Selama ini, Arafik dikabarkan telah kabur ke Malasyia lantaran proyek fiberglass ditangani pihak Kepolisian. Padahal, Arafik tidak pernah ke Malasyia, melainkan berada di Mataram, lantaran di Bima tidak lagi mudah mendapatkan pekerjaan paket proyek.
Kota Bima, KS.- CV. La Manggala adalah salah satu perusahaan yang mengerjakan paket proyek pengadaan fiberglass Tahun 2012 lalu di Dinas PU Kabupaten Bima, senilai Rp.200Juta. Sejak kasus fiberglass dilidik hingga penyidikan, baru Minggu kemarin Direktur CV. La Manggala, Arafik diperiksa penyidik Tipikor Polres Bima Kota. Selama ini, Arafik dikabarkan telah kabur ke Malasyia lantaran proyek fiberglass ditangani pihak Kepolisian. Padahal, Arafik tidak pernah ke Malasyia, melainkan berada di Mataram, lantaran di Bima tidak lagi mudah mendapatkan pekerjaan paket proyek.
Ilustrasi
Saat memberikan keterangan Pers di Kantor DPD Partai Perindo di Lingkungan Manggemaci Sabtu (9/4) malam, Arafik yang mengaku dekat dengan keluarga istana, terutama Dae Ferra itu dengan rinci menjelaskan soal keterlibatan CV. La Manggala dalam pekerjaan sejumlah paket proyek di Kabupaten Bima, dari Tahun 2012 hingga Tahun berikutnya. Parahnya, perusahaan miliknya itu digunakan oleh oknum tertentu, tanpa sepengetahuan dirinya selaku Direktur CV. Seperti yang terjadi pada paket pekerjaan sampan fiberglass di Dinas PU Kabupaten Bima Tahun 2012 lalu.”CV saya digunakan oleh Haris Bintang, yang sekarang menjabat Plt Ketua Gapensi Kabupaten Bima. Dia (Haris,red) tandatangan palsu tandatangan saya, baik dalam pembuatan kontrak hingga pada pencairan anggaran di Bank NTB,” tuturnya.
Atas ulah Haris tersebut, dirinya dirugikan dan menganggap terjadi kejahatan pidana yang harus diselesaikan secara hukum, karena tidak pernah mengetahui sedikitpun perusahaannya tersebut digunakan oleh Haris Bintang, kecuali setelah dikasih tau oleh Haris Bintang sendiri, bahwa CV. La Manggala termasuk perusahaan yang mengerjakan proyek pengadaan fiberglass.”Saya tidak tahu sama sekali kalau CV saya itu digunakan oleh Haris Bintang untuk proyek fiberglass. Nah, bagaimana ceritanya administrasi pencairan uang proyek fiberglass tersebut bisa di proses keuangannya, sementara saya selaku pemilik CV tidak tahu sama sekali,” tutur Rafik.
Arafik juga mengakui adanya isu dirinya kabur ke Malasyia lantaran kasus fiberglass ditangani Kepolisian, sementara dirinya tidak pernah pergi kemana-mana, dan tidak pernah tahu soal CV. La Manggala sebagai perusahaan yang mengerjakan proyek fiberglass.”Selama ini saya berada di Mataram saja, sejak tahun 2010. Saya datang ke Bima baru dua minggu lalu, itupun disuruh datang oleh Dae Ferra. Nah, setiba saya di Bima, saya ketemu Dae Ferra dan Haris Bintang. Anehnya, saat saya berada di Pandopo, saya diusir keluar oleh Haris Bintang, dan menyuruh saya jangan dekat Pandopo, dan selesaikan kasus fiberglass di polisi,”tuturnya.
Sejak diusir dari Pandopo waktu itu, Arafik menumpang menginap di rumah temannya Farhan selaku Bendahara Partai Perindo di Manggemaci untuk menghabisi waktu dari hari ke hari. Ia berharap agar kasus fiberglass menambah tersangka baru di penyidik polisi, terutama yang menggunakan CV miliknya, dengan menandatangani semua dokumen proyek secara fiktif.”Yang jelas, saya tidak pernah sekalipun tandatangan dokumen proyek fiberglass. Kalaupun ada tandatangan di dokumen tersebut, itu perbuatan Haris Bintang. Saya minta polisi untuk secepatnya menangkap dan menahan pelaku pemalsuan tandatangan saya tersebut,” pintanya.
Tak hanya proyek fiberglass yang menggunakan CV La Manggala miliknya yang digunakan pihak tertentu. Tapi juga proyek pembangunan rumah sakit di Wera senilai Rp.2Milyar lebih tahun 2012/2013. Proyek tersebut pun tidak diketahui olehnya, sementara menggunakan CV miliknya.”Dalam waktu dekat, saya juga akan melaporkan pelaksana proyek di rumah sakit wera tersebut, dengan dugaan pemalsuan tandatangan dan lainnya dalam dokumen proyek,” ancamnya.
Ilustrasi
Saat memberikan keterangan Pers di Kantor DPD Partai Perindo di Lingkungan Manggemaci Sabtu (9/4) malam, Arafik yang mengaku dekat dengan keluarga istana, terutama Dae Ferra itu dengan rinci menjelaskan soal keterlibatan CV. La Manggala dalam pekerjaan sejumlah paket proyek di Kabupaten Bima, dari Tahun 2012 hingga Tahun berikutnya. Parahnya, perusahaan miliknya itu digunakan oleh oknum tertentu, tanpa sepengetahuan dirinya selaku Direktur CV. Seperti yang terjadi pada paket pekerjaan sampan fiberglass di Dinas PU Kabupaten Bima Tahun 2012 lalu.”CV saya digunakan oleh Haris Bintang, yang sekarang menjabat Plt Ketua Gapensi Kabupaten Bima. Dia (Haris,red) tandatangan palsu tandatangan saya, baik dalam pembuatan kontrak hingga pada pencairan anggaran di Bank NTB,” tuturnya.
Atas ulah Haris tersebut, dirinya dirugikan dan menganggap terjadi kejahatan pidana yang harus diselesaikan secara hukum, karena tidak pernah mengetahui sedikitpun perusahaannya tersebut digunakan oleh Haris Bintang, kecuali setelah dikasih tau oleh Haris Bintang sendiri, bahwa CV. La Manggala termasuk perusahaan yang mengerjakan proyek pengadaan fiberglass.”Saya tidak tahu sama sekali kalau CV saya itu digunakan oleh Haris Bintang untuk proyek fiberglass. Nah, bagaimana ceritanya administrasi pencairan uang proyek fiberglass tersebut bisa di proses keuangannya, sementara saya selaku pemilik CV tidak tahu sama sekali,” tutur Rafik.
Arafik juga mengakui adanya isu dirinya kabur ke Malasyia lantaran kasus fiberglass ditangani Kepolisian, sementara dirinya tidak pernah pergi kemana-mana, dan tidak pernah tahu soal CV. La Manggala sebagai perusahaan yang mengerjakan proyek fiberglass.”Selama ini saya berada di Mataram saja, sejak tahun 2010. Saya datang ke Bima baru dua minggu lalu, itupun disuruh datang oleh Dae Ferra. Nah, setiba saya di Bima, saya ketemu Dae Ferra dan Haris Bintang. Anehnya, saat saya berada di Pandopo, saya diusir keluar oleh Haris Bintang, dan menyuruh saya jangan dekat Pandopo, dan selesaikan kasus fiberglass di polisi,”tuturnya.
Sejak diusir dari Pandopo waktu itu, Arafik menumpang menginap di rumah temannya Farhan selaku Bendahara Partai Perindo di Manggemaci untuk menghabisi waktu dari hari ke hari. Ia berharap agar kasus fiberglass menambah tersangka baru di penyidik polisi, terutama yang menggunakan CV miliknya, dengan menandatangani semua dokumen proyek secara fiktif.”Yang jelas, saya tidak pernah sekalipun tandatangan dokumen proyek fiberglass. Kalaupun ada tandatangan di dokumen tersebut, itu perbuatan Haris Bintang. Saya minta polisi untuk secepatnya menangkap dan menahan pelaku pemalsuan tandatangan saya tersebut,” pintanya.
Tak hanya proyek fiberglass yang menggunakan CV La Manggala miliknya yang digunakan pihak tertentu. Tapi juga proyek pembangunan rumah sakit di Wera senilai Rp.2Milyar lebih tahun 2012/2013. Proyek tersebut pun tidak diketahui olehnya, sementara menggunakan CV miliknya.”Dalam waktu dekat, saya juga akan melaporkan pelaksana proyek di rumah sakit wera tersebut, dengan dugaan pemalsuan tandatangan dan lainnya dalam dokumen proyek,” ancamnya.
COMMENTS