Proses Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia telah usai. Pengelompokkan-pengelompokan masyarakat yang diakibatkan beda pilihan tidak boleh terjadi lagi.
Proses Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Indonesia telah usai. Pengelompokkan-pengelompokan masyarakat yang diakibatkan beda pilihan tidak boleh terjadi lagi. Sudah saatnya, masyarakat Indonesia bersatu membangun bangsa ini tanpa mempersoalkan hasil Pilpres 9 Juli lalu.
"Apapun hasil dari proses Pilpres 9 Juli lalu yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), kita harus mendukung," ujar Direktur LSM PIDU NTB, Asrul Raman, M.Pd. Asrul mengatakan, selama proses hingga jalannya sidang sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) masyarakat Indonesia berkelompok sesuai dengan pilihan masing-masing. Tak jarang, ketegangan antara kedua kubu tak terhindarkan. Panasnya suasana Pilpres bisa dilihat dari setiap pemberitaan media massa, media sosila. Dari berita-berita, kerap terlihat ketegangan antara tim sukses.
"Kalau di media sosial, itu lebih parah lagi. Para pendukung bisa mencaci maki calon yang tak disukai. Ini sudah jatuh ke ranah kampanye hitam," ulas Asrul.
Meski demikian, dia beranggapan hal itu lumrah dalam dunia politik. Ia pun meyakini bahwa ketegangan itu akan mencair. "Biasanya, usai proses ini akan 'mencair' lagi. Untuk itu, sangat perlu dukungan dari media massa agar suasana kondusif dan persatuan kesatuan Indonesia tetap terjaga," ujarnya.
Asrul menambahkan, dengan selesai kampanye politik dan pemilihan langsung, perlu disusul dengan menumbuhkan sikap santun, tenang, dan menguatkan persaudaraan antar sesama, persaudaraan dalam dimensi kebangsaan.
"Sudah saatnya kita rukun kembali, menjaga toleransi dan perdamaian. Prinsipnya sesama warga Indonesia perlu merekatkan kembali rasa bersaudara, setanah air, dan sebangsa," katanya. (KS-13)
"Apapun hasil dari proses Pilpres 9 Juli lalu yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), kita harus mendukung," ujar Direktur LSM PIDU NTB, Asrul Raman, M.Pd. Asrul mengatakan, selama proses hingga jalannya sidang sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) masyarakat Indonesia berkelompok sesuai dengan pilihan masing-masing. Tak jarang, ketegangan antara kedua kubu tak terhindarkan. Panasnya suasana Pilpres bisa dilihat dari setiap pemberitaan media massa, media sosila. Dari berita-berita, kerap terlihat ketegangan antara tim sukses.
"Kalau di media sosial, itu lebih parah lagi. Para pendukung bisa mencaci maki calon yang tak disukai. Ini sudah jatuh ke ranah kampanye hitam," ulas Asrul.
Meski demikian, dia beranggapan hal itu lumrah dalam dunia politik. Ia pun meyakini bahwa ketegangan itu akan mencair. "Biasanya, usai proses ini akan 'mencair' lagi. Untuk itu, sangat perlu dukungan dari media massa agar suasana kondusif dan persatuan kesatuan Indonesia tetap terjaga," ujarnya.
Asrul menambahkan, dengan selesai kampanye politik dan pemilihan langsung, perlu disusul dengan menumbuhkan sikap santun, tenang, dan menguatkan persaudaraan antar sesama, persaudaraan dalam dimensi kebangsaan.
"Sudah saatnya kita rukun kembali, menjaga toleransi dan perdamaian. Prinsipnya sesama warga Indonesia perlu merekatkan kembali rasa bersaudara, setanah air, dan sebangsa," katanya. (KS-13)
COMMENTS