Lantaran tumor ganas yang menyerang bagian wajahnya, Nurmi kini menjalani hidup dengan sangat memperihatinkan.
Lantaran tumor ganas yang menyerang bagian wajahnya, Nurmi kini menjalani hidup dengan sangat memperihatinkan. Bagaimana tidak, musibah sejak tujuh tahun lalu membuat wajah perempuan berusia 35 tahun ini tidak utuh. Tumor itu, membuat pipi kirinya berlubang, bagian matanya pun sudah diserang penyakit mematikan tersebut.
Warga lingkungan Waki RT. 4 RW. 2 Kelurahan Manggemaci itu pun, hanya bisa melihat dengan mata sebelah kanan. Saat disambangi awak media di rumah orang tuanya, Kamis (20/11) pagi, Nurmi hanya bisa berbaring. Ibu dua anak itu hanya ditemani orang tuanya, Ijo yang tak henti mengipas-ngipas badan Nurmi yang berkeringat karena panas. Di kamar yang beratap Seng tersebut, perempuan malang itu menghabiskan hari-harinya.
Istri Syafrudin itu bercerita, derita itu bermula tujuh tahun lalu. Saat itu, muncul daging tumbuh dibagian pipi kirinya, sebesar biji jagung. Tak berselang lama, daging itu robek dan berdarah. Karena menganggap hanya luka kecil biasa, wanita yang menamatkan sekolahnya di SMA Al Hidayah Kota Bima itu tidak begitu peduli dan membiarkannya. Namun, seiring waktu, diameter lubang di pipinya semakin membesar. ”Karena bermulanya penyakit ini di Kota Makassar, saya dan suami berangkat ke Makassar, hendak berobat. Dua kali berobat, Dokter menyebutkan jika Tumor Ganas telah bersarang di pipi kiri saya,”ujarnya dengam mata berkaca.
Karena hidup miskin dan suami tidak memiliki pekerjaan tetap, upaya terhenti karena tidak memiliki biaya. Saran dokter untuk diobati secara medis pun, tak sanggup dilakukan. Ibarat pungguk merindukan bulan, harapan sembuh dengan biaya tidak sedikit, mustahil bisa diwujudkan. Nurmi pun akhirnya kembali ke kampung halaman, berharap secercah kesembuhan melalui obat tradisional. ”Beberapa kali berobat tradisional, seperti ke Parado, Sape, Simpasai, dan sejumlah Desa lain. Tapi tak ada tanda-tanda kesembuhan, Tuhan belum memberikan kesembuhan untuk saya,” katanya dengan derai air mata.
Sekarang, yang bisa dilakukannya, menunggu uluran tangan dari Pemerintah Daerah. Beberapa kali juga pernah membawa proposal permohonan bantuan dana ke kantor Pemerintah, namun tak ada tanggapan. ”Dulu pernah bawa waktu Pemilukada Tahun 2013, tapi tidak ada hasil dan tak ada perhatian. Demikian juga dengan Pemerintah Kelurahan, tak pernah sekalipun datang melihat kondisi saya,”ungkapnya.
Ia mengaku, wajahnya yang berlubang itu sesekali perih dan sakit. Akibat derita itu, dua anaknya, Asni (14) dan Rika (12) sudah tak sanggup diurus. Untuk biaya sekolah anaknya, ia hanya mengandalkan kiriman uang dari pamannya yang ada di Makassar. ”Suami juga hanya sesekali datang dan melihat kondisi saya. Dia lebih banyak menghabiskan hari-harinya di Kecamatan Wera, daerah kelahirannya,” terangnya.
Perempuan itu, kini hanya bisa berharap tangan Tuhan hadir melalui doa-doanya disepanjang lelap dan terjaga, memberi pertolongan dan menyembuhkannya. ”Agar anak-anaknya bisa kembali diurus dan di sekolahkan dengan baik,” harapnya.
Semoga saja, Pemerintah Daerah, pemangku kebijakan dan siapapun yang melihat kondisi Nurmi, tergerak, terketuk nuraninya untuk bisa membantu. Karena Nurmi juga manusia, yang wajib dibantu untuk mengakhiri deritanya. (KS-05)
Warga lingkungan Waki RT. 4 RW. 2 Kelurahan Manggemaci itu pun, hanya bisa melihat dengan mata sebelah kanan. Saat disambangi awak media di rumah orang tuanya, Kamis (20/11) pagi, Nurmi hanya bisa berbaring. Ibu dua anak itu hanya ditemani orang tuanya, Ijo yang tak henti mengipas-ngipas badan Nurmi yang berkeringat karena panas. Di kamar yang beratap Seng tersebut, perempuan malang itu menghabiskan hari-harinya.
Istri Syafrudin itu bercerita, derita itu bermula tujuh tahun lalu. Saat itu, muncul daging tumbuh dibagian pipi kirinya, sebesar biji jagung. Tak berselang lama, daging itu robek dan berdarah. Karena menganggap hanya luka kecil biasa, wanita yang menamatkan sekolahnya di SMA Al Hidayah Kota Bima itu tidak begitu peduli dan membiarkannya. Namun, seiring waktu, diameter lubang di pipinya semakin membesar. ”Karena bermulanya penyakit ini di Kota Makassar, saya dan suami berangkat ke Makassar, hendak berobat. Dua kali berobat, Dokter menyebutkan jika Tumor Ganas telah bersarang di pipi kiri saya,”ujarnya dengam mata berkaca.
Karena hidup miskin dan suami tidak memiliki pekerjaan tetap, upaya terhenti karena tidak memiliki biaya. Saran dokter untuk diobati secara medis pun, tak sanggup dilakukan. Ibarat pungguk merindukan bulan, harapan sembuh dengan biaya tidak sedikit, mustahil bisa diwujudkan. Nurmi pun akhirnya kembali ke kampung halaman, berharap secercah kesembuhan melalui obat tradisional. ”Beberapa kali berobat tradisional, seperti ke Parado, Sape, Simpasai, dan sejumlah Desa lain. Tapi tak ada tanda-tanda kesembuhan, Tuhan belum memberikan kesembuhan untuk saya,” katanya dengan derai air mata.
Sekarang, yang bisa dilakukannya, menunggu uluran tangan dari Pemerintah Daerah. Beberapa kali juga pernah membawa proposal permohonan bantuan dana ke kantor Pemerintah, namun tak ada tanggapan. ”Dulu pernah bawa waktu Pemilukada Tahun 2013, tapi tidak ada hasil dan tak ada perhatian. Demikian juga dengan Pemerintah Kelurahan, tak pernah sekalipun datang melihat kondisi saya,”ungkapnya.
Ia mengaku, wajahnya yang berlubang itu sesekali perih dan sakit. Akibat derita itu, dua anaknya, Asni (14) dan Rika (12) sudah tak sanggup diurus. Untuk biaya sekolah anaknya, ia hanya mengandalkan kiriman uang dari pamannya yang ada di Makassar. ”Suami juga hanya sesekali datang dan melihat kondisi saya. Dia lebih banyak menghabiskan hari-harinya di Kecamatan Wera, daerah kelahirannya,” terangnya.
Perempuan itu, kini hanya bisa berharap tangan Tuhan hadir melalui doa-doanya disepanjang lelap dan terjaga, memberi pertolongan dan menyembuhkannya. ”Agar anak-anaknya bisa kembali diurus dan di sekolahkan dengan baik,” harapnya.
Semoga saja, Pemerintah Daerah, pemangku kebijakan dan siapapun yang melihat kondisi Nurmi, tergerak, terketuk nuraninya untuk bisa membantu. Karena Nurmi juga manusia, yang wajib dibantu untuk mengakhiri deritanya. (KS-05)
COMMENTS