Mereka tetap bertahan dan mengambil resiko perjuangan agar mendapatkan kembali lahan yang telah dirampas oleh PT. Sanggar Agro Karya Persada (SAKP).
Bima, KS.- Sudah belasan hari, puluhan warga Desa Oi Katupa Kecamatan Tambora masih bertahan di Eks Kantor Bupati Bima. Hingga hari Minggu (4/9) kemarin, warga terlihat menghabiskan waktu siang dan malam di bawah tenda beralas dan beratapkan tarpal itu.
Mereka hidup dan bertahan seperti warga pengasingan. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, keberadaan belasan anak-anak dan beberapa Ibu muda yang membawa bayinya untuk tetap bertahan di halaman eks Kantor Bupati Bima. Mereka tetap bertahan dan mengambil resiko perjuangan agar mendapatkan kembali lahan yang telah dirampas oleh PT. Sanggar Agro Karya Persada (SAKP).
Humas aksi yang tergabung dalam Gerakan Nasional Penegakkan (GNP) UUD pasal 33, M. Amin alias Zhego mengungkapkan kondisi kesehatan beberapa orang warga mulai menurun. “Keadaan anak–anak dan yang perempuan agak sedikit melemah. Namun mereka tetap tegar dan bertahan. Dan hari Sabtu (3/9) kemarin, dua orang warga dilarikan ke RSUD Bima karena mencret dan meriang,” ujarnya, Minggu (5/9).
Ada yang menyerukan hati di perkemahan darurat warga Desa Oi Katupa. Puluhan orang tua yang telah menjadi Kakek dan Nenek itu kian semangat saja. Kulit keriput dan rambut penuh uban tak menyuruti mereka untuk tetap bertahan di sana.
“Kami di sini sampai menunggu hasil investigasi dari pemerintah terkait sengketa agraria antara PT. Sanggar Agro dengan warga Desa Oi Katupa. Kami akan menunggu keputusan dari Bupati tentang kekuatan Perda dan pencabutan IUP PT. SAKP,” ungkap seorang nenek yang bernama Ijo yang ditemui Wartawan di halaman eks kantor Bupati Bima, Minggu (4/9) kemarin.
Menurut Kepala Desa Oi Katupa, Muhidin mengatakan, Warga bersama GNP (PRD dan LMND Kabupaten Bima) akan tetap bertahan termasuk anak-anak dan perempuan maupun warga paruh baya hingga tuntutan dan aspirasinya diindahkan oleh pemerintah. Diakuinya, jumlah warga yang ada diperkemahan ini sekitar 160 orang. Beberapa hari kedepan, jumlah warga akan terus bertambah
“Besok dan lusa akan ada warga yang datang menggunakan bus untuk bergabung dan berjuang bersama kami di sini,” tuturnya. (KS-08)
Mereka hidup dan bertahan seperti warga pengasingan. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, keberadaan belasan anak-anak dan beberapa Ibu muda yang membawa bayinya untuk tetap bertahan di halaman eks Kantor Bupati Bima. Mereka tetap bertahan dan mengambil resiko perjuangan agar mendapatkan kembali lahan yang telah dirampas oleh PT. Sanggar Agro Karya Persada (SAKP).
Humas aksi yang tergabung dalam Gerakan Nasional Penegakkan (GNP) UUD pasal 33, M. Amin alias Zhego mengungkapkan kondisi kesehatan beberapa orang warga mulai menurun. “Keadaan anak–anak dan yang perempuan agak sedikit melemah. Namun mereka tetap tegar dan bertahan. Dan hari Sabtu (3/9) kemarin, dua orang warga dilarikan ke RSUD Bima karena mencret dan meriang,” ujarnya, Minggu (5/9).
Ada yang menyerukan hati di perkemahan darurat warga Desa Oi Katupa. Puluhan orang tua yang telah menjadi Kakek dan Nenek itu kian semangat saja. Kulit keriput dan rambut penuh uban tak menyuruti mereka untuk tetap bertahan di sana.
“Kami di sini sampai menunggu hasil investigasi dari pemerintah terkait sengketa agraria antara PT. Sanggar Agro dengan warga Desa Oi Katupa. Kami akan menunggu keputusan dari Bupati tentang kekuatan Perda dan pencabutan IUP PT. SAKP,” ungkap seorang nenek yang bernama Ijo yang ditemui Wartawan di halaman eks kantor Bupati Bima, Minggu (4/9) kemarin.
Menurut Kepala Desa Oi Katupa, Muhidin mengatakan, Warga bersama GNP (PRD dan LMND Kabupaten Bima) akan tetap bertahan termasuk anak-anak dan perempuan maupun warga paruh baya hingga tuntutan dan aspirasinya diindahkan oleh pemerintah. Diakuinya, jumlah warga yang ada diperkemahan ini sekitar 160 orang. Beberapa hari kedepan, jumlah warga akan terus bertambah
“Besok dan lusa akan ada warga yang datang menggunakan bus untuk bergabung dan berjuang bersama kami di sini,” tuturnya. (KS-08)
COMMENTS