Dr. Zulkieflimansyah dan Hj. Rohmi Djalilah sebagai pasangan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur (Bacagub/Wagub) Nusa Tenggara Barat (NT...
Dr. Zulkieflimansyah dan Hj. Rohmi Djalilah sebagai pasangan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur (Bacagub/Wagub) Nusa Tenggara Barat (NTB) Periode 2018-2023 yang saat ini memiliki elektabilitas yang cukup tinggi di sejumlah Daerah di NTB, terutama di Wilayah KSB, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu dan Bima serta Kota Bima.
KOTA BIMA, KS.- Tak heran, dengan tingginya simpati warga NTB tersebut, membuat sejumlah partai politik yang saat ini memiliki banyak kursi di DPR Propinsi NTB melirik dua figur tersebut. Antara lain, Partai Demokrat (PD), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) partai politik (parpol). Ketiga partai besar itu bakal mengusung Dr. Zulkieflimansyah dan Hj. Rohmi Djalilah sebagai pasangan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur (Bacagub/Wagub) Nusa Tenggara Barat (NTB) Periode mendatang.
“Sekarang sedang difinalisasi (dukungan tiga parpol) di tingkat pusat. Mudah-mudahan minggu depan sudah sangat klir, sehingg langsung kita deklarasi,” kata Doktor Zul, sapaan Dr. Zulkieflimansyah pada wartawan disela-sela gala dinner (makan malam) bersama di Lantai 3 Cafe Falcao Amahami, Kota Bima, Sabtu (4/11/2017) malam, seraya mengaku bahwa hubungan komunikasi dengan ketiga petinggi partai tersebut sangat intens dilakukan.
Kendati demikian, Dr Zul tegaskan, tidak menutup kemungkinan masih ada parpol lain. Situasinya masih sangat dinamis. Apalagi Pilgub NTB bersamaan dengan Pilgub-pilgub yang lain. “Jadi, sangat mungkin ada dinamika sampai detik-detik akhir,” tandasnya sembari memohon doa dan dukukungan semua masyarakat NTB.
Wacana dan rencana berpasangan dengan Rohmi Djaliliah sudah bergulir cukup lama, bahkan berulang kali Anda lontarkan. Mengapa begitu lambat mendapat partai pendukung?
“Kan politik ini ingin menang. Mereka (parpol) mencari siapa yang kapabel, siapa yang punya pengalaman. Tapi, formula seperti apa yang memungkinkan untuk menang? Kita juga berhitung,” jawabnya.
Antara lain yang diperhitungkan secara matang resistensi bagi masyarakat NTB, terutama dari Pulau Lombok jika kandidat dari Pulau Sumbawa maju sebagai Cagub. “Menurut saya ini tantangan,” ujarnya.
Dr Zul tidak percaya kalau NTB sampai menolak orang dari Pulau Sumbawa sebagai Cagub. Sebab, kalau itu ada (penolakan terhadap orang dari Pulau Sumbawa sebagai Cagub NTB), berarti NTB sudah tidak ada. Yang ada adalah Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
“Saya merasa yakin, dengan maju saya bersama Rohmi ini, maka NTB ke depan akan semakin maju dan berkembang pesat,” kata Zul anggota DPR RI tiga periode utusan Banten itu.
“Kalau sekarang ada yang mempertanyakan dan menyatakan, harus orang Lombok, harus orang apa sebagai Cagub, berarti NTB sudah selesai,” sambungnya dengan nada tegas.
Majunya Dr Zul dari Suku Samawa (Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat) sudah menunjukkan bahwa NTB masih ada. Tentu saja idealisme ini tidak terisolasi dari yang lain. “Kalau (NTB) itu masih ada, tentu perlu dilihat resistensinya seberapa besar,” tuturnya.
Kalau masih ada resistensi itu, lanjutnya, apa yang harus dilakukan agar resistensi itu bisa diminimalisir. Hal-hal itulah yang membuat proses hingga upaya mendapat dukungan partai dianggap begitu lama.
“Selama proses, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Tadinya dari yang tidak punya keberanian, orang sudah mulai berpikir dan melihat ada kemungkinan orang Pulau Sumbawa bisa menang,” sambungnya lagi.
Paradigma-paradigma yang ada selama itu mengalami lompatan yang luar biasa dalam alam bawah sadar warga NTB. Sebelumnya mengatakan bahkan memastikan tidak mungkin bisa menang, karena jumlah pemilihnya yang tidak signifikan.
“Sekarang dengan keberanian kita mengambil keputusan untuk maju sebagai Cagub, orang mulai berpikir kalau kesadaran di Pulau Sumbawa sudah muncul, orang Pulau Lombok rasional,” cetus Dr Zul.
“Karena itulah, untuk maju kita tidak terjebak dengan primordialistik. Sekali lagi, mudah-mudahan kalau minggu depan final, ketok palu, kami akan deklarasi,” tukasnya. (KS-R01)
Dr. Zulkieflimansyah (tengah) diampit CEO Sentral Muslim Bima Hadi Santoso, MM (kanan) dan Pemred Koran Lensapos Abdul Sukur. |
KOTA BIMA, KS.- Tak heran, dengan tingginya simpati warga NTB tersebut, membuat sejumlah partai politik yang saat ini memiliki banyak kursi di DPR Propinsi NTB melirik dua figur tersebut. Antara lain, Partai Demokrat (PD), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) partai politik (parpol). Ketiga partai besar itu bakal mengusung Dr. Zulkieflimansyah dan Hj. Rohmi Djalilah sebagai pasangan Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur (Bacagub/Wagub) Nusa Tenggara Barat (NTB) Periode mendatang.
“Sekarang sedang difinalisasi (dukungan tiga parpol) di tingkat pusat. Mudah-mudahan minggu depan sudah sangat klir, sehingg langsung kita deklarasi,” kata Doktor Zul, sapaan Dr. Zulkieflimansyah pada wartawan disela-sela gala dinner (makan malam) bersama di Lantai 3 Cafe Falcao Amahami, Kota Bima, Sabtu (4/11/2017) malam, seraya mengaku bahwa hubungan komunikasi dengan ketiga petinggi partai tersebut sangat intens dilakukan.
Kendati demikian, Dr Zul tegaskan, tidak menutup kemungkinan masih ada parpol lain. Situasinya masih sangat dinamis. Apalagi Pilgub NTB bersamaan dengan Pilgub-pilgub yang lain. “Jadi, sangat mungkin ada dinamika sampai detik-detik akhir,” tandasnya sembari memohon doa dan dukukungan semua masyarakat NTB.
Wacana dan rencana berpasangan dengan Rohmi Djaliliah sudah bergulir cukup lama, bahkan berulang kali Anda lontarkan. Mengapa begitu lambat mendapat partai pendukung?
“Kan politik ini ingin menang. Mereka (parpol) mencari siapa yang kapabel, siapa yang punya pengalaman. Tapi, formula seperti apa yang memungkinkan untuk menang? Kita juga berhitung,” jawabnya.
Antara lain yang diperhitungkan secara matang resistensi bagi masyarakat NTB, terutama dari Pulau Lombok jika kandidat dari Pulau Sumbawa maju sebagai Cagub. “Menurut saya ini tantangan,” ujarnya.
Dr Zul tidak percaya kalau NTB sampai menolak orang dari Pulau Sumbawa sebagai Cagub. Sebab, kalau itu ada (penolakan terhadap orang dari Pulau Sumbawa sebagai Cagub NTB), berarti NTB sudah tidak ada. Yang ada adalah Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
“Saya merasa yakin, dengan maju saya bersama Rohmi ini, maka NTB ke depan akan semakin maju dan berkembang pesat,” kata Zul anggota DPR RI tiga periode utusan Banten itu.
“Kalau sekarang ada yang mempertanyakan dan menyatakan, harus orang Lombok, harus orang apa sebagai Cagub, berarti NTB sudah selesai,” sambungnya dengan nada tegas.
Majunya Dr Zul dari Suku Samawa (Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat) sudah menunjukkan bahwa NTB masih ada. Tentu saja idealisme ini tidak terisolasi dari yang lain. “Kalau (NTB) itu masih ada, tentu perlu dilihat resistensinya seberapa besar,” tuturnya.
Kalau masih ada resistensi itu, lanjutnya, apa yang harus dilakukan agar resistensi itu bisa diminimalisir. Hal-hal itulah yang membuat proses hingga upaya mendapat dukungan partai dianggap begitu lama.
“Selama proses, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Tadinya dari yang tidak punya keberanian, orang sudah mulai berpikir dan melihat ada kemungkinan orang Pulau Sumbawa bisa menang,” sambungnya lagi.
Paradigma-paradigma yang ada selama itu mengalami lompatan yang luar biasa dalam alam bawah sadar warga NTB. Sebelumnya mengatakan bahkan memastikan tidak mungkin bisa menang, karena jumlah pemilihnya yang tidak signifikan.
“Sekarang dengan keberanian kita mengambil keputusan untuk maju sebagai Cagub, orang mulai berpikir kalau kesadaran di Pulau Sumbawa sudah muncul, orang Pulau Lombok rasional,” cetus Dr Zul.
“Karena itulah, untuk maju kita tidak terjebak dengan primordialistik. Sekali lagi, mudah-mudahan kalau minggu depan final, ketok palu, kami akan deklarasi,” tukasnya. (KS-R01)
COMMENTS