SMAN 2 Kota Bima menganggap tindak represif polisi tersebut “Biadab” karena telah menginjak-nginjak dunia pendidikan.
Kota Bima, KS.- Pengamanan bentrok antara Siswa SMAN 2 Kota Bima dengan SMKN 3 Kota Bima, yang terjadi Jum’at (27/11), yang mengakibatkan sejumlah siswa terluka diduga dipukul aparat kepolisian yang ditugaskan untuk mengamankan kedua belah pihak tersebut, dianggap berlebihan bahkan salah seorang guru SMAN 2 Kota Bima, menganggap tindak represif polisi tersebut “Biadab” karena telah menginjak-nginjak dunia pendidikan.
Ilustrasi
Taman Firdaus, Guru SMAN 2 Kota Bima yang menyaksikan langsung tindakan aparat kepolisian saat mengamankan aksi bentrok siswa itu, sangat menyesalkan bahkan mengecamnya, karena tindakan aparat kepolisian itu terlalu berlebihan. “Saya tidak terima dengan perlakuan seperti ini, masa siswa diperlakukan kaya teroris, saya tidak tega meliha siswa saya dikejar kejar seperti pencuri, malah sudah masuk dalam kelaspun dipukul lagi, ini sangat keterlaluan dan ini cara biadab,”ujarnya, ketika melerai siswanya yang saat itu ditarik dan dipukul aparat kepolisian.
Akibat tindakan Represif anggota Polisi dari resort Polres Bima Kota, sedikitnya ada empat siswa yang terluka dan bengkak dibagian muka. Menurut pengakuan siswa selain dipukul dengan bogem juga dipukul dengan popor senjata. “Coba bayangkan siswa kok sampai terluka seperti ini, apa salah mereka. Jangan memperlakukan siswa seperti ini, apalagi mereka ini masih dibawah umur yang perlu bimbingan dan arahan dari kita semua,”ujarnya menyesalkan.
Sejumlah guru SMAN 2 Kota Bima, saat itu mengaku keberatan dengan tindakan aparat kepolisian saat pengamanan bentrok siswa, mereka berencana akan menggungat Polres Bima Kota terkait dengan tindakan Represif anggotanya dalam menjalankan tugas pengaman dilapangan. “Hari ini kita semua menyaksikan, lembaga pendidikan telah diinjak injak oleh aparat kepolisian. Cara kepolisian sudah tidak bagus siswa ditangkap dan dikejar layaknya sebagai teroris, yang menyedihkan lagi, siswa dipukul dalam kelas dan siswa tidak ada yang melawan aparat dan mereka tidak membawa senjata, kok diperlakukan kasar seperti ini,”paparnya.
Adapun siswa yang terluka dan menjadi korban keganasan aparat kepolisian yaitu, Rifaid kelas 3, Bayu kelas 1, Budi Sulistyo Kelas 3 IPS 1 dan seorang siswa lagi telah digelandang ke Mapolres Bima Kota. “Kami akan menempuh jalur hukum, dan kami akan mengadukan hal ini ke Komnas HAM dan Komisi Pendidikan,”akunya.
Pantauan langsung Wartawan Koran Stabilitas, di SMAN 2 Kota Bima, munculnya tindakan Represif aparat kepolisian saat itu, dipicu adanya aksi pelemparan yang dilakukan siswa SMAN 2 Kota Bima, saat pengaman berlangsung. Aparat naik pitam karena siswa setempat tidak menghargai aparat yang mengamankan mereka. Sehingga aparat yang ada saat itu, langsung menghalau siswa yang ada diluar kelas untuk masuk dalam kelas. Saat itu, polisi kewalahan untuk menghalau siswa karena banyaknya siswa yang seluruhnya saat itu sedang berada diluar kelas.
Luasnya areal sekolah itu juga menjadi pemicu kemarahan aparat, dihalau dari sisi kiri, masih ada terlihat siswa yang seliwerang dari sisi kanan. Selain itu para gurupun kewalahan mengatur siswanya yang mulai kocar kacir karena dikejar dan dihalau polisi.(KS-Mul)
Ilustrasi
Taman Firdaus, Guru SMAN 2 Kota Bima yang menyaksikan langsung tindakan aparat kepolisian saat mengamankan aksi bentrok siswa itu, sangat menyesalkan bahkan mengecamnya, karena tindakan aparat kepolisian itu terlalu berlebihan. “Saya tidak terima dengan perlakuan seperti ini, masa siswa diperlakukan kaya teroris, saya tidak tega meliha siswa saya dikejar kejar seperti pencuri, malah sudah masuk dalam kelaspun dipukul lagi, ini sangat keterlaluan dan ini cara biadab,”ujarnya, ketika melerai siswanya yang saat itu ditarik dan dipukul aparat kepolisian.
Akibat tindakan Represif anggota Polisi dari resort Polres Bima Kota, sedikitnya ada empat siswa yang terluka dan bengkak dibagian muka. Menurut pengakuan siswa selain dipukul dengan bogem juga dipukul dengan popor senjata. “Coba bayangkan siswa kok sampai terluka seperti ini, apa salah mereka. Jangan memperlakukan siswa seperti ini, apalagi mereka ini masih dibawah umur yang perlu bimbingan dan arahan dari kita semua,”ujarnya menyesalkan.
Sejumlah guru SMAN 2 Kota Bima, saat itu mengaku keberatan dengan tindakan aparat kepolisian saat pengamanan bentrok siswa, mereka berencana akan menggungat Polres Bima Kota terkait dengan tindakan Represif anggotanya dalam menjalankan tugas pengaman dilapangan. “Hari ini kita semua menyaksikan, lembaga pendidikan telah diinjak injak oleh aparat kepolisian. Cara kepolisian sudah tidak bagus siswa ditangkap dan dikejar layaknya sebagai teroris, yang menyedihkan lagi, siswa dipukul dalam kelas dan siswa tidak ada yang melawan aparat dan mereka tidak membawa senjata, kok diperlakukan kasar seperti ini,”paparnya.
Adapun siswa yang terluka dan menjadi korban keganasan aparat kepolisian yaitu, Rifaid kelas 3, Bayu kelas 1, Budi Sulistyo Kelas 3 IPS 1 dan seorang siswa lagi telah digelandang ke Mapolres Bima Kota. “Kami akan menempuh jalur hukum, dan kami akan mengadukan hal ini ke Komnas HAM dan Komisi Pendidikan,”akunya.
Pantauan langsung Wartawan Koran Stabilitas, di SMAN 2 Kota Bima, munculnya tindakan Represif aparat kepolisian saat itu, dipicu adanya aksi pelemparan yang dilakukan siswa SMAN 2 Kota Bima, saat pengaman berlangsung. Aparat naik pitam karena siswa setempat tidak menghargai aparat yang mengamankan mereka. Sehingga aparat yang ada saat itu, langsung menghalau siswa yang ada diluar kelas untuk masuk dalam kelas. Saat itu, polisi kewalahan untuk menghalau siswa karena banyaknya siswa yang seluruhnya saat itu sedang berada diluar kelas.
Luasnya areal sekolah itu juga menjadi pemicu kemarahan aparat, dihalau dari sisi kiri, masih ada terlihat siswa yang seliwerang dari sisi kanan. Selain itu para gurupun kewalahan mengatur siswanya yang mulai kocar kacir karena dikejar dan dihalau polisi.(KS-Mul)
COMMENTS