Diantaranya, seperti membangun Bendungan Satando di Desa Melayu Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Namun usaha pemerintah tersebut tidak sesuai dengan harapan
Berbagai upaya upaya meningkatkan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat dilakukan pemerintah. Diantaranya, seperti membangun Bendungan Satando di Desa Melayu Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Namun usaha pemerintah tersebut tidak sesuai dengan harapan karena pekerjaan yang dilakukan kontraktor terkesan asal-asalan.
Pekerjaan rehab bendungan itu disoto salah seorang warga Desa Melayu, M. Saleh. Kepada media ini, M Saleh menyesalkan pekerjaan pembangunan Bendungan Satando yang dikerjakan CV, Graha Utama. Rehab itu memakan anggaran negara sekitar Rp.556 Juta. Namun bendungan tersebut sudah rusak sebelum dinikmati oleh para petani. Terutama para petani Desa Melaju, Simpasai dan Desa Lanta.
“Saya meminta kontraktor bertanggungjawab atas hal ini, karena setahu saya selama satu tahun masih tanggungjawab kontraktor untuk pemeliharaan,” desaknya kepada wartawan, kemarin.
Kepala Desa Melayu Kecamatan Lambu, Muhide, S.Ag saat ditemui di ruang kerjanya Selasa (21/1) juga menyesalkan pekerjaan pembangunan Bendung Satando yang asal-asalan. Padahal pembangunan itu belum dinikmati warga. Namun kondisinya sekarang memprihatinkan karena bagian sayap dan ujung irigasi bendungan sudah patah sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk mengairi sawah.
Sementara para petani kata dia, sangat membutuhkan air dan sangat berharap banyak pada Bendungan Satando. Terutama para pertani Desa Melayu, Desa Lanta dan Desa Simpasai. Ia membenarkan bahwa pembangunan Bendungan Satando memakan biaya Rp.556 Juta dan dikerjakan CV Graha Utama.
“Saya selaku kepala Desa selalu di datangin para petani dan mendesak untuk segera memperbaiki. Bahkan warga mengancam saya akan melakukan aksi besar-besaran apabila tidak segera di tangani. Mereka juga mengancam akan demo di Kantor Dinas PU Kabupaten Bima,” ujarnya.
Menyikapi tuntutan warga tersebut, Kades berencana akan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bima terutama Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Bima. (KS-16)
Ilustasi Bendungan |
“Saya meminta kontraktor bertanggungjawab atas hal ini, karena setahu saya selama satu tahun masih tanggungjawab kontraktor untuk pemeliharaan,” desaknya kepada wartawan, kemarin.
Kepala Desa Melayu Kecamatan Lambu, Muhide, S.Ag saat ditemui di ruang kerjanya Selasa (21/1) juga menyesalkan pekerjaan pembangunan Bendung Satando yang asal-asalan. Padahal pembangunan itu belum dinikmati warga. Namun kondisinya sekarang memprihatinkan karena bagian sayap dan ujung irigasi bendungan sudah patah sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk mengairi sawah.
Sementara para petani kata dia, sangat membutuhkan air dan sangat berharap banyak pada Bendungan Satando. Terutama para pertani Desa Melayu, Desa Lanta dan Desa Simpasai. Ia membenarkan bahwa pembangunan Bendungan Satando memakan biaya Rp.556 Juta dan dikerjakan CV Graha Utama.
“Saya selaku kepala Desa selalu di datangin para petani dan mendesak untuk segera memperbaiki. Bahkan warga mengancam saya akan melakukan aksi besar-besaran apabila tidak segera di tangani. Mereka juga mengancam akan demo di Kantor Dinas PU Kabupaten Bima,” ujarnya.
Menyikapi tuntutan warga tersebut, Kades berencana akan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bima terutama Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Bima. (KS-16)
COMMENTS