Belum lama ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bima dibawa kepemimpinan HM.Qurais, H.Abidin – H.Arahman, H.Abidin, SE menggelar kegiatan Tarabas
Kota Bima, KS. – Belum lama ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bima dibawa kepemimpinan HM.Qurais, H.Abidin – H.Arahman, H.Abidin, SE menggelar kegiatan Tarabas. Selain sebagai momen hiburan bagi Rakyat dan pecinta Sepeda Motor Trail. Tapi bahkan diduga kuat menjadi ajang hura – hura bagi oknum Pejabat. Masalahnya, kegiatan yang disponsori Perusahaan Swasta Dealer Motor Viar itu menghabiskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bima senilai Ratusan Juta Rupiah. Benarkah?
Hal itu terkuak saat sumber dana untuk kegiatan itu, termasuk biaya pembelian sepeda motor Trail merk Viar yang dikendarai oknum pejabat saat momen tersebut terindikasi menggunakan APBD. Bukti dugaan pemanfaatan uang rakyat dan daerah guna hura-hura oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) itu terlihat jelas ketika Kepala Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) mengendarai Trail Viar saat momen berlangsung.
Bahkan, pejabat dimaksud harus menerima tantangan berat sekaligus pengalaman pahit. Karena, terjatuh dari motor besar yang diproduksi Negara Cina tersebut. Dugaan soal penyalahgunaan uang daerah itupun diperkuat dengan meningkatnya hasil penjualan dealer kendaraan roda dua viar milik pengusaha etnis thionhoa yang menjadi sponsor kegiatan dimaksud.
Penanggung jawab dealer Viar yakni Untung saat diwawancara Wartawan Koran Stabilitas Selasa (13/09) kemarin mengaku, tidak ada peningkatan penjualan sepeda motor pasca kegiatan itu. Kalaupun ada, itu terjadi satu minggu atau tiga hari (H-3) menjelang pelaksanan kegiatan.”Penjualanya tidak naik tidak juga turun, berada dalam posisi jalan ditempat,” ujarnya.
Meski pihaknya mensponsori acara tersebut. Namun, putra bungsu Baba Seng itu enggan mengungkap secara pasti berapa nilai keuntungan yang didapat,termasuk berapa unit penjualan kendaraan trail baik sebelum maupun pasca acara itu berlangsung.”Saya tidak bisa menjawab secara detil soal itu, karena itu merupakan rahasia perusahaan,” akunya.
Disinggung pejabat mana saja yang membeli produk kendaraan dengan harga mulai dari belasan juta rupiah hingga Rp. 30 lebih juta itu. Baik sebelum pelaksanaan maupun saat kegiatan berlangsung. Dirinya terkesan enggan menjawab seputar pertanyaan itu, karena pihaknya hanya sebagai sponsor dan melayani konsumen.”Kalau soal itu saya tidak tahu, karena tidak menghafal satu per satu siapa saja pembelinya. Bisa saja, ada pembeli yang tidak datang sendiri, tapi menyuruh orang lain,” elaknya. (AR – 02)
Hal itu terkuak saat sumber dana untuk kegiatan itu, termasuk biaya pembelian sepeda motor Trail merk Viar yang dikendarai oknum pejabat saat momen tersebut terindikasi menggunakan APBD. Bukti dugaan pemanfaatan uang rakyat dan daerah guna hura-hura oknum Aparatur Sipil Negara (ASN) itu terlihat jelas ketika Kepala Pelayanan Perijinan Terpadu (KPPT) mengendarai Trail Viar saat momen berlangsung.
Bahkan, pejabat dimaksud harus menerima tantangan berat sekaligus pengalaman pahit. Karena, terjatuh dari motor besar yang diproduksi Negara Cina tersebut. Dugaan soal penyalahgunaan uang daerah itupun diperkuat dengan meningkatnya hasil penjualan dealer kendaraan roda dua viar milik pengusaha etnis thionhoa yang menjadi sponsor kegiatan dimaksud.
Penanggung jawab dealer Viar yakni Untung saat diwawancara Wartawan Koran Stabilitas Selasa (13/09) kemarin mengaku, tidak ada peningkatan penjualan sepeda motor pasca kegiatan itu. Kalaupun ada, itu terjadi satu minggu atau tiga hari (H-3) menjelang pelaksanan kegiatan.”Penjualanya tidak naik tidak juga turun, berada dalam posisi jalan ditempat,” ujarnya.
Meski pihaknya mensponsori acara tersebut. Namun, putra bungsu Baba Seng itu enggan mengungkap secara pasti berapa nilai keuntungan yang didapat,termasuk berapa unit penjualan kendaraan trail baik sebelum maupun pasca acara itu berlangsung.”Saya tidak bisa menjawab secara detil soal itu, karena itu merupakan rahasia perusahaan,” akunya.
Disinggung pejabat mana saja yang membeli produk kendaraan dengan harga mulai dari belasan juta rupiah hingga Rp. 30 lebih juta itu. Baik sebelum pelaksanaan maupun saat kegiatan berlangsung. Dirinya terkesan enggan menjawab seputar pertanyaan itu, karena pihaknya hanya sebagai sponsor dan melayani konsumen.”Kalau soal itu saya tidak tahu, karena tidak menghafal satu per satu siapa saja pembelinya. Bisa saja, ada pembeli yang tidak datang sendiri, tapi menyuruh orang lain,” elaknya. (AR – 02)
COMMENTS