Kota Bima, KS.- Sorotan pihak Gabungan Pengusaha Seluruh Indonesia (Gapensi) Kota Bima dan kontraktor lokal di Kota Bima soal dominasi warga...
Kota Bima, KS.- Sorotan pihak Gabungan Pengusaha Seluruh Indonesia (Gapensi) Kota Bima dan kontraktor lokal di Kota Bima soal dominasi warga keturunan Tionghoa yang mendominasi paket proyek baik yang sifatnya penunjukkan/pemilihan langsung (PL) maupun pelelangan secara elektronik atau LPSE ditanggapi Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bima Firdaus, ST, MM.
Menurut Firdaus, dinamika yang disorot soal dominasi warga keturunan dalam pekerjaan proyek milik Pemrintah Kota Bima memang bukan menjadi rahasia umum lagi. Secara obyektif keadaannya memang benar seperti yang dikeluhkan Ketua Gapensi Kota Bima (H. Armansyah) dan rekan-rekan kontraktor lokal lainnya. Tapi, diakui Firdaus, dalam era pasar bebas yang kita anut saat ini, tentu itu bukan masalah bahkan hal itu sah dan wajar-wajar saja.
“Walau warga keturunan, KTP mereka adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Dan ketika mereka mendapat proyek itu halal dan sah menurut ketentuan normatif yang ada di Republik ini,” kata Akademisi muda itu, Selasa (9/8) di kampus STIE Bima.
Dilanjutkannya, masalah yang perlu dipertimbangkan akibat dominasi proyek ini karena dampak peredaran uangnya yang tidak signifikan dalam membantu perekonomian masyarakat di daerah.
“Karena minoritas, secara ekonomi-sosiologis kondisi uang di mereka (warga keturunan) sifatnya cenderung terakumulasi (menumpuk) dan tidak beredar langsung ke masyarakat. Berbeda kondisinya jika uang hasil pekerjaan dan keuntungan proyek di miliki oleh kontraktor lokal yang secara sosiologis memiliki kerabat dan hubungan kerabat yang banyak tentu akan berbanding lurus dengan peredaran uang di tengah-tengah masyarakat,” urai Firdaus.
Menurut dia, keluhan kontraktor lokal dan pernyataan Ketua Gapensi semestinya segera direspon oleh pemerintah dan duduk bersama mencari solusi dan pemecahannya. Diakuinya, salah satu kewajiban adanya negara dan pemerintah agar memberikan kesejahteraan yang adil di tengah-tengah banyaknya pelaku dan pemeran ekonomi dalam kapasitas dan kemampuan modal usaha yang berbeda.
“Jika kondisi ini dibiarkan, lambat-laun keberadaan uang yang terakumulasi dan tidak beredar maka akan menimbulkan krisis secara ekonomi. Dan negara kita pernah mengalami keadaan puncak dari krisis seperti ini di tahun 1996/1997 lalu,” ucapnya.
Dijelaskannya, dalam pelaksanaan proyek pengadaan barang dan jasa di pemerintah ada yang sifatnya penunjukan/pemilihan langsung dan pelelangan atau tender. Kata dia, dalam proyek yang sistimnya secara pelelangan/tender (online terbuka), siapapun yang menang, selama tender sesuai pedoman dan peraturan dari LKPP harus dihormati bersama.
“Kontraktor lokal harus bijak dan tidak bisa memprotes jika pemenang dalam proyek ini adalah warga keturunan, selama tender dilakukan secara fair dan transparan. Dan jika ada masalah, semua ada jalur dan sistimnya. Jangan teriak ke media seolah-olah mengeneralisir bahwa dominasi warga keturunan yang menang tender online itu salah. Kalau ada masalah, proses tendernya yang dipersoalkan bukan siapa yang menang tendernya,” tandas dia.
Namun, sebagai saran dan solusi dari permasalahan ini. Firdaus menagatakan Gapensi dan Pemerintah harus duduk bersama. Dan pekerjaan pengadaan barang dan jasa yang nilainya kecil dan sifatnya pemilihan langsung (PL) yang ada dipemerintah bisa dijadikan solusi untuk kegiatan kontraktor lokal. Peran Gapensi atau Assosiasi sebagai fasilitator pembagian paket proyek PL dari pemerintah.
“Jika pakek proyek PL yang nilainya kecil bisa diberdayakan untuk kegiatan usaha kontraktor lokal. Saya kira ini satu solusi yang bisa diambil dalam menjawab keluhan dan protes dari pengusaha lokal. Saya pun teringat kata Mahatma Gandhi, sebenarnya dunia ini mampu memenuhi kebutuhan manusia, tapi bukan untuk kerakusannya. Kalau semua pihak diakui dan diberdayakan. Cara ini akan sangat bijak untuk dilakukan dan Insya Allah bisa dipahami semua pihak, walau porsinya mungkin berbeda-beda,” tutup Firdaus. (KS-08)
COMMENTS