Ternyata pelaku utama pembunuhan Rhoma di kampus STKIP Bima beberapa waktu lalu, Joe mahasiswa jurusan ilmu hukum semester V disalah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Bima
Kota Bima, KS.- Ternyata pelaku utama pembunuhan Rhoma di kampus STKIP Bima beberapa waktu lalu, Joe mahasiswa jurusan ilmu hukum semester V disalah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Bima. Selain Joe yang bertindak sebagai eksekutor utama pada aksi pembunuhan itu, juga ada keterlibatan pelaku lain. Yakni, Aladin dan Ardiansyah, dan keduanya merupakan mahasiswa STKIP Bima.
Rekaman CCTV
Akibat strategis yang menghilangkan nyawa mahasiswa asal Desa Renda Kecamatan Belo Kabupaten Bima itu, membuat ujian semester Ganjil pada hari ketiga lumpuh total. Selain itu pula, nama baik lembaga STKIP Bima tercoreng dan dicap sebagai kampus kriminalitas dan jauh dari harapan yang menciptakan calon guru yang akan mencerdaskan anak bangsa.
Wakil Ketua (Piket III) STKIP Bima Herman, M.Pd pada wartawan Sabtu (13/2) diruang kerjanya mengatakan, pelaku utama merupakan orang luar STKIP Bima. Pasalnya, Joe merupakan mahasiswa sekolah hukum diwilayah Kota Bima ini, dan pada intinya yang bertindak eksekutor adalah orang luar kampus. “Siapa bilang nama STKIP Bima tercoreng akibat peristiwa tragis itu. Memang betul Tempat Kejadian Perkaranya (TKP) di kampus ini, tapi pelaku utama adalah mahasiswa lain,” ujarnya.
Lanjutnya, Joe berasal dari Desa Rai Oi dan Aladin asal Desa Paragina Kecamatan Sape, sedangkan Ardiansyah asal Desa Rade Kecamatan Madapangga masih buronan polisi. Sementara Joe dan Aladin sudah menyerahkan diri, namun yang jelas dua pelaku itu, meskipun mahasiswa STKIP Bima namun sudah lama tidak aktif, sebagai mahasiswa. Seperti Aladin jarang mengisi RKS, sedangkan secara sistem nasional tidak mengisi RKS selama 4 semester langsung non aktif secara sendirinya, begitupun Ardianysah jurusan Sosialogi sudah DO, dan dia (Ardiansyah, red) saat ini sudah masuk semester XII.
Untuk mengurangi anomi dan pendapat miring masyarakat tentang STKIP Bima, Herman menambahkan.Pada pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Terpadu (KKN-MT) angkatan 27/2016 belum lama ini. Mahasiwa sebanyak 1.360 orang yang ditempatkan di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Dompu, yakin akan mensosialisasikan pada masyarakat ditiga daerah tersebut. Tentang kejadian yang sebenarnya tentang peristiwa yang menghilangkan nyawa mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling (BK).
Herman juga menyangkan ada keterlibatan orang luar yang memprovokasi keadaan dikampus STKIP Bima, dan pihak akademi juga sudah melakukan pembersihan secara intenal. “Baik penegakan aturan kampus, mahasiswa dilarang lagi untuk nginap dalam wilayah kampus, sehingga usai jam kuliah kampus ini kosong dan untuk menjaga kemungkinan lainnya. Dikampus berlokasi di Kelurahan Mande itu sudah menempatkan dua orang personil setiap hari dari Polres Bima Kota maupun dari satuan Brimob Bima,”akunya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, korban dan para pelaku terlibat cencong mulut diluar kampus. Akibat motor pelaku tersenggol dengan motor masyarakat lainnya, sehingga si korban (Rhoma) bertujuan melerai perselisihan tersebut. Namun ternyata, mengundang dendam dari pelaku atas sikap Rhoma dan korban langsung dieksekusi di areal kampus usai mengikuti ujian semester.“Pelaku yang lengkap dengan senjata tajam (Sajam) jenis parang tanpa berpikir panjang langsung menebas kearah leher bertubi-tubi, hingga korban meninggal dunia,”pungkasnya. (KS – 05)
Rekaman CCTV
Akibat strategis yang menghilangkan nyawa mahasiswa asal Desa Renda Kecamatan Belo Kabupaten Bima itu, membuat ujian semester Ganjil pada hari ketiga lumpuh total. Selain itu pula, nama baik lembaga STKIP Bima tercoreng dan dicap sebagai kampus kriminalitas dan jauh dari harapan yang menciptakan calon guru yang akan mencerdaskan anak bangsa.
Wakil Ketua (Piket III) STKIP Bima Herman, M.Pd pada wartawan Sabtu (13/2) diruang kerjanya mengatakan, pelaku utama merupakan orang luar STKIP Bima. Pasalnya, Joe merupakan mahasiswa sekolah hukum diwilayah Kota Bima ini, dan pada intinya yang bertindak eksekutor adalah orang luar kampus. “Siapa bilang nama STKIP Bima tercoreng akibat peristiwa tragis itu. Memang betul Tempat Kejadian Perkaranya (TKP) di kampus ini, tapi pelaku utama adalah mahasiswa lain,” ujarnya.
Lanjutnya, Joe berasal dari Desa Rai Oi dan Aladin asal Desa Paragina Kecamatan Sape, sedangkan Ardiansyah asal Desa Rade Kecamatan Madapangga masih buronan polisi. Sementara Joe dan Aladin sudah menyerahkan diri, namun yang jelas dua pelaku itu, meskipun mahasiswa STKIP Bima namun sudah lama tidak aktif, sebagai mahasiswa. Seperti Aladin jarang mengisi RKS, sedangkan secara sistem nasional tidak mengisi RKS selama 4 semester langsung non aktif secara sendirinya, begitupun Ardianysah jurusan Sosialogi sudah DO, dan dia (Ardiansyah, red) saat ini sudah masuk semester XII.
Untuk mengurangi anomi dan pendapat miring masyarakat tentang STKIP Bima, Herman menambahkan.Pada pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Terpadu (KKN-MT) angkatan 27/2016 belum lama ini. Mahasiwa sebanyak 1.360 orang yang ditempatkan di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Dompu, yakin akan mensosialisasikan pada masyarakat ditiga daerah tersebut. Tentang kejadian yang sebenarnya tentang peristiwa yang menghilangkan nyawa mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling (BK).
Herman juga menyangkan ada keterlibatan orang luar yang memprovokasi keadaan dikampus STKIP Bima, dan pihak akademi juga sudah melakukan pembersihan secara intenal. “Baik penegakan aturan kampus, mahasiswa dilarang lagi untuk nginap dalam wilayah kampus, sehingga usai jam kuliah kampus ini kosong dan untuk menjaga kemungkinan lainnya. Dikampus berlokasi di Kelurahan Mande itu sudah menempatkan dua orang personil setiap hari dari Polres Bima Kota maupun dari satuan Brimob Bima,”akunya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, korban dan para pelaku terlibat cencong mulut diluar kampus. Akibat motor pelaku tersenggol dengan motor masyarakat lainnya, sehingga si korban (Rhoma) bertujuan melerai perselisihan tersebut. Namun ternyata, mengundang dendam dari pelaku atas sikap Rhoma dan korban langsung dieksekusi di areal kampus usai mengikuti ujian semester.“Pelaku yang lengkap dengan senjata tajam (Sajam) jenis parang tanpa berpikir panjang langsung menebas kearah leher bertubi-tubi, hingga korban meninggal dunia,”pungkasnya. (KS – 05)
COMMENTS