Warga Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasana,e Barat Kota Bima meminta kepada Pemkot Bima melalui Dikpora untuk menggabungkan SDN 29 dan 41 Kota Bima.
Warga Kelurahan Tanjung Kecamatan Rasana,e Barat Kota Bima meminta kepada Pemkot Bima melalui Dikpora untuk menggabungkan SDN 29 dan 41 Kota Bima. Tujuannya, agar SMPN 13 Kota Bima terpisah dari SDN, karena hingga saat ini Sekolah tersebut masih satu lokasi dengan SDN 29. Selain itu, untuk mengantisipasi terus terjadinya perselisihan antara pelajar SMP dan SDN.
Ketua Karang Taruna Kelurahan Tanjung, Ahmad Ishaka kepada Koran ini Senin (21/10) mengatakan, usulan agar dua SDN bertetangga itu segera digabung sudah sering kali dilakukan, bahkan sudah diketahui Pemkot. Namun, upaya baik oleh pihak Sekolah maupun warga praktis tak membuahkan hasil maksimal. “Kami sudah lama mengusulkan hal itu, tapi belum juga ditanggapi serius,” katanya.
Diakuinya, ada beberapa alasan mendasar hingga muncul usulan untuk menggabungkan dua SDN tersebut. Seperti SMP itu memiliki lokasi sendiri (tidak satu lokasi dengan SDN 29), menjaga tidak terjadinya perkelahian antar siswa SDN dan SMP, mengingat insiden antar pelajar itu sudah sering kali terjadi. “Kami minta agar dua SDN itu digabung, SDN 29 gabung ke 41 atau sebaliknya 41 gabung ke 29. Sehingga, satu-satunya SMP di Kelurahan kami tidak lagi digabung dengan SDN,” ujarnya.
Apabila lanjutnya, dua SDN itu tidak digabung, kemudian SMP itu dipindahkan ke lokasi diluar Tanjung, warga tanjung akan bereaksi untuk menolak pemindahan lokasi SMP tersebut. Masalahnya, keberadaan SMP itu sangat dibutuhkan dilingkungan setempat. Karena, dengan hadirnya SMP itu angka putus sekolah di Tanjung sudah menurun drastis. “Seluruh warga tanjung menolak SMP itu dipindahkan kelokasi lain, jadi salah satu solusi yang harus segera dilakukan Pemkot adalah menggabungkan dua SDN tersebut,” tegasnya.
Ia juga mengaku tidak tahu persis alasan tidak digabungkan dua SDN tersebut, padahal usulan sudah berlangsung lama. Namun, dirinya menduga salah satu Kepsek SDN tidak menginginkan penggabungan SDN, karena mungkin merasa takut kehilangan Jabatan sebagai Kepala Sekolah (Kepsek). “Kalau takut hilang Jabatan, ya jangan jadi Pejabat dong, Jabatan itukan amanah dan kepercayaan bukan milik nenek moyangmu. Intinya, kami minta dua SDN dimaksud segera digabung,” desaknya.
Sementara, Kepsek SMPN 13 Kota Bima, Yunus Mustakim, S.Pd mengaku sudah mengusulkan hal itu pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora). Hanya saja, masih menunggu keputusan dari Pemkot. “Usulan itu sedang dibahas, hasilnya kita tunggu saja, apakah akan digabung atau tidak, sekali lagi kita tunggu usulan itu selesai dibahas,” tandasnya.
Yunus juga mengaku, insiden perkelahian antar pelajar SMP dan SDN sering kali terjadi. Salah satu pemicunya, karena SMP dan SDN ini berada dalam satu lokasi. “Insiden antar siswa memang sering kali terjadi, cuman beberapa kali kejadian itu mampu diatasi, yang kami takutkan kejadian itu terus terjadi. Jadi, kalau bisa usulan itu segera mungkin direalisasikan,” sarannya. (KS-09)
Ketua Karang Taruna Kelurahan Tanjung, Ahmad Ishaka kepada Koran ini Senin (21/10) mengatakan, usulan agar dua SDN bertetangga itu segera digabung sudah sering kali dilakukan, bahkan sudah diketahui Pemkot. Namun, upaya baik oleh pihak Sekolah maupun warga praktis tak membuahkan hasil maksimal. “Kami sudah lama mengusulkan hal itu, tapi belum juga ditanggapi serius,” katanya.
Diakuinya, ada beberapa alasan mendasar hingga muncul usulan untuk menggabungkan dua SDN tersebut. Seperti SMP itu memiliki lokasi sendiri (tidak satu lokasi dengan SDN 29), menjaga tidak terjadinya perkelahian antar siswa SDN dan SMP, mengingat insiden antar pelajar itu sudah sering kali terjadi. “Kami minta agar dua SDN itu digabung, SDN 29 gabung ke 41 atau sebaliknya 41 gabung ke 29. Sehingga, satu-satunya SMP di Kelurahan kami tidak lagi digabung dengan SDN,” ujarnya.
Apabila lanjutnya, dua SDN itu tidak digabung, kemudian SMP itu dipindahkan ke lokasi diluar Tanjung, warga tanjung akan bereaksi untuk menolak pemindahan lokasi SMP tersebut. Masalahnya, keberadaan SMP itu sangat dibutuhkan dilingkungan setempat. Karena, dengan hadirnya SMP itu angka putus sekolah di Tanjung sudah menurun drastis. “Seluruh warga tanjung menolak SMP itu dipindahkan kelokasi lain, jadi salah satu solusi yang harus segera dilakukan Pemkot adalah menggabungkan dua SDN tersebut,” tegasnya.
Ia juga mengaku tidak tahu persis alasan tidak digabungkan dua SDN tersebut, padahal usulan sudah berlangsung lama. Namun, dirinya menduga salah satu Kepsek SDN tidak menginginkan penggabungan SDN, karena mungkin merasa takut kehilangan Jabatan sebagai Kepala Sekolah (Kepsek). “Kalau takut hilang Jabatan, ya jangan jadi Pejabat dong, Jabatan itukan amanah dan kepercayaan bukan milik nenek moyangmu. Intinya, kami minta dua SDN dimaksud segera digabung,” desaknya.
Sementara, Kepsek SMPN 13 Kota Bima, Yunus Mustakim, S.Pd mengaku sudah mengusulkan hal itu pada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora). Hanya saja, masih menunggu keputusan dari Pemkot. “Usulan itu sedang dibahas, hasilnya kita tunggu saja, apakah akan digabung atau tidak, sekali lagi kita tunggu usulan itu selesai dibahas,” tandasnya.
Yunus juga mengaku, insiden perkelahian antar pelajar SMP dan SDN sering kali terjadi. Salah satu pemicunya, karena SMP dan SDN ini berada dalam satu lokasi. “Insiden antar siswa memang sering kali terjadi, cuman beberapa kali kejadian itu mampu diatasi, yang kami takutkan kejadian itu terus terjadi. Jadi, kalau bisa usulan itu segera mungkin direalisasikan,” sarannya. (KS-09)
COMMENTS