Hampir seluruh petani di Kabupaten Bima, terutama petani bawang merah, jagung dan lainnya saat ini resah akibat dihadapkan kelangkaan pupuk ...
Hampir seluruh petani di Kabupaten Bima, terutama petani bawang merah, jagung dan lainnya saat ini resah akibat dihadapkan kelangkaan pupuk urea (pupuk subsidi). Kelangkaan pupuk tersebut telah berjalan hampir sebulan lebih, sementara umur tanaman yang ditanam petani di sejumlah Kecamatan sekarang, saatnya membutuhkan pupuk, sementara pihak distributor serta pengecer pupuk di setiap Desa mengaku stok pupuk telah habis.
BIMA, KS.- Indikasi lain kelangkaan pupuk juga, akibat perilaku nakal oknum distributor yang diduga kuat memanfaatkan kesempatan untuk menjual pupuk subsidi dengan harga mahal kepada pihak-pihak tertentu, yang dianggap bisa menjaga kegiatan jahat tersebut, agar tidak diketahui public. Dugaan lain, juga mengarah kepada ulah pihak-pihak tertentu yang menimbun pupuk, sehingga bisa dijual dengan harga tinggi, apalagi di Bima sekarang banyak pupuk urea non subsidi yang dijual dengan harga Rp.280Ribu per 50KG.
Kondisi tersebut mestinya pemerintah bersikap cepat, sebagai bukti bahwa pemerintah peduli dengan nasib petani di Kabupaten Bima ini. Bukan sebaliknya, pemerintah terkesan diam diri, seakan-akan tidak ada masalah dengan petani, sementara kelangkaan pupuk telah terjadi sejak lama.
“Saya menduga kuat bahwa pupuk subsidi di Bima ini telah diperjual belikan oleh oknum tertentu, bahkan distributor juga oknum pengecer, terindikasi terlibat dalam kejahatan tersebut. Selain itu, ada juga pihak tertentu yang melakukan penimbunan pupuk, dimana saatnya nanti oknum tersebut akan menjual pupuk tersebut dengan harga mahal,” tutur salah seorang pengecer pupuk di wilayah Dapil I, yang meminta namanya tidak dikorankan.
Sumber tersebut juga menuding pemerintah tutup mata bahkan terkesan membiatkan kondisi tersebut semakin merugikan petani. Mestinya Bupati Bima, Hj. Indah Damayanti Putri, Sekda, Kadis Pertanian serta Kabag Ekonomi agar tidak menganggap sepele masalah kelangkaan pupuk sekarang, karena suatu saat akan ada reaksi masyarakat menuntut perhatian pemerintah atas kelangkaan pupuk tersebut.
“Bupati jangan hanya mendengar dan diam saja dong. Sikapi serius dan ambil langkah cepat untuk menjawab semua kebutuhan petani tersebut,” pintanya.
Kabag Ekonomi Setda Kabupaten Bima, Fahrudin,MM yang ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu mengaku tetap berupaya bagaimana memenuhi kebutuhan petani terkait kelangkaan pupuk tersebut. Pihaknya juga telah berkali-kali mengadakan rapat dengan seluruh distributor agar tidak sembarang mengeluarkan pupuk ke pengecer. Namun katanya, kebutuhan pupuk di petani sekarang tidak bisa dipenuhi semua, karena dari tahun ke tahun kebutuhan pupuk petani semakin meningkat.
“Setiap musim tanam berubah kebutuhan pupuk oleh petani, karena petani sendiri semakin banyak menanam tanamannya, sehingga dibutuhkan pupuk yang banyak pula,” tukasnya.
Sementara salah seorang distributor, H.Ibrahim mengakui terjadinya kelangkaan pupuk sekarang. Hal itu disebabkan tingginya permintaan dari masyarakat/petani, belum lagi pemberian porsi oleh pihak pemerintah tidak sesuai dengan SK yang dikeluarkan. Misalnya, di Soromandi, jumlah pupuk yang dikeluarkan oleh pemerintah sebanyak 1.900 ton lebih, sementara yang diberikan ke distributor hanya sekitar 800 ton, sisanya seribu lebih ton tidak diberikan.
“Nah, yang menjadi masalah bagi kami distributor sekarang, yaitu kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan,” ungkapnya.
Direktur Utama UD.Rahmawati ini juga menilai bahwa pemerintah sekarang tidak bersikap serius atas kondisi yang dialami petani sekarang.”Justru saya menilai bahwa pemerintah sekarang tidak melakukan langkah konkrit dengan terjadinya kelangkaan pupuk saat ini,” tandasnya.(KS-R01)
BIMA, KS.- Indikasi lain kelangkaan pupuk juga, akibat perilaku nakal oknum distributor yang diduga kuat memanfaatkan kesempatan untuk menjual pupuk subsidi dengan harga mahal kepada pihak-pihak tertentu, yang dianggap bisa menjaga kegiatan jahat tersebut, agar tidak diketahui public. Dugaan lain, juga mengarah kepada ulah pihak-pihak tertentu yang menimbun pupuk, sehingga bisa dijual dengan harga tinggi, apalagi di Bima sekarang banyak pupuk urea non subsidi yang dijual dengan harga Rp.280Ribu per 50KG.
Kondisi tersebut mestinya pemerintah bersikap cepat, sebagai bukti bahwa pemerintah peduli dengan nasib petani di Kabupaten Bima ini. Bukan sebaliknya, pemerintah terkesan diam diri, seakan-akan tidak ada masalah dengan petani, sementara kelangkaan pupuk telah terjadi sejak lama.
“Saya menduga kuat bahwa pupuk subsidi di Bima ini telah diperjual belikan oleh oknum tertentu, bahkan distributor juga oknum pengecer, terindikasi terlibat dalam kejahatan tersebut. Selain itu, ada juga pihak tertentu yang melakukan penimbunan pupuk, dimana saatnya nanti oknum tersebut akan menjual pupuk tersebut dengan harga mahal,” tutur salah seorang pengecer pupuk di wilayah Dapil I, yang meminta namanya tidak dikorankan.
Sumber tersebut juga menuding pemerintah tutup mata bahkan terkesan membiatkan kondisi tersebut semakin merugikan petani. Mestinya Bupati Bima, Hj. Indah Damayanti Putri, Sekda, Kadis Pertanian serta Kabag Ekonomi agar tidak menganggap sepele masalah kelangkaan pupuk sekarang, karena suatu saat akan ada reaksi masyarakat menuntut perhatian pemerintah atas kelangkaan pupuk tersebut.
“Bupati jangan hanya mendengar dan diam saja dong. Sikapi serius dan ambil langkah cepat untuk menjawab semua kebutuhan petani tersebut,” pintanya.
Kabag Ekonomi Setda Kabupaten Bima, Fahrudin,MM yang ditemui di ruang kerjanya beberapa waktu lalu mengaku tetap berupaya bagaimana memenuhi kebutuhan petani terkait kelangkaan pupuk tersebut. Pihaknya juga telah berkali-kali mengadakan rapat dengan seluruh distributor agar tidak sembarang mengeluarkan pupuk ke pengecer. Namun katanya, kebutuhan pupuk di petani sekarang tidak bisa dipenuhi semua, karena dari tahun ke tahun kebutuhan pupuk petani semakin meningkat.
“Setiap musim tanam berubah kebutuhan pupuk oleh petani, karena petani sendiri semakin banyak menanam tanamannya, sehingga dibutuhkan pupuk yang banyak pula,” tukasnya.
Sementara salah seorang distributor, H.Ibrahim mengakui terjadinya kelangkaan pupuk sekarang. Hal itu disebabkan tingginya permintaan dari masyarakat/petani, belum lagi pemberian porsi oleh pihak pemerintah tidak sesuai dengan SK yang dikeluarkan. Misalnya, di Soromandi, jumlah pupuk yang dikeluarkan oleh pemerintah sebanyak 1.900 ton lebih, sementara yang diberikan ke distributor hanya sekitar 800 ton, sisanya seribu lebih ton tidak diberikan.
“Nah, yang menjadi masalah bagi kami distributor sekarang, yaitu kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan,” ungkapnya.
Direktur Utama UD.Rahmawati ini juga menilai bahwa pemerintah sekarang tidak bersikap serius atas kondisi yang dialami petani sekarang.”Justru saya menilai bahwa pemerintah sekarang tidak melakukan langkah konkrit dengan terjadinya kelangkaan pupuk saat ini,” tandasnya.(KS-R01)
COMMENTS