Menindaklanjuti dugaan pelecehan seksual oknum guru SMAN 1 Monta, Shr terhadap delapan orang siswi, Dinas Dikpora sudah memangggil oknum tersebut.
Menindaklanjuti dugaan pelecehan seksual oknum guru SMAN 1 Monta, Shr terhadap delapan orang siswi, Dinas Dikpora sudah memangggil oknum tersebut. Namun, baru pemanggilan baru sebatas klarifikasi seputar dugaan yang dialamatkan pada oknum yang juga dipercayakan menjadi Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) kesiswaan tersebut.
“Kita sudah panggil guru itu sehari setelah pemberitaan media massa terbit. Tapi, baru sebatas klarifikasi seputar kejadian itu,” kata Sekretaris Dikpora, H.A.Muis kepada Koran Stabilitas Selasa (20/01) di Kantornya.
Hasilnya lanjut A. Muis, oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengabdi sebagai tenaga pendidik itu membantah dugaan asusila tersebut. Menurut guru itu, yang terjadi bukan pelecehan seksual, tapi masih dalam tataran bingkai pendidikan. Maksudnya, pembinaan dalam bentuk introgasi, mengingat kapasitasnya sebagai wakasek.”Hasil klarifikasi, dia membantah dugaan itu, katanya yang terjadi saat itu hanya pembinaan, bukan pelecehan seksual,” ujar Muis mengutip pernyataan oknum guru tersebut.
Masih menurut oknum guru itu kata Muis, delapan orang siswi yang jadi korban saat ini dianggap nakal dan berprilaku beda dengan pelajar lain di Sekolah tersebut. Sehingga, para korban diintrogasi sekaligus dilakukan pembinaan. Namun kata guru itu, saat pembinaan berlangsung tidak terjadi seperti pengakuan para siswi. ”Pengakuan guru itu saat menghadiri panggilan dinas, tidak ada baju siswi yang dibuka. Tapi hanya dibentak, agar siswi-siswi itu jujur atas informasi yang berkembang,” tutur Muis kembali mengutip pengakuan oknum guru tersebut.
Kendati demikian sebut Muis, tapi oknum pendidik itu sempat mengaku ada siswi yang membuka kancing bajunya, tapi tidak semua terbuka. Bahkan, ada yang mengangkat rok sampai sepaha. Namun, tidak sampai terjadi pelecehan seksual seperti pengakuan korban lewat pemberitaan di media massa.
”Dia (guru itu) mengaku, ada siswa yang buka kancing baju, tapi hanya kancing atasnya. Begitupun, rok hanya diangkat sampai ke paha. Mungkin hal itu dilakukan siswa karena takut diadukan guru itu ke orang tua mereka (siswa) masing-masing,” tandasnya.
Namun pihaknya tidak hanya satu kali itu melakukan panggilan, melainkan ada pangggilan berikutnya. Panggilan selanjutnya, pihaknya akan menghadirkan guru itu dan Kepsek, termasuk guru-guru lain yang mengetahui terkait persoalan tersebut.”Kami sudah melayangkan surat panggilan kedua, tapi sampai sekarang pihak Sekolah dimaksud belum juga memenuhi panggilan tersebut,” terangnya. (KS-09)
“Kita sudah panggil guru itu sehari setelah pemberitaan media massa terbit. Tapi, baru sebatas klarifikasi seputar kejadian itu,” kata Sekretaris Dikpora, H.A.Muis kepada Koran Stabilitas Selasa (20/01) di Kantornya.
Hasilnya lanjut A. Muis, oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengabdi sebagai tenaga pendidik itu membantah dugaan asusila tersebut. Menurut guru itu, yang terjadi bukan pelecehan seksual, tapi masih dalam tataran bingkai pendidikan. Maksudnya, pembinaan dalam bentuk introgasi, mengingat kapasitasnya sebagai wakasek.”Hasil klarifikasi, dia membantah dugaan itu, katanya yang terjadi saat itu hanya pembinaan, bukan pelecehan seksual,” ujar Muis mengutip pernyataan oknum guru tersebut.
Masih menurut oknum guru itu kata Muis, delapan orang siswi yang jadi korban saat ini dianggap nakal dan berprilaku beda dengan pelajar lain di Sekolah tersebut. Sehingga, para korban diintrogasi sekaligus dilakukan pembinaan. Namun kata guru itu, saat pembinaan berlangsung tidak terjadi seperti pengakuan para siswi. ”Pengakuan guru itu saat menghadiri panggilan dinas, tidak ada baju siswi yang dibuka. Tapi hanya dibentak, agar siswi-siswi itu jujur atas informasi yang berkembang,” tutur Muis kembali mengutip pengakuan oknum guru tersebut.
Kendati demikian sebut Muis, tapi oknum pendidik itu sempat mengaku ada siswi yang membuka kancing bajunya, tapi tidak semua terbuka. Bahkan, ada yang mengangkat rok sampai sepaha. Namun, tidak sampai terjadi pelecehan seksual seperti pengakuan korban lewat pemberitaan di media massa.
”Dia (guru itu) mengaku, ada siswa yang buka kancing baju, tapi hanya kancing atasnya. Begitupun, rok hanya diangkat sampai ke paha. Mungkin hal itu dilakukan siswa karena takut diadukan guru itu ke orang tua mereka (siswa) masing-masing,” tandasnya.
Namun pihaknya tidak hanya satu kali itu melakukan panggilan, melainkan ada pangggilan berikutnya. Panggilan selanjutnya, pihaknya akan menghadirkan guru itu dan Kepsek, termasuk guru-guru lain yang mengetahui terkait persoalan tersebut.”Kami sudah melayangkan surat panggilan kedua, tapi sampai sekarang pihak Sekolah dimaksud belum juga memenuhi panggilan tersebut,” terangnya. (KS-09)
COMMENTS