Di Tahun 2016 sekarang, dua kali dengan sekarang Management Koran Stabilitas , melalukan panen bawang merah di lahan demplotnya seluas 1,5He...
Di Tahun 2016 sekarang, dua kali dengan sekarang Management Koran Stabilitas, melalukan panen bawang merah di lahan demplotnya seluas 1,5Hektar di So Hinggi Dusun Kawangge Desa Sampungu Kecamatan Soromandi. Di musim tanam pertama sekitar Juli kemarin, hasil panen dari luas lahan tersebut hanya empat ton lebih, dengan harga jual Rp.27Ribu/KG. Diharapkan, di musim tanam kedua sekarang, hasil produksi bisa lebih dari sebelumnya.”kata salah satu Management Koran Stabilitas, Nurwahidah, S.Pd di lokasi demplot tersebut, Sabtu (22/10) siang.
Soromandi, KS.- Crew Management Koran Stabilitas, tak hanya melaksanakan kegiatan sehari-harinya sebagai seorang journalist atau wartawan. Tapi juga beraktivitas lain, salah satunya adalah menjadi petani bawang merah. Lokasi yang menjadi pilihan untuk menanam bawang merah bagi Management media yang baru berumur tujuh Tahun ini adalah di Desa Sampungu Kecamatan Soromandi.
Desa ini dalam beberapa tahun terakhir ini dikenal sebagai Desa baru yang memiliki produksi bawang terbanyak. Dalam setahun bisa memproduksi bawang merah ribuan ton, dengan sasaran lahan tanam mulai dari perbatasan Desa Kiwu Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu, hingga diperbatasan Desa Sai-Sampungu.
“Alhamdulillah, di panen pertama Juli lalu, hasil panen kami hanya empat ton lebih, dengan harga jual Rp.27Ribu/KG. Itupun tidak termasuk persiapan bibit untuk digunakan musim tanah kedua kemarin, yang sekarang baru mulai dipanen,”kata alumni STKIP Bima ini yang mengaku lebih memilih menjadi pedagang, ketimbang profesi guru yang setiap tahun produk kampus untuk tenaga pendidikan semakin bertambah banyak.
Sementara untuk hasil panen di musim tanam kedua sekarang, belum bisa diprediksikan. Namun, dilihat dari pertumbuhan bawang yang di demplotnya sekarang dengan sebelumnya, jauh lebih baik yang sekarang, baik soal pertumbuhan sejak awal tanam hingga panen, juga soal penggunaan obat yang tidak menggunakan obat mahal seperti petani bawang lainnya.”Obat-obatan yang saya gunakan sejak proses tanam hingga panen, obat biasa saja, yang hampir tidak pernah digunakan oleh petani bawang di sampungu, kecuali petani di Desa Sai, petani di Sape, Wera, Monta dan sekitarnya, juga oleh petani Kabupaten Sumbawa. Ya, harganya tidak mahal-mahal bangat seperti harga obat merk lain, tapi kualitas pertumbuhannya jauh lebih baik dari yang lain,”tuturnya bangga.
Ditanya nama obat yang digunakan selama melakukan aktivitas sebagai petani bawang tersebut, Ibu Ida (sapaan akrab selama ini) mengaku hanya menggunakan obat merk Gorex, megavox, detacro, bintang, farintop, tebass dan beberapa pupuk organik lainnya, dengan harga murah, tapi membuat pertumbuhan bawang sangat bagus.”Kalau selama ini, petani di sekitar saya dengan menanam bibit bawang 1 ton, bisa menghabiskan anggaran untuk beli obat, pupuk dan lainnya dari awal tanam hingga panen, bisa habis Rp.30Juta, kalau saya tidak sampai Rp.20Juta seluruhnya,”imbuhnya.
Ibu Ida berharap agar, tidak hanya Management Stabilitas yang melakukan demplot bawang merah atau jenis usaha tani lainnya, tapi juga management media lain bisa melakukan kegiatan yang sama.”Mengelola media dan menjadi petani itu tidak jauh beda. Capeknya sama saja, bedanya wartawan menggunakan akal pikiran saja, sementara petani menggunakan fisik secar utuh untuk melakukan kegiatannya. Namun, satu usaha tidak akan membuat usaha bisa maju berkembang, tapi dengan usaha lebih dari usaha utama, insyaAllah, usaha tersebut aka tetap lancar dan akan mendapat dukungan dari berbagai kalangan,”tandasnya.(KS-IB02)
Soromandi, KS.- Crew Management Koran Stabilitas, tak hanya melaksanakan kegiatan sehari-harinya sebagai seorang journalist atau wartawan. Tapi juga beraktivitas lain, salah satunya adalah menjadi petani bawang merah. Lokasi yang menjadi pilihan untuk menanam bawang merah bagi Management media yang baru berumur tujuh Tahun ini adalah di Desa Sampungu Kecamatan Soromandi.
Desa ini dalam beberapa tahun terakhir ini dikenal sebagai Desa baru yang memiliki produksi bawang terbanyak. Dalam setahun bisa memproduksi bawang merah ribuan ton, dengan sasaran lahan tanam mulai dari perbatasan Desa Kiwu Kecamatan Kilo Kabupaten Dompu, hingga diperbatasan Desa Sai-Sampungu.
“Alhamdulillah, di panen pertama Juli lalu, hasil panen kami hanya empat ton lebih, dengan harga jual Rp.27Ribu/KG. Itupun tidak termasuk persiapan bibit untuk digunakan musim tanah kedua kemarin, yang sekarang baru mulai dipanen,”kata alumni STKIP Bima ini yang mengaku lebih memilih menjadi pedagang, ketimbang profesi guru yang setiap tahun produk kampus untuk tenaga pendidikan semakin bertambah banyak.
Sementara untuk hasil panen di musim tanam kedua sekarang, belum bisa diprediksikan. Namun, dilihat dari pertumbuhan bawang yang di demplotnya sekarang dengan sebelumnya, jauh lebih baik yang sekarang, baik soal pertumbuhan sejak awal tanam hingga panen, juga soal penggunaan obat yang tidak menggunakan obat mahal seperti petani bawang lainnya.”Obat-obatan yang saya gunakan sejak proses tanam hingga panen, obat biasa saja, yang hampir tidak pernah digunakan oleh petani bawang di sampungu, kecuali petani di Desa Sai, petani di Sape, Wera, Monta dan sekitarnya, juga oleh petani Kabupaten Sumbawa. Ya, harganya tidak mahal-mahal bangat seperti harga obat merk lain, tapi kualitas pertumbuhannya jauh lebih baik dari yang lain,”tuturnya bangga.
Ditanya nama obat yang digunakan selama melakukan aktivitas sebagai petani bawang tersebut, Ibu Ida (sapaan akrab selama ini) mengaku hanya menggunakan obat merk Gorex, megavox, detacro, bintang, farintop, tebass dan beberapa pupuk organik lainnya, dengan harga murah, tapi membuat pertumbuhan bawang sangat bagus.”Kalau selama ini, petani di sekitar saya dengan menanam bibit bawang 1 ton, bisa menghabiskan anggaran untuk beli obat, pupuk dan lainnya dari awal tanam hingga panen, bisa habis Rp.30Juta, kalau saya tidak sampai Rp.20Juta seluruhnya,”imbuhnya.
Ibu Ida berharap agar, tidak hanya Management Stabilitas yang melakukan demplot bawang merah atau jenis usaha tani lainnya, tapi juga management media lain bisa melakukan kegiatan yang sama.”Mengelola media dan menjadi petani itu tidak jauh beda. Capeknya sama saja, bedanya wartawan menggunakan akal pikiran saja, sementara petani menggunakan fisik secar utuh untuk melakukan kegiatannya. Namun, satu usaha tidak akan membuat usaha bisa maju berkembang, tapi dengan usaha lebih dari usaha utama, insyaAllah, usaha tersebut aka tetap lancar dan akan mendapat dukungan dari berbagai kalangan,”tandasnya.(KS-IB02)
COMMENTS