Tindakan beberapa oknum dari dua satuan Institusi Kepolisian di Bima yang terlibat cekcok dan nyaris adu tembak beberapa hari lalu dinilai sangat memalukan.
Tindakan beberapa oknum dari dua satuan Institusi Kepolisian di Bima yang terlibat cekcok dan nyaris adu tembak beberapa hari lalu dinilai sangat memalukan. Selain itu, tindakan beberapa oknum yang diketahui Anggota Resmob Brimob Bima dan Penyidik Reserse Kriminal Polres Bima Kota itu sangat tidak memberikan keteladanan kepada masyarakat.
Demikian disampaikan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bima, M. Sidik saat dimintai tanggapan, Minggu (2/11) kemarin. Atas kejadian itu, Sidik mendesak atasan masing-masing kedua satuan memberikan pembinaan dan tindakan tegas kepada beberapa oknum yang memperlihatkan sikap arogansi tersebut.
“Mereka itu pengayom masyarakat, malu kita ini mendengar mereka mau adu tembak. Atasan kedua satuan itu tidak boleh berdiam diri dan pura-pura tidak tahu. Mereka harus memberikan pembinaan dan tindakan tegas kepada agar perilaku buruk itu tidak menjadi contoh bagi masyarakat,” tegas Sidik dihubungi melalui telepon seluler.
Menurut Sidik, tidak seharusnya sikap bergaya premanisme itu ditunjukan aparat Kepolisian. Apalagi, ingin menggunakan senjata api (senpi) untuk saling mengancam satu sama lain. Insiden itu telah mencerminkan kegalalan institusi Kepolisian dalam membina mentalitas anggota. Sebab, setiap aparat yang diberikan kewenangan untuk menggunakan senpi semestinya harus memiliki sikap emosional yang baik dan mampu mengontrol diri.
Mengapa sikap emosional yang stabil penting bagi Anggota Kepolisian? Karena kata dia, apabila Anggota Kepolisian pemegang senpi cenderung emosional maka dikuatirkan akan salah menggunakannya. Tak hanya akan membahayakan sesama Anggota Polri seperti kejadian itu, tetapi juga akan membahayakan masyarakat. Sebab sewaktu-waktu ketika menghadapi masalah dengan masyarakat, akan sangat mudah mengeluarkan senpi.
“Untuk itu, Kapolres dan Komandan Satuan Resmob harus betul-betul menyeleksi siapa saja anggotanya yang akan memegang senpi. Laksanakan tes psikologi atau semacamnya untuk menyeleksi mereka. Insiden ini harus jadi pembelajaran bagi Kepolisian agar tak terulang lagi,” tandasnya.
Seperti dibertikan koran ini sebelumnya, oknum Anggota Penyidik Polres Bima Kota dan Anggota Reserse Mobil (Resmob) Brimob Bima, Selasa (28/10) lalu nyaris adu tembak. Ketegangan dua Anggota Satuan Polri itu dipicu masalah sepeleh karena laporan dan berkas kayu illegal logging yang disampaikan Resmob dan Polisi Kehutanan (Polhut) Kabupaten Bima, ditolak oleh Penyidik setempat.
Kejadian berawal sekitar pukul 13.20 Wita saat Anggota Polhut dan Resmob tiba di ruangan Penyidik Polres Bima Kota. Kedatangan mereka, bermaksud menyerahkan berkas kayu yang diduga illegal logging serta barang bukti kayu dan truk pengangkut. Penyerahan berkas itupun, berujung cekcok, bahkan masing-masing aparat saat itu terlihat mengeluarkan pistol dari pinggang dan saling menggenggam. Untung saja, para anggota Polhut melerai dan menenangkan suasana. Jika tidak, maka aksi Koboi para anggota Polri itu tak bisa dihindari. (KS-13)
Demikian disampaikan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bima, M. Sidik saat dimintai tanggapan, Minggu (2/11) kemarin. Atas kejadian itu, Sidik mendesak atasan masing-masing kedua satuan memberikan pembinaan dan tindakan tegas kepada beberapa oknum yang memperlihatkan sikap arogansi tersebut.
“Mereka itu pengayom masyarakat, malu kita ini mendengar mereka mau adu tembak. Atasan kedua satuan itu tidak boleh berdiam diri dan pura-pura tidak tahu. Mereka harus memberikan pembinaan dan tindakan tegas kepada agar perilaku buruk itu tidak menjadi contoh bagi masyarakat,” tegas Sidik dihubungi melalui telepon seluler.
Menurut Sidik, tidak seharusnya sikap bergaya premanisme itu ditunjukan aparat Kepolisian. Apalagi, ingin menggunakan senjata api (senpi) untuk saling mengancam satu sama lain. Insiden itu telah mencerminkan kegalalan institusi Kepolisian dalam membina mentalitas anggota. Sebab, setiap aparat yang diberikan kewenangan untuk menggunakan senpi semestinya harus memiliki sikap emosional yang baik dan mampu mengontrol diri.
Mengapa sikap emosional yang stabil penting bagi Anggota Kepolisian? Karena kata dia, apabila Anggota Kepolisian pemegang senpi cenderung emosional maka dikuatirkan akan salah menggunakannya. Tak hanya akan membahayakan sesama Anggota Polri seperti kejadian itu, tetapi juga akan membahayakan masyarakat. Sebab sewaktu-waktu ketika menghadapi masalah dengan masyarakat, akan sangat mudah mengeluarkan senpi.
“Untuk itu, Kapolres dan Komandan Satuan Resmob harus betul-betul menyeleksi siapa saja anggotanya yang akan memegang senpi. Laksanakan tes psikologi atau semacamnya untuk menyeleksi mereka. Insiden ini harus jadi pembelajaran bagi Kepolisian agar tak terulang lagi,” tandasnya.
Seperti dibertikan koran ini sebelumnya, oknum Anggota Penyidik Polres Bima Kota dan Anggota Reserse Mobil (Resmob) Brimob Bima, Selasa (28/10) lalu nyaris adu tembak. Ketegangan dua Anggota Satuan Polri itu dipicu masalah sepeleh karena laporan dan berkas kayu illegal logging yang disampaikan Resmob dan Polisi Kehutanan (Polhut) Kabupaten Bima, ditolak oleh Penyidik setempat.
Kejadian berawal sekitar pukul 13.20 Wita saat Anggota Polhut dan Resmob tiba di ruangan Penyidik Polres Bima Kota. Kedatangan mereka, bermaksud menyerahkan berkas kayu yang diduga illegal logging serta barang bukti kayu dan truk pengangkut. Penyerahan berkas itupun, berujung cekcok, bahkan masing-masing aparat saat itu terlihat mengeluarkan pistol dari pinggang dan saling menggenggam. Untung saja, para anggota Polhut melerai dan menenangkan suasana. Jika tidak, maka aksi Koboi para anggota Polri itu tak bisa dihindari. (KS-13)
COMMENTS