Kasus asusila dan amoral belakangan ini kembali marak terjadi di Bima. Kondisi itu membuat prihatin banyak kalangan.
Kasus asusila dan amoral belakangan ini kembali marak terjadi di Bima. Kondisi itu membuat prihatin banyak kalangan. Terakhir, masyarakat Kota Bima disuguhkan dengan pemberitaan mengenai dua siswi Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang diduga dicabuli oknum pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA). Tentu saja, kejadian itu menghentakkan publik terutama kedua orangtua korban.
Akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Qur'an (STIQ) Bima, Taufan Sya'ban, SQ menilai, rentetan kasus asusila yang terjadi di Bima salah satu penyebabnya karena kurang penanaman pendidikan Agama Islam kepada anak. Padahal, pendidikan agama merupakan penunjang akhlak generasi. “Pendidikan Agama Islam hanya diberikan porsi yang disedikit dibanding pendidikan lainnya. Lihat saja di sekolah, hanya diberikan jatah dua jam pelajaran saja,” ujarnya, kemarin.
Porsi Pendidikan Agama Islam yang sedikit menurutnya, menyebabkan pembinaan akhlak dan moral tidak maksimal kepada anak. Faktor lain juga disebabkan kurangnya keteladanan yang ditampilkan oleh sebagian orangtua, pendidik dan masyarakat. Akibatnya, anak kehilangan figur yang patut ditiru, diikuti dan diteladani dalam bersikap dan tingkah laku. “Rasulullah sangat menekankan soal keteladanan. Bahkan, beliau dikenal dengan kepribadian yang luhur dan teladan sepanjang jaman,” tuturnya.
Karenanya lanjut Ketua Lembaga Penilitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIQ Bima ini, semua pihak harus berperan aktif terutama orang tua yang merupakan pendidik utama dalam lingkungan keluarga. Sebagaimana diingatkan Rasulullah dalam sebuah hadist kata dia, orangtua diminta untuk mengajari anak derngan tiga perkara.
Yakni mengajari untuk mengenal Nabinya sebagai teladan terbaik, mengajari untuk mengenal para sahabat Nabi dan ulama sebagai pewaris para Nabi serta mengajari Al Qur'an dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. “Kalau tiga perkara ini diajarkan dengan baik, InsyaAllah akhlak generasi akan baik pula,” sambung pengajar Pondok Pesantren Al Husaini Kota Bima ini.
Mengenai tanggungjawab orangtua terhadap anak lanjutnya, Al Quran juga telah mengingatkan, apabila orangtua tidak memberikan hak-hak anak seperti pendidikan akhlak, moral dan nilai-nilai Islam, maka orang tua itu telah durhaka terhadap anak selayaknya umat muslim. “Ganjaran bagi orangtua apabila mengabaikan hak-hak anak maka akan berdosa karena anak merupakan amanah dari Allah. Mengabaikan amanah dari Allah berarti bukan termasuk orang-orang beriman,” terangnya.
Muballigh muda ini menambahkan, para ulama juga menjelaskan tentang akhlak terutama dalam pergaulan. Anak harus diajarkan memiliki akhlak yang terbaik karena sesungguhnya akhlak itu merupakan perbuatan yang terbentuk dari kebiasaan. “Untuk itu, akhlak harus dilatih oleh orang tua dan pendidik agama sejak dini agar terbentuk karakter terpuji anak yang muncul dari kebiasaan,” pungkasnya. (KS-13)
Akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Qur'an (STIQ) Bima, Taufan Sya'ban, SQ menilai, rentetan kasus asusila yang terjadi di Bima salah satu penyebabnya karena kurang penanaman pendidikan Agama Islam kepada anak. Padahal, pendidikan agama merupakan penunjang akhlak generasi. “Pendidikan Agama Islam hanya diberikan porsi yang disedikit dibanding pendidikan lainnya. Lihat saja di sekolah, hanya diberikan jatah dua jam pelajaran saja,” ujarnya, kemarin.
Porsi Pendidikan Agama Islam yang sedikit menurutnya, menyebabkan pembinaan akhlak dan moral tidak maksimal kepada anak. Faktor lain juga disebabkan kurangnya keteladanan yang ditampilkan oleh sebagian orangtua, pendidik dan masyarakat. Akibatnya, anak kehilangan figur yang patut ditiru, diikuti dan diteladani dalam bersikap dan tingkah laku. “Rasulullah sangat menekankan soal keteladanan. Bahkan, beliau dikenal dengan kepribadian yang luhur dan teladan sepanjang jaman,” tuturnya.
Karenanya lanjut Ketua Lembaga Penilitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIQ Bima ini, semua pihak harus berperan aktif terutama orang tua yang merupakan pendidik utama dalam lingkungan keluarga. Sebagaimana diingatkan Rasulullah dalam sebuah hadist kata dia, orangtua diminta untuk mengajari anak derngan tiga perkara.
Yakni mengajari untuk mengenal Nabinya sebagai teladan terbaik, mengajari untuk mengenal para sahabat Nabi dan ulama sebagai pewaris para Nabi serta mengajari Al Qur'an dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. “Kalau tiga perkara ini diajarkan dengan baik, InsyaAllah akhlak generasi akan baik pula,” sambung pengajar Pondok Pesantren Al Husaini Kota Bima ini.
Mengenai tanggungjawab orangtua terhadap anak lanjutnya, Al Quran juga telah mengingatkan, apabila orangtua tidak memberikan hak-hak anak seperti pendidikan akhlak, moral dan nilai-nilai Islam, maka orang tua itu telah durhaka terhadap anak selayaknya umat muslim. “Ganjaran bagi orangtua apabila mengabaikan hak-hak anak maka akan berdosa karena anak merupakan amanah dari Allah. Mengabaikan amanah dari Allah berarti bukan termasuk orang-orang beriman,” terangnya.
Muballigh muda ini menambahkan, para ulama juga menjelaskan tentang akhlak terutama dalam pergaulan. Anak harus diajarkan memiliki akhlak yang terbaik karena sesungguhnya akhlak itu merupakan perbuatan yang terbentuk dari kebiasaan. “Untuk itu, akhlak harus dilatih oleh orang tua dan pendidik agama sejak dini agar terbentuk karakter terpuji anak yang muncul dari kebiasaan,” pungkasnya. (KS-13)
COMMENTS