Diduga tiga warga Kota Bima, Imam (23), Iwan Setiwan (25) dan Mutadir alias Landa (26) diangkut Densus 88 anti terror.
Kota Bima, KS.- Diduga tiga warga Kota Bima, Imam (23), Iwan Setiwan (25) dan Mutadir alias Landa (26) diangkut Densus 88 anti terror. Pihak keluarga, mengaku hingga saat ini belum diinformasikan mengenai penangkapan tiga warga penatoi yang dicurigai terikat paham radikal.
A. Majid M. Saleh,orang tua Imam salah seorang yang diangkut Densus 88 Anti Teror, dalam keterangan persnya, Selasa lalu mengaku anaknya dijemput paksa aparat Densus 88 dirumahnya di Kelurahan Penatoi.
Kata dia, anaknya saat itu sedang memperbaiki rumahnya. Namun, secara paksa anaknya diseret oleh aparat bersenjata lengkap itu. menurutnya, Imam, merupakan anak yang baik. Dia bergaul seperti anak biasanya.
Meski masih muda, kata ayahnya, Imam anak yang suka membantu orang tuanya. Bahkan dia tidak malu bekerja apa saja, hanya untuk membantu kedua orang tuannya. ”Dia anak baik, saya tidak melihat gelagat yang mecurigakan dari anak saya, apalagi terlibat dalam jaringan teroris seperti yang dituduhkan,” ungkapnya.
Dijelaskannya, selama ini, anaknya tidak pernah meninggalkan Kota Bima. Sejak sekolah Imam selalu berada di kota Bima. ”Anak saya tidak pernah merantau keluar daerah. Ia hanya menjadi ojek dan kerja kuli saja disini,” terangnya.
Senada dengan itu, ibu kandung Mutadir alias Landa juga mengaku anaknya orang baik. Dia tidak pernah keluar daerah. Kesehariannya hanya menjadi Satpam di MIN Tolobali Kota Bima. Kadang diwaktu luang, Mutadir menjadi tukang ojek dan kuli bangunan.”Saya tidak melihat yang aneh dari anak saya. Dia pemuda biasa yang tidak mengerti paham radikal,” jelasnya.
Terkait diduga dibawa Densus 88, ia mengharapkan anaknya untuk segera dikembalikan secepatnya. Sebagai orang tua, ia khawatir dengan keadaan anaknya. apalagi hingga saat ini, pihak Densus 88 belum informasikan keberadaan anaknya.”Saya hanya berdoa saja, semoga anak saya cepat dikembalikan,” harapnya.
Sementara itu, kakak kandung Iwan setiawan menyebutkan, adiknya hingga saat ini belum pulang kerumah. Ia menduga adiknya dibawa aparat Densus 88, sama dengan Mutadir dan Imam. Katanya, Iwan, kesehariannya hanya menjadi penjual tahu keliling. “Adik saya hilang, kami belum mendapatkan pemberitahuan dari aparat.” ujarnya.
Kakak kandung Iwan ini membantah keras, jika adiknnya terlibat dalam jaringan teroris. Kesehariannya sama dengan warga lainnya. Tidak ada keanehan atau ciri-ciri orang yang terikat dalam paham radikal.” Saya membantah adik saya ikut dalam jaringan keras itu,” tegasnya.
Kapolres Bima Kota, AKBP. Ahmad Nurman Ismail S.Ik tidak bisa berkomentar banyak soal tersebut. “Itu ranahnya Mabes Polri. Kami tidak mengetahui hal itu secara detail,” ujarnya singkat. (KS-04)
A. Majid M. Saleh,orang tua Imam salah seorang yang diangkut Densus 88 Anti Teror, dalam keterangan persnya, Selasa lalu mengaku anaknya dijemput paksa aparat Densus 88 dirumahnya di Kelurahan Penatoi.
Kata dia, anaknya saat itu sedang memperbaiki rumahnya. Namun, secara paksa anaknya diseret oleh aparat bersenjata lengkap itu. menurutnya, Imam, merupakan anak yang baik. Dia bergaul seperti anak biasanya.
Meski masih muda, kata ayahnya, Imam anak yang suka membantu orang tuanya. Bahkan dia tidak malu bekerja apa saja, hanya untuk membantu kedua orang tuannya. ”Dia anak baik, saya tidak melihat gelagat yang mecurigakan dari anak saya, apalagi terlibat dalam jaringan teroris seperti yang dituduhkan,” ungkapnya.
Dijelaskannya, selama ini, anaknya tidak pernah meninggalkan Kota Bima. Sejak sekolah Imam selalu berada di kota Bima. ”Anak saya tidak pernah merantau keluar daerah. Ia hanya menjadi ojek dan kerja kuli saja disini,” terangnya.
Senada dengan itu, ibu kandung Mutadir alias Landa juga mengaku anaknya orang baik. Dia tidak pernah keluar daerah. Kesehariannya hanya menjadi Satpam di MIN Tolobali Kota Bima. Kadang diwaktu luang, Mutadir menjadi tukang ojek dan kuli bangunan.”Saya tidak melihat yang aneh dari anak saya. Dia pemuda biasa yang tidak mengerti paham radikal,” jelasnya.
Terkait diduga dibawa Densus 88, ia mengharapkan anaknya untuk segera dikembalikan secepatnya. Sebagai orang tua, ia khawatir dengan keadaan anaknya. apalagi hingga saat ini, pihak Densus 88 belum informasikan keberadaan anaknya.”Saya hanya berdoa saja, semoga anak saya cepat dikembalikan,” harapnya.
Sementara itu, kakak kandung Iwan setiawan menyebutkan, adiknya hingga saat ini belum pulang kerumah. Ia menduga adiknya dibawa aparat Densus 88, sama dengan Mutadir dan Imam. Katanya, Iwan, kesehariannya hanya menjadi penjual tahu keliling. “Adik saya hilang, kami belum mendapatkan pemberitahuan dari aparat.” ujarnya.
Kakak kandung Iwan ini membantah keras, jika adiknnya terlibat dalam jaringan teroris. Kesehariannya sama dengan warga lainnya. Tidak ada keanehan atau ciri-ciri orang yang terikat dalam paham radikal.” Saya membantah adik saya ikut dalam jaringan keras itu,” tegasnya.
Kapolres Bima Kota, AKBP. Ahmad Nurman Ismail S.Ik tidak bisa berkomentar banyak soal tersebut. “Itu ranahnya Mabes Polri. Kami tidak mengetahui hal itu secara detail,” ujarnya singkat. (KS-04)
COMMENTS