Aparat Kepolisian dari Polres Bima Kabupaten mengamankan dua warga Desa Sai Kecamatan Soromandi karena diduga memiliki senjata api (senpi) rakitan.
Aparat Kepolisian dari Polres Bima Kabupaten mengamankan dua warga Desa Sai Kecamatan Soromandi karena diduga memiliki senjata api (senpi) rakitan. Keduanya masing-masing berinisial B (27) dan U (18) dan berprofesi sebagai petani. Mereka diamankan usai bentrokan terjadi antara kelompok warga Desa Sai dan Dusun Lia Desa Punti, Sabtu (22/8) kemarin.
Menurut keterangan Kapolres Bima Kabupaten, AKBP IGPG Ekawana P, SIK, oknum B ikut dalam kelompok warga Sai mendatangi Desa Lia. Oknum sempat diintai aparat karena curiga membawa senpi yang disimpan dibalik baju disamping pinggangnya. Usai bentrokan terjadi, oknum pun digeledah dan Polisi berhasil menemukan senpi rakitan yang diduga hendak digunakan saat bentrok.
“Sedangkan U kita amankan sebagai saksi. Keduanya saat ini masih dimintai keterangan di Polres Bima Kabupaten untuk kepentingan penyelidikan,” jelas Kapolres melalui telepon seluler.
Informasi yang dihimpun, bentrokan antar dua kelompok warga mengakibatkan satu warga berinisial R (28) tewas dan satu terluka berinisial S (40) asal Desa Sai. Korban tewas diduga terkena lemparan batu dari kelompok warga lainnya yang berada di atas gunung Dusun Lia.
Terkait hal itu Kapolres mengaku, saat bentrokan Polisi berada di tengah-tengah warga yang bertikai. Warga Lia berada di atas gunung, sementara warga Desa Sai berada di bawah. Batu diduga datang dari arah atas dan sempat mengenai aparat. Karena adanya serangan batu tersebut aparat pun mundur, begitu juga warga Sai. Saat dilempar, aparat diakui tidak memberikan perlawanan.
Bahkan ungkapnya, aparat pun tidak melihat jika ada warga Desa Sai yang terkena lemparan batu. ”Kami pastikan itu bukan batu dari arah aparat. Karena kami juga dilempar oleh warga Lia,” jelas Kapolres. Ia menduga, bentrok antar dua warga tersebut karena diprovokasi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Padahal, pihaknya sudah mengingatkan untuk tidak saling serang, karena isu bom Molotov yang menyebabkan rumah warga Lia terbakar bukan dilakukan oleh warga Desa Sai.
Kapolres juga membantah, air minum yang hendak diberikan apara ke warga Sai telah dimasukan racun oleh warga Lia. Saat istrahat, warga Sai memang meminta air minum karena kehausan. Namun ketika diberikan air minum oleh anggota Brimob, oknum warga Sai menghancurkan tempat air minum karena menduga mengandung racun. Kejadian itu membuat aparat tersinggung dan melakukan sweeping kepada semua warga yang datang.
“Sweeping itu mendapati oknum warga yang membawa senpi rakitan sehingga terjaring dan diamankan ke Polres,” tuturnya.
Mengenai korban saat bentrokan, Kapolres mengaku telah mengecek dan dipastikan tidak ada warga yang luka parah atau kritis. Informasi yang beredar itu diakui sebagai bentuk provokasi dari pihak tertentu agar menimbulkan korban dan harta benda kedua belah pihak. “Informasi ada yang koma, luka parah bahkan ada yang mati dan warga Lia ingin membakar rumah warga Sai tidak benar karena warga Lia ingin kedamaian,” bantahnya.
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Camat dan kedua Kepala Desa untuk segera membicarakan penyelesaian yang baik terkati persoalan tersebut. Sebab bila ketegangan terus berlanjut, dikuatirkan akan jatuh korban lagi dari kedua kelompok warga sehingga merugikan mereka sendiri. (KS-13)
Menurut keterangan Kapolres Bima Kabupaten, AKBP IGPG Ekawana P, SIK, oknum B ikut dalam kelompok warga Sai mendatangi Desa Lia. Oknum sempat diintai aparat karena curiga membawa senpi yang disimpan dibalik baju disamping pinggangnya. Usai bentrokan terjadi, oknum pun digeledah dan Polisi berhasil menemukan senpi rakitan yang diduga hendak digunakan saat bentrok.
“Sedangkan U kita amankan sebagai saksi. Keduanya saat ini masih dimintai keterangan di Polres Bima Kabupaten untuk kepentingan penyelidikan,” jelas Kapolres melalui telepon seluler.
Informasi yang dihimpun, bentrokan antar dua kelompok warga mengakibatkan satu warga berinisial R (28) tewas dan satu terluka berinisial S (40) asal Desa Sai. Korban tewas diduga terkena lemparan batu dari kelompok warga lainnya yang berada di atas gunung Dusun Lia.
Terkait hal itu Kapolres mengaku, saat bentrokan Polisi berada di tengah-tengah warga yang bertikai. Warga Lia berada di atas gunung, sementara warga Desa Sai berada di bawah. Batu diduga datang dari arah atas dan sempat mengenai aparat. Karena adanya serangan batu tersebut aparat pun mundur, begitu juga warga Sai. Saat dilempar, aparat diakui tidak memberikan perlawanan.
Bahkan ungkapnya, aparat pun tidak melihat jika ada warga Desa Sai yang terkena lemparan batu. ”Kami pastikan itu bukan batu dari arah aparat. Karena kami juga dilempar oleh warga Lia,” jelas Kapolres. Ia menduga, bentrok antar dua warga tersebut karena diprovokasi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Padahal, pihaknya sudah mengingatkan untuk tidak saling serang, karena isu bom Molotov yang menyebabkan rumah warga Lia terbakar bukan dilakukan oleh warga Desa Sai.
Kapolres juga membantah, air minum yang hendak diberikan apara ke warga Sai telah dimasukan racun oleh warga Lia. Saat istrahat, warga Sai memang meminta air minum karena kehausan. Namun ketika diberikan air minum oleh anggota Brimob, oknum warga Sai menghancurkan tempat air minum karena menduga mengandung racun. Kejadian itu membuat aparat tersinggung dan melakukan sweeping kepada semua warga yang datang.
“Sweeping itu mendapati oknum warga yang membawa senpi rakitan sehingga terjaring dan diamankan ke Polres,” tuturnya.
Mengenai korban saat bentrokan, Kapolres mengaku telah mengecek dan dipastikan tidak ada warga yang luka parah atau kritis. Informasi yang beredar itu diakui sebagai bentuk provokasi dari pihak tertentu agar menimbulkan korban dan harta benda kedua belah pihak. “Informasi ada yang koma, luka parah bahkan ada yang mati dan warga Lia ingin membakar rumah warga Sai tidak benar karena warga Lia ingin kedamaian,” bantahnya.
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Camat dan kedua Kepala Desa untuk segera membicarakan penyelesaian yang baik terkati persoalan tersebut. Sebab bila ketegangan terus berlanjut, dikuatirkan akan jatuh korban lagi dari kedua kelompok warga sehingga merugikan mereka sendiri. (KS-13)
COMMENTS