Bukan guru namanya kalau tidak bisa mengajar di kelas serta dekat dengan murid-muridnya, namun tidak hanya itu yang dibutuhkan untuk meningk...
Bukan guru namanya kalau tidak bisa mengajar di kelas serta dekat dengan murid-muridnya, namun tidak hanya itu yang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di negara ini, guru harus bisa mengembangkan kapasitasnya dan mutu pembelajaran.
DOMPU,KS.- Untuk meraih itu, program kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan siswa, khususnya dalam literasi dan numerasi atau yang akrab disebut INOVASI ini mengajak para tiang kesuksesan generasi bangsa yakni guru dan kepala sekolah, untuk mengembangkan kapasitas dan mutu pembelajaran.
Di Kabupaten Dompu program Inovasi menggunakan pendekatan ‘solusi lokal untuk permasalahan lokal’, dimana mengajak masyarakat dan pemerintah untuk bersama menemukan dan menganalisis masalah yang ada di daerah masing-masing, serta meramu solusi yang cocok sesuai dengan konteks lokal. Pendekatan ini digunakan dalam menjalankan dua program rintisan utama yaitu program rintisan mandiri yang didukung oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Pemerintah Australia dan program rintisan yang didukung oleh pendanaan daerah, APBD.
Program rintisan dukungan APBD disebut Guru BAIK (Belajar, Aspiratif, Inklusif, dan Kontekstual) ini diterapkan di SDN 03 Pajo, Kecamatan Pajo. Didalam kegiatan ini, diundang para guru di Kecamatan setempat dan difasilitasi oleh sumber daya lokal yang telah terseleksi dan terlatih untuk memfasilitasi beragam kegiatan lokakarya tingkat kabupaten yang disebut dengan Fasilitator Daerah (Fasda) yang juga merupakan para guru, kepala sekolah, dan pengawas pendidikan.
Program rintisan Guru BAIK yang didanai oleh pemerintah daerah ini bertujuan untuk mengubah metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, dan pengelolaan kelas yang lebih baik demi meningkatnya mutu pembelajaran siswa dalam bidang literasi dan numerasi. Program yang dimulai sejak tahun 2016 ini akan berlangsung hingga tahun 2019 mendatang.
Beragam sesi digelar dengan komprehensif yang meliputi sesi pola pikir berkembang, eksplorasi masalah, identifikasi kesulitan belajar, pembelajaran inklusif dan rencana tindak lanjut. Materi yang disampaikan secara garis besar mengajak para peserta untuk untuk Belajar yang bersifat Aspiratif, Inklusif, dan Kontekstual.
Guru harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman, sehingga merupakan sebuah keharusan bahwa guru tidak berhenti mengembangkan kemampuannya. Para peserta juga diajak untuk dapat merencanakan pembelajaran dengan melibatkan siswa dan terbuka dalam proses di kelas agar dapat bersifat aspiratif.
Tidak hanya itu, karena masing-masing anak adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda, para peserta harus dapat merancang rencana pembelajaran yang bersifat inklusif. Kunci terakhir yang tidak kalah penting adalah kontekstual di mana guru harus dapat mengkoneksikan hal-hal nyata di sekitar.
“Program ini diharapkan berkelanjutan sehingga bisa melibatkan seluruh sekolah maupun guru yang ada di Kabupten Dompu,” ungkap Kepala Sekolah SDN 07 Pajo, Hamid, pada media ini beberapa waktu lalu.
Hamid berharap, monitoring dan evaluasi terhadap implementasi program melalui beragam lokakarya ke depan harus dilaksanakan untuk memastikan proses ini menjadi jalan menuju bebas buta literasi dan numerasi di Kabupaten Dompu tahun 2022. Ke depannya, rangkaian aktivitas program rintisan seperti kursus singkat bagi para Fasda, pelatihan dari Fasda untuk para guru, dan proses monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa di Kabupaten Dompu. (KS-RUL).
Program kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia |
DOMPU,KS.- Untuk meraih itu, program kemitraan pemerintah Australia dan Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan siswa, khususnya dalam literasi dan numerasi atau yang akrab disebut INOVASI ini mengajak para tiang kesuksesan generasi bangsa yakni guru dan kepala sekolah, untuk mengembangkan kapasitas dan mutu pembelajaran.
Di Kabupaten Dompu program Inovasi menggunakan pendekatan ‘solusi lokal untuk permasalahan lokal’, dimana mengajak masyarakat dan pemerintah untuk bersama menemukan dan menganalisis masalah yang ada di daerah masing-masing, serta meramu solusi yang cocok sesuai dengan konteks lokal. Pendekatan ini digunakan dalam menjalankan dua program rintisan utama yaitu program rintisan mandiri yang didukung oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Pemerintah Australia dan program rintisan yang didukung oleh pendanaan daerah, APBD.
Program rintisan dukungan APBD disebut Guru BAIK (Belajar, Aspiratif, Inklusif, dan Kontekstual) ini diterapkan di SDN 03 Pajo, Kecamatan Pajo. Didalam kegiatan ini, diundang para guru di Kecamatan setempat dan difasilitasi oleh sumber daya lokal yang telah terseleksi dan terlatih untuk memfasilitasi beragam kegiatan lokakarya tingkat kabupaten yang disebut dengan Fasilitator Daerah (Fasda) yang juga merupakan para guru, kepala sekolah, dan pengawas pendidikan.
Program rintisan Guru BAIK yang didanai oleh pemerintah daerah ini bertujuan untuk mengubah metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, dan pengelolaan kelas yang lebih baik demi meningkatnya mutu pembelajaran siswa dalam bidang literasi dan numerasi. Program yang dimulai sejak tahun 2016 ini akan berlangsung hingga tahun 2019 mendatang.
Beragam sesi digelar dengan komprehensif yang meliputi sesi pola pikir berkembang, eksplorasi masalah, identifikasi kesulitan belajar, pembelajaran inklusif dan rencana tindak lanjut. Materi yang disampaikan secara garis besar mengajak para peserta untuk untuk Belajar yang bersifat Aspiratif, Inklusif, dan Kontekstual.
Guru harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman, sehingga merupakan sebuah keharusan bahwa guru tidak berhenti mengembangkan kemampuannya. Para peserta juga diajak untuk dapat merencanakan pembelajaran dengan melibatkan siswa dan terbuka dalam proses di kelas agar dapat bersifat aspiratif.
Tidak hanya itu, karena masing-masing anak adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda, para peserta harus dapat merancang rencana pembelajaran yang bersifat inklusif. Kunci terakhir yang tidak kalah penting adalah kontekstual di mana guru harus dapat mengkoneksikan hal-hal nyata di sekitar.
“Program ini diharapkan berkelanjutan sehingga bisa melibatkan seluruh sekolah maupun guru yang ada di Kabupten Dompu,” ungkap Kepala Sekolah SDN 07 Pajo, Hamid, pada media ini beberapa waktu lalu.
Hamid berharap, monitoring dan evaluasi terhadap implementasi program melalui beragam lokakarya ke depan harus dilaksanakan untuk memastikan proses ini menjadi jalan menuju bebas buta literasi dan numerasi di Kabupaten Dompu tahun 2022. Ke depannya, rangkaian aktivitas program rintisan seperti kursus singkat bagi para Fasda, pelatihan dari Fasda untuk para guru, dan proses monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa di Kabupaten Dompu. (KS-RUL).
COMMENTS