jelasnya.
Peluru yang berasa dari senpi Kapolsek Ambawalawi tersebut mengenai bagian lengan kiri hingga tembus ke bagian dada kirinya. Efendi pun terkapar dan langsung dilarikan ke RSUD Bima. Saat ini Efendi telah dirujuk ke RSUD Sanglah, Denpasar, Bali karena lukanya sangat parah. ”Anggota yang terkena tembak sudah dibawa ke Denpasar, Bali, karena di Mataram sendiri masih terbatas tenaga medis,” ungkap dia.
Tim Densus 88 Antiteror sudah lama melakukan pengintaian di wilayah tersebut, khususnya menyelidiki aktivitas Fajar. Sebab, dia diduga orang penting dalam jaringan Santoso yang bertugas merekrut anggota anggota baru. ”Dia memang menjadi target operasi tim densus. Dari tangan Fajar kami menyita alat bukti berupa senjata api jenis revolver yang digunakan Fajar juga sudah diamankan,” sebutnya.
Terkait dua orang yang diamankan, Imam mengaku, masih diselidiki keterlibatannya. Dua orang yang ikut diamankan masih diamankan di NTB. Namun dia masih enggan membeberkan identitas serta lokasi pengamanan dua orang yang masih berstatus saksi tersebut. ”Dua orang itu belum dibawa ke Mabes, masih diperiksa secara intensif di NTB,” katanya.
Imam menambahkan, tim densus masih menyelidiki dan mendalami peran keduanya. Apakah mereka pernah terlibat serangkaian aksi jaringan Santoso.”Tim densus masih dalami,” ucap dia.
Terkait jenazah Fajar, Imam mengaku telah dievakuasi dari Bima menuju Mataram. Jenazahnya sedang diotopsi di Rumah Sakit Bhayangkara guna kepentingan penyelidikan. ”Tidak dibawa ke Jakarta. Otopsinya disini (Mataram.red),” bebernya.
Ia belum bisa memastikan kapan otopsi selesai. Kemungkinan, kata dia, usai otopsi jenazah Fajar akan dipulangkan ke Bima, kemudian dikebumikan. ”Kalau lokasi di makamkan saya belum tahu. Mungkin di Bima,” pungkasnya.
Ditanya soal 3 warga penatoi yakni Imam, Landa Dan Iwan yang hilang pasca penangkapan Fajar, Wakapolda mengaku belum mengetahui persis. Sebab belum ada laporan resmi yang diterimanya. “ Saya belum bisa memastikannya, apakah ketiga orang tersebut dibawa anggota Densus atau dibawa banjir,” ujarnya sambil tersenyum. (KS-02)
Fajar mencuri senpi saat menembak mati Abdul Salam di Ambalawi. Kemudian, senpi itu pula yang dipakai jaringan Santoso ini untuk melukai Bharada Efendi anggota Densus 88 saat penggerebak berlangsung.
Wakapolda NTB Kombes Pol Imam Margono memastikan senpi yang disita dari tangan Fajar merupakan milik Kapolsek Ambalawi Abdul Salam. Terduga teroris mencurinya usai menembak mati korban, lalu senpi tersebut juga yang dipakai untuk melawan densus dan brimob. ”Senpi yang disita itu milik Almarhum Abdul Salam. Pelaku mencurinya,” kata Imam di Mesjid Polda NTB, kepada koran stabilitas Rabu (16/02) kemarin.
Fajar tidak hanya terlibat penembakan Kapolsek Ambalawi, namun jaringannya terlibat pula penembakan anggota polri yang bertugas di Poso belum lama ini. ”Senpi itu yang digunakan pelaku untuk menembak salah seorang anggota dari Satbrimob Subden A Bima, Bharada Efendi,” jelasnya.
Peluru yang berasa dari senpi Kapolsek Ambawalawi tersebut mengenai bagian lengan kiri hingga tembus ke bagian dada kirinya. Efendi pun terkapar dan langsung dilarikan ke RSUD Bima. Saat ini Efendi telah dirujuk ke RSUD Sanglah, Denpasar, Bali karena lukanya sangat parah. ”Anggota yang terkena tembak sudah dibawa ke Denpasar, Bali, karena di Mataram sendiri masih terbatas tenaga medis,” ungkap dia.
Tim Densus 88 Antiteror sudah lama melakukan pengintaian di wilayah tersebut, khususnya menyelidiki aktivitas Fajar. Sebab, dia diduga orang penting dalam jaringan Santoso yang bertugas merekrut anggota anggota baru. ”Dia memang menjadi target operasi tim densus. Dari tangan Fajar kami menyita alat bukti berupa senjata api jenis revolver yang digunakan Fajar juga sudah diamankan,” sebutnya.
Terkait dua orang yang diamankan, Imam mengaku, masih diselidiki keterlibatannya. Dua orang yang ikut diamankan masih diamankan di NTB. Namun dia masih enggan membeberkan identitas serta lokasi pengamanan dua orang yang masih berstatus saksi tersebut. ”Dua orang itu belum dibawa ke Mabes, masih diperiksa secara intensif di NTB,” katanya.
Imam menambahkan, tim densus masih menyelidiki dan mendalami peran keduanya. Apakah mereka pernah terlibat serangkaian aksi jaringan Santoso.”Tim densus masih dalami,” ucap dia.
Terkait jenazah Fajar, Imam mengaku telah dievakuasi dari Bima menuju Mataram. Jenazahnya sedang diotopsi di Rumah Sakit Bhayangkara guna kepentingan penyelidikan. ”Tidak dibawa ke Jakarta. Otopsinya disini (Mataram.red),” bebernya.
Ia belum bisa memastikan kapan otopsi selesai. Kemungkinan, kata dia, usai otopsi jenazah Fajar akan dipulangkan ke Bima, kemudian dikebumikan. ”Kalau lokasi di makamkan saya belum tahu. Mungkin di Bima,” pungkasnya.
Ditanya soal 3 warga penatoi yakni Imam, Landa Dan Iwan yang hilang pasca penangkapan Fajar, Wakapolda mengaku belum mengetahui persis. Sebab belum ada laporan resmi yang diterimanya. “ Saya belum bisa memastikannya, apakah ketiga orang tersebut dibawa anggota Densus atau dibawa banjir,” ujarnya sambil tersenyum. (KS-02)
COMMENTS