Arif Sukirman S. Sos angkat bicara soal itu.Puket III PTS itu mengutuk tindakan oknum pejabat penting di kota tersebut.
Kota Bima, KS.– Reaksi atas dugaan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bima, Ir.H.M. Rum yang memiliki dua wanita simpanan hingga menghadiahkan rumah mewah yang sudah ditempati dan sedang dalam proses pembangunan menimbulkan reaksi sekaligus perhatian sejumlah kalangan. Mulai dari Anggota Dewan, hingga kalangan Akademisi. Kali ini, akademisi Perguruan Tinggi STISIP Bima, Arif Sukirman S. Sos angkat bicara soal itu.Puket III PTS itu mengutuk tindakan oknum pejabat penting di kota tersebut. Bahkan, eks Kepala Dinas PU itu dinilai gagal dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai Sekda. Masalahnya, dugaan itu tak mendidik, seolah mencoreng citra daerah dibawa kepemimpinan, HM.Qurais, H.Abidin – H.A.Rahman, H.Abidin, SE.
Arif Sukirman S. Sos
“Saya menilai Rum telah gagal menjalankan tugas sebagai Sekda. Indikatornya, persoalan bisnis air minum di Dodu, termasuk dugaan amoral yang dialamatkan terhadapnya. Terlepas, itu benar atau sebaliknya, fitnah atau fakta. Tapi, dugaan itu merupakan cerminan kegagalan Rum menjalankan tugas tersebut,” ujar Dae Moa (sapaan akrab) kepada Koran Stabilitas Selasa (20/10) kemarin.
Katanya, dugaan amoral yang mencuat dan menjadi bahan konsumsi hangat bagi publik merupakan perbuatan yang merusak nama baik daerah Bima yang dikenal religius. Apalagi, oknum pejabat yang diduga berbuat semacam itu tengah dipercayakan untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab penting di pemkot. ”Jika hal itu benar adanya, saya sebagai rakyat kota merasa kecewa dan malu. Karenanya, saya mengutuk prilaku tak terpuji saudara Rum selaku Sekda,” tegasnya.
Semestinya lanjut Arif, keberadaanya sebagai Sekda harus menjaga sikap, prilaku dan etika selama mengemban tugas yang dipercayakan dalam kaitan itu. Sebab, kepercayaan itu tidak hanya harus profesional dalam menjalankan tugas sesuai yang diamanatkan. Tapi, juga dituntut menjadi panutan, contoh dan teladan bagi bawahan juga masyarakat banyak. Artinya, setiap tindakan baik saat menjalankan tugas pemerintah maupun ketika menjadi rakyat biasa mesti dijaga.”Tidak mudah menjadi pejabat publik, apalagi menjabat sebagai Sekda, harus serba hati-hati dalam bertindak, jaga sikap, prilaku dan etika. Mestinya, beliau menyadari hal itu, bukan malah sebaliknya berbuat seperti dugaan yang terekspos lewat media massa saat ini,” ujarnya.
Menjaga sikap, tingkah laku, dan tindakan sebutnya, teramat penting dilakukan bagi siapapun yang dipercayakan menjadi pejabat. Lebih-lebih jabatan Sekda, karena jabatan itu memiliki peranan penting dalam lingkup pemerintahan. Terlebih, keberadaan kota yang kini dikenal dengan program Kota Tepian Air hingga berhasil membentuk daerah sendiri dan memisahkan diri dari daerah induk (Kabupaten Bima) bukan didapat begitu saja. Namun, lewat kerja keras,usaha dan perjuangan yang sangat melelahkan. Sehingga, sangat penting dipelihara, dirawat dan dijaga dengan baik. Alasanya, para pendiri yang berjuang dalam kaitan itu telah menghabiskan, mengorbankan tenaga, waktu dan pikiran.”Saya sebagai salah satu pendiri kota ini tidak terima ketika perjuangan dan pengorbanan untuk daerah ini hancur dan tercoreng atas ulah oknum pemangku jabatan. Harusnya dijaga, terutama menjaga sikap dan prilaku, tidak sulitkan, toh hanya menikmati jerih payah para pendiri kota,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, Arif menantang apabila ada yang merasa keberatan atas semua pernyataan yang disampaikannya melalui pemberitaan ini, baik menyangkut tindakan yang diduga dilakukan Sekda, maupun soal cikal bakal terbentuknya Kota ini. Pasalnya, pernyataan dalam bentuk kritikan tersebut jauh dari kepentingan, terlebih niat meragukan apalagi sampai menciptakan sesuatu hal negatif hingga rakyat krisis kepercayaan terhadap pemangku jabatan.”Sedikitpun, saya tidak memiliki niat negatif, ini murni demi kepentingan masyarakat banyak. Intinya, hal ini sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan saya terhadap nasib juga masa depan daerah, kalau ada yang keberatan suruh berhadapan dengan saya,” terangnya.
Terakhir, Akademisi yang dikenal volal itu menitip harapan penting kepada Pemerintah untuk menjaga nama baik daerah. Sehingga, citra daerah ini tidak tercoreng dan dicap buruk oleh daerah lain, terutama yang berkaitan dengan masalah moral. Karena, moral bawahan termasuk rakyat tergantung sungguh moral atasan. Maksudnya, kalau moral atasanya buruk, otomotis bawahan juga lebih tak bermoral. Efeknya, bukan hanya pelaku yang menanggung malu, melainkan juga daerah dan seluruh rakyat yang ada.”Apapun bentuk tindakan atasan akan berdampak pada bawahan, atasan baik, bawahannya akan baik. Tapi kalau yang diatas tak bermoral, doyan melakukan hal-hal yang tak mendidik, jangan heran bawahan lebih parah dari atasan. Meski demikian, saya berharap agar nama baik daerah dijaga dengan baik, hindari praktek yang menyimpang termasuk yang berbau amoral,” harapnya. (KS-Anhar)
Arif Sukirman S. Sos
“Saya menilai Rum telah gagal menjalankan tugas sebagai Sekda. Indikatornya, persoalan bisnis air minum di Dodu, termasuk dugaan amoral yang dialamatkan terhadapnya. Terlepas, itu benar atau sebaliknya, fitnah atau fakta. Tapi, dugaan itu merupakan cerminan kegagalan Rum menjalankan tugas tersebut,” ujar Dae Moa (sapaan akrab) kepada Koran Stabilitas Selasa (20/10) kemarin.
Katanya, dugaan amoral yang mencuat dan menjadi bahan konsumsi hangat bagi publik merupakan perbuatan yang merusak nama baik daerah Bima yang dikenal religius. Apalagi, oknum pejabat yang diduga berbuat semacam itu tengah dipercayakan untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab penting di pemkot. ”Jika hal itu benar adanya, saya sebagai rakyat kota merasa kecewa dan malu. Karenanya, saya mengutuk prilaku tak terpuji saudara Rum selaku Sekda,” tegasnya.
Semestinya lanjut Arif, keberadaanya sebagai Sekda harus menjaga sikap, prilaku dan etika selama mengemban tugas yang dipercayakan dalam kaitan itu. Sebab, kepercayaan itu tidak hanya harus profesional dalam menjalankan tugas sesuai yang diamanatkan. Tapi, juga dituntut menjadi panutan, contoh dan teladan bagi bawahan juga masyarakat banyak. Artinya, setiap tindakan baik saat menjalankan tugas pemerintah maupun ketika menjadi rakyat biasa mesti dijaga.”Tidak mudah menjadi pejabat publik, apalagi menjabat sebagai Sekda, harus serba hati-hati dalam bertindak, jaga sikap, prilaku dan etika. Mestinya, beliau menyadari hal itu, bukan malah sebaliknya berbuat seperti dugaan yang terekspos lewat media massa saat ini,” ujarnya.
Menjaga sikap, tingkah laku, dan tindakan sebutnya, teramat penting dilakukan bagi siapapun yang dipercayakan menjadi pejabat. Lebih-lebih jabatan Sekda, karena jabatan itu memiliki peranan penting dalam lingkup pemerintahan. Terlebih, keberadaan kota yang kini dikenal dengan program Kota Tepian Air hingga berhasil membentuk daerah sendiri dan memisahkan diri dari daerah induk (Kabupaten Bima) bukan didapat begitu saja. Namun, lewat kerja keras,usaha dan perjuangan yang sangat melelahkan. Sehingga, sangat penting dipelihara, dirawat dan dijaga dengan baik. Alasanya, para pendiri yang berjuang dalam kaitan itu telah menghabiskan, mengorbankan tenaga, waktu dan pikiran.”Saya sebagai salah satu pendiri kota ini tidak terima ketika perjuangan dan pengorbanan untuk daerah ini hancur dan tercoreng atas ulah oknum pemangku jabatan. Harusnya dijaga, terutama menjaga sikap dan prilaku, tidak sulitkan, toh hanya menikmati jerih payah para pendiri kota,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, Arif menantang apabila ada yang merasa keberatan atas semua pernyataan yang disampaikannya melalui pemberitaan ini, baik menyangkut tindakan yang diduga dilakukan Sekda, maupun soal cikal bakal terbentuknya Kota ini. Pasalnya, pernyataan dalam bentuk kritikan tersebut jauh dari kepentingan, terlebih niat meragukan apalagi sampai menciptakan sesuatu hal negatif hingga rakyat krisis kepercayaan terhadap pemangku jabatan.”Sedikitpun, saya tidak memiliki niat negatif, ini murni demi kepentingan masyarakat banyak. Intinya, hal ini sebagai bentuk kepedulian dan keprihatinan saya terhadap nasib juga masa depan daerah, kalau ada yang keberatan suruh berhadapan dengan saya,” terangnya.
Terakhir, Akademisi yang dikenal volal itu menitip harapan penting kepada Pemerintah untuk menjaga nama baik daerah. Sehingga, citra daerah ini tidak tercoreng dan dicap buruk oleh daerah lain, terutama yang berkaitan dengan masalah moral. Karena, moral bawahan termasuk rakyat tergantung sungguh moral atasan. Maksudnya, kalau moral atasanya buruk, otomotis bawahan juga lebih tak bermoral. Efeknya, bukan hanya pelaku yang menanggung malu, melainkan juga daerah dan seluruh rakyat yang ada.”Apapun bentuk tindakan atasan akan berdampak pada bawahan, atasan baik, bawahannya akan baik. Tapi kalau yang diatas tak bermoral, doyan melakukan hal-hal yang tak mendidik, jangan heran bawahan lebih parah dari atasan. Meski demikian, saya berharap agar nama baik daerah dijaga dengan baik, hindari praktek yang menyimpang termasuk yang berbau amoral,” harapnya. (KS-Anhar)
Wah kalau benar parah sekali Sekda ini..... mudah-mudahan saja tidak benar berita ini ....salam
BalasHapusTangki Fiberglass