Isu dukun santet yang beredar di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima hingga pengerusakan rumah, Sabtu malam (1/11) lalu, diatensi Anggota DPRD Kabupaten Bima, Muhammad Karma.
Isu dukun santet yang beredar di Desa Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima hingga pengerusakan rumah, Sabtu malam (1/11) lalu, diatensi Anggota DPRD Kabupaten Bima, Muhammad Karma. Menurut dia, fitnah keji yang belum dapat dibuktikan kebenarannya itu tidak mesti disikapi dengan tindakan anarkis dan destruktif.
Dia menyesalkan tindakan beberapa oknum warga yang merusak rumah Juhaini, ibu tiga putri yang dicurigai dukun santet. “Mestinya warga tidak lantas main hakim sendiri karena Negara kita ini Negara hukum,” katanya di DPRD Kabupaten Bima, Selasa 4 Oktober 2014.
Dikatakannya, jika ada masalah yang berkaitan dengan dugaan santet, ada tokoh masyarakat dan aparat desa maupun kepolisian yang mestinya dilaporkan untuk mencari penyelasiannya. Apalagi persoalan santet sangat sulit dibuktikan. “Ada aparat kepolisian dan pemerintah desa yang harus diberi kepercayan untuk mencari sousinya. Bukan dengan main hakim sendiri,” ujar politis PBB Dapil Ambalawi, Wera dan Wawo itu.
Dia meminta, aparat Kepolisian mengusut tuntas persoalan itu. Oknum-oknum yang menghasut dan merusak rumah korban harus diproses hukum. “Ini artinya supaya kita menghargai hukum sebagai panglima di Negara kita ini,” tandasnya.
Kepada aparat pemerintah kecamatan dan desa, Karma juga meminta untuk segera bertindak mendamaikan persolan itu. Agar nantinya, baik yang mencurigai maupun yang dicurigai bisa hidup tenang dan berdampingan. “Masalah dugaan dukun santet ini jangan anggap sepele, harus segera disikapi,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Desa (Kades) Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, Burhanuddin SH, mengaku kaget seorang warganya Juhaini (45 thn) dicurigai dukun santet. Apalagi hingga terjadi penyerangan rumah yang dilakukan sejumlah warga Dusun Sangiang dan Ujung Kalate, Sabtu malam (1 November 2014).
Menurut Burhanuddin, Juhaini dikenal baik dan selalu aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keperempuanan di Kecamatan Ambalawi, khususnya Desa Nipa. Bahkan, katanya, Juhaini tidak pernah alpa dari undangan berbagai organisasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan skala nasional maupun internasional. “Ibu Juhaini dikenal aktifis gender terbaik di desa ini,” ujar Burhanuddin pada Aktualita.info di Desa Nipa, Minggu 2 November 2014.
Selain itu, lanjut dia, Juhaini juga dikenal sebagai guru ngaji bagi anak-anak di Dusun Pasir Putih. Kades mengaku tidak percaya tuduhan dukun santet terhadap Juhaini. “Kami tidak yakin itu hanya tuduhan yang tidak bisa buktikan,” kata Burhanuddin saat berama sejumlah warganya menjaga rumah Juhaini.
Menurut dia, peristiwa penyerangan rumah Juhaini yang spontan terjadi Sabtu malam itu, berawal dari kemarahan warga yang sebelumnya sudah terprovokasi dengan isu Juhaini dukun santet. Ceritanya, ada seorang warga Dusun Sangiang yang sakit dan kesurupan. Saat ditangani ‘orang pintar’ warga yang sakit itu menyebut-nyebut nama Juhaini telah menyantetnya. “Hal ini yang memicu masalahnya, tapi itu kok dipercaya,” tandasnya.
Burhanuddin mengaku, bebarapa waktu lalu Juhaini pernah meminta dilakukan sumpah pocong untuk membuktikan tuduhan itu. Namun pihaknya tidak melaksanakan karena pertimbangan kemungkinan terjadinya gesekan dua keluarga tersebut. “Sulit dan dilematis karena siapa yang benar dan yang salah sangat riskan terjadi gesekan,” jelasnya.
Dia berharap pascaperistiwa penyerangan rumah Juhaini, masyarakat bisa menahan diri dan tidak terpancing dengan isu yang sulit dibuktikan. “Sementara kami sedang memulihkan keadaan dulu. Nanti akan ada langkah-langkah perdamaian,” kata Burhanuddin.
Kapolsek Ambalawi, IPDA Wahyudin, mengaku telah melakukan olah tempat kejadian perkara. Sejumlah barang-bukti pengeruskan rumah Juhaini telah diamankan untuk dilakukan proses penyelidikan. “Proses penyelidikan sedang berlangsung, korban bersama tiga anaknya sementara mengamankan diri di Mapolsek,” kata Wahyudin.(KS-02)
Dia menyesalkan tindakan beberapa oknum warga yang merusak rumah Juhaini, ibu tiga putri yang dicurigai dukun santet. “Mestinya warga tidak lantas main hakim sendiri karena Negara kita ini Negara hukum,” katanya di DPRD Kabupaten Bima, Selasa 4 Oktober 2014.
Dikatakannya, jika ada masalah yang berkaitan dengan dugaan santet, ada tokoh masyarakat dan aparat desa maupun kepolisian yang mestinya dilaporkan untuk mencari penyelasiannya. Apalagi persoalan santet sangat sulit dibuktikan. “Ada aparat kepolisian dan pemerintah desa yang harus diberi kepercayan untuk mencari sousinya. Bukan dengan main hakim sendiri,” ujar politis PBB Dapil Ambalawi, Wera dan Wawo itu.
Dia meminta, aparat Kepolisian mengusut tuntas persoalan itu. Oknum-oknum yang menghasut dan merusak rumah korban harus diproses hukum. “Ini artinya supaya kita menghargai hukum sebagai panglima di Negara kita ini,” tandasnya.
Kepada aparat pemerintah kecamatan dan desa, Karma juga meminta untuk segera bertindak mendamaikan persolan itu. Agar nantinya, baik yang mencurigai maupun yang dicurigai bisa hidup tenang dan berdampingan. “Masalah dugaan dukun santet ini jangan anggap sepele, harus segera disikapi,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Desa (Kades) Nipa Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, Burhanuddin SH, mengaku kaget seorang warganya Juhaini (45 thn) dicurigai dukun santet. Apalagi hingga terjadi penyerangan rumah yang dilakukan sejumlah warga Dusun Sangiang dan Ujung Kalate, Sabtu malam (1 November 2014).
Menurut Burhanuddin, Juhaini dikenal baik dan selalu aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keperempuanan di Kecamatan Ambalawi, khususnya Desa Nipa. Bahkan, katanya, Juhaini tidak pernah alpa dari undangan berbagai organisasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan skala nasional maupun internasional. “Ibu Juhaini dikenal aktifis gender terbaik di desa ini,” ujar Burhanuddin pada Aktualita.info di Desa Nipa, Minggu 2 November 2014.
Selain itu, lanjut dia, Juhaini juga dikenal sebagai guru ngaji bagi anak-anak di Dusun Pasir Putih. Kades mengaku tidak percaya tuduhan dukun santet terhadap Juhaini. “Kami tidak yakin itu hanya tuduhan yang tidak bisa buktikan,” kata Burhanuddin saat berama sejumlah warganya menjaga rumah Juhaini.
Menurut dia, peristiwa penyerangan rumah Juhaini yang spontan terjadi Sabtu malam itu, berawal dari kemarahan warga yang sebelumnya sudah terprovokasi dengan isu Juhaini dukun santet. Ceritanya, ada seorang warga Dusun Sangiang yang sakit dan kesurupan. Saat ditangani ‘orang pintar’ warga yang sakit itu menyebut-nyebut nama Juhaini telah menyantetnya. “Hal ini yang memicu masalahnya, tapi itu kok dipercaya,” tandasnya.
Burhanuddin mengaku, bebarapa waktu lalu Juhaini pernah meminta dilakukan sumpah pocong untuk membuktikan tuduhan itu. Namun pihaknya tidak melaksanakan karena pertimbangan kemungkinan terjadinya gesekan dua keluarga tersebut. “Sulit dan dilematis karena siapa yang benar dan yang salah sangat riskan terjadi gesekan,” jelasnya.
Dia berharap pascaperistiwa penyerangan rumah Juhaini, masyarakat bisa menahan diri dan tidak terpancing dengan isu yang sulit dibuktikan. “Sementara kami sedang memulihkan keadaan dulu. Nanti akan ada langkah-langkah perdamaian,” kata Burhanuddin.
Kapolsek Ambalawi, IPDA Wahyudin, mengaku telah melakukan olah tempat kejadian perkara. Sejumlah barang-bukti pengeruskan rumah Juhaini telah diamankan untuk dilakukan proses penyelidikan. “Proses penyelidikan sedang berlangsung, korban bersama tiga anaknya sementara mengamankan diri di Mapolsek,” kata Wahyudin.(KS-02)
COMMENTS