Kasus penganiayaan terhadap Ubaidillah alias Dila (39), seorang wartawan Koran Stabilitas menyisahkan banyak luka
Bima, KS.- Kasus penganiayaan terhadap Ubaidillah alias Dila (39), seorang wartawan Koran Stabilitas menyisahkan banyak luka, baik terhadap korban (Dila,red) sendiri, lebih-lebih kepada pelaku penganiayaan, Muhtar. Bagaimana tidak, sejak di tahan pihak kepolisian hari Selasa lalu hingga hari ini (Kamis kemarin,red), keluarga besar Muhtar menginginkan kasus tersebut tidak berlanjut ke meja hukum, tapi cukup dengan perdamaiaan secara kekeluargaan, mengingat banyak keluarga yang ditanggung oleh Muhtar (PNS di Kota Bima).
Ilustrasi
Dalam beberapa hari terakhir ini, keluarga besar Muhtar datang ke Kantor Redaksi Koran Stabilitas, rumah korban di Penanae, juga rumah Pimpinan Stabilitas di Lewijambu. Tujuannya, meminta kasus yang menimpa keluarganya (Muhtar,red) untuk tidak dilanjutkan, cukup selesai di pihak kepolisian.
Di pertemuan secara kekeluarga antara Pimpinan Redaksi (Pimred) Koran Stabilitas, Rafidin dengan istri dan saudara Muhtar di Lewijambu, Rafidin menegaskan, bahwa mengenai perdamaian itu tidak hubungan dengan managemen media Stabilitas, melainkan murni personal antara Dila dengan Muhtar.”Saya sampaikan kepada keluarga Muhtar, agar membangun komunikasi antara keluarga Dila dengan keluarga Muhtar sendiri. Nah, keberadaan management dalam kasus itu, hanya sebagai penengah saja. Jika dila sepakat untuk damai, maka itu sangat lebih baik. Jika tidak ingin berdamai, itu hak dan keinginan Dila sendiri, yang tidak bisa dicampuri oleh kami di Koran Stabilitas,” terang Rafidin.
Rafidin juga mengaku sudah banyak yang membangun komunikasi soal keinginan keluarga Muhtar untuk berdamai, tapi selalu dijawab, bahwa persoalan damai atau tidak, sangat bergantung pada Dila sendiri, bukan siapa-siapa.”Saya pikir, Dila lah penentu akhir dari perdamaian itu, bukan kami di management Stabilitas,”cetusnya.
Apa tanggapan Dila atas keinginan keluarga besar Muhtar untuk mendamaikan keduabelah pihak ?. Dengan tegas Dila mengatakan, tak ada perdamaian, proses hukum tetap berjalan terus. “Saya masih trauma dengan kejadian kemarin. Setelah saya dipukul berkali-kali oleh Muhtar bersama anggotanya, saya kabur keluar dari kantor, justeru saya diteriakan maling oleh Muhtar dan temannya. Nah, saya pikir kasus ini sangat sadis menurut saya, karena selain saya dipukuli, saya juga diteriakin maling,” imbuhnya.
Istri Muhtar menyampaikan permohonan maaf atas kejadian kemarin, dan berharap besar Dila untuk mendamaikan kasus tersebut, karena suaminnya (Muhtar,red) adalah satu-satunya harapan dan tumpuan keluarganya.” Saya sekarang dalam keadaan sakit, begitu juga dengan anak saya. Sementara suami saya berada dalam tahanan. Saya harap kepada Dila sekeluarga, agar memaafkan suami saya, dan mencabut laporan ke polisi,” ujarnya harap.(KS-001)
Ilustrasi
Dalam beberapa hari terakhir ini, keluarga besar Muhtar datang ke Kantor Redaksi Koran Stabilitas, rumah korban di Penanae, juga rumah Pimpinan Stabilitas di Lewijambu. Tujuannya, meminta kasus yang menimpa keluarganya (Muhtar,red) untuk tidak dilanjutkan, cukup selesai di pihak kepolisian.
Di pertemuan secara kekeluarga antara Pimpinan Redaksi (Pimred) Koran Stabilitas, Rafidin dengan istri dan saudara Muhtar di Lewijambu, Rafidin menegaskan, bahwa mengenai perdamaian itu tidak hubungan dengan managemen media Stabilitas, melainkan murni personal antara Dila dengan Muhtar.”Saya sampaikan kepada keluarga Muhtar, agar membangun komunikasi antara keluarga Dila dengan keluarga Muhtar sendiri. Nah, keberadaan management dalam kasus itu, hanya sebagai penengah saja. Jika dila sepakat untuk damai, maka itu sangat lebih baik. Jika tidak ingin berdamai, itu hak dan keinginan Dila sendiri, yang tidak bisa dicampuri oleh kami di Koran Stabilitas,” terang Rafidin.
Rafidin juga mengaku sudah banyak yang membangun komunikasi soal keinginan keluarga Muhtar untuk berdamai, tapi selalu dijawab, bahwa persoalan damai atau tidak, sangat bergantung pada Dila sendiri, bukan siapa-siapa.”Saya pikir, Dila lah penentu akhir dari perdamaian itu, bukan kami di management Stabilitas,”cetusnya.
Apa tanggapan Dila atas keinginan keluarga besar Muhtar untuk mendamaikan keduabelah pihak ?. Dengan tegas Dila mengatakan, tak ada perdamaian, proses hukum tetap berjalan terus. “Saya masih trauma dengan kejadian kemarin. Setelah saya dipukul berkali-kali oleh Muhtar bersama anggotanya, saya kabur keluar dari kantor, justeru saya diteriakan maling oleh Muhtar dan temannya. Nah, saya pikir kasus ini sangat sadis menurut saya, karena selain saya dipukuli, saya juga diteriakin maling,” imbuhnya.
Istri Muhtar menyampaikan permohonan maaf atas kejadian kemarin, dan berharap besar Dila untuk mendamaikan kasus tersebut, karena suaminnya (Muhtar,red) adalah satu-satunya harapan dan tumpuan keluarganya.” Saya sekarang dalam keadaan sakit, begitu juga dengan anak saya. Sementara suami saya berada dalam tahanan. Saya harap kepada Dila sekeluarga, agar memaafkan suami saya, dan mencabut laporan ke polisi,” ujarnya harap.(KS-001)
COMMENTS