Sepertinya, Indra Jaya harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin, berjiwa besar dan memiliki mental Baja dalam menjalankan Tugas dan Tangg...
Sepertinya, Indra Jaya harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin, berjiwa besar dan memiliki mental Baja dalam menjalankan Tugas dan Tanggungjawab sebagai Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Bima. Masalahnya, hampir setiap saat mantan Kepala Bappeda tersebut mau tidak mau, suka atau tidak suka harus berhadapan dengan sejumlah pihak dengan ciri, karekter dan tujuan berbeda. Selasa (14/8), Eks Sekwan DPRD Kabupaten Bima tersebut didatangi sejumlah penangkar se Kabupaten Bima.
BIMA, KS. – Namun, kedatangan para penangkar kali ini memiliki maksud, tujuan baik demi dan untuk nasib Petani. Terutama, Petani Bawang Merah dan Bawang Putih.”Bagi saya, ini pertemuan penting. Karena, menyangkut nasib dan kesejahteraan para petani,” kata Indra Jaya kepada Wartawan Selasa (14/8) di Ruang Kerjanya.
Selain itu, juga mendata mana saja penangkar yang masih aktif dan tidak. Sebab informasinya, dari jumlah 51 penangkar Bawang Merah dan Bawang Putih, sebagianya sudah tidak aktif lagi. Menyikapi hal itu, pihaknya menggelar rapat koordinasi sekaligus pembinaan terhadap para penangkar. Intinya, pada pertemuan kali ini, selain untuk mengetahui berapa jumlah penangkar yang masih eksis, juga ingin tahu apa alasan hingga penangkar tidak eksis.“Menurut saya sederhana saja, yang masih eksis berarti masih memiliki dukungan begitupun sebaliknya,” ujar Indra Jaya.
Pada pertemuan yang berlangsung di Ruangan Kepala Dispertapa tersebut, pun terdapat keluhan soal penurunan harga bawang. Menanggapi hal itu, dirinya menegaskan persoalan itu bukan tugas dispertapa. Melainkan, Diskoperindag sebagai Instansi yang melakukan Operasi Harga.”Tugas kami di Dinas ini, mulai dari proses Tanam hingga Produksi,” tegasnya.
Soal Kualitas dan Produksi lanjutnya, Bawang Bima kualitas nomor 1, sementara untuk produksi nomor 2 Nasional. “Kalau konsumsi, produksi bawang kita bisa diarahkan ke Daerah Timur, Lombok dan Bali. Sedangkan untuk benih, bisa diarahkan ke NTT, Sulawesi, Jawa hingga bahkan ke Bengkulu Sumatera,” terangnya.
Hal itu sebutnya, tergantung sungguh daripada permintaan, Tahun 2018 / 2019 mendatang dipastikan permintaan benih mengalami peningkatan. Hanya s aja, harus disesuaikan dengan meningkatnya produksi bawang.”Karena itu, kami berharap Daerah kita mendapat alokasi anggaran Pusat. Sehingga, seluruh lahan yang tersedia dapat ditanami bawang, baik bawang merah maupun bawang putih,” harapnya. (KS-Anhar)
BIMA, KS. – Namun, kedatangan para penangkar kali ini memiliki maksud, tujuan baik demi dan untuk nasib Petani. Terutama, Petani Bawang Merah dan Bawang Putih.”Bagi saya, ini pertemuan penting. Karena, menyangkut nasib dan kesejahteraan para petani,” kata Indra Jaya kepada Wartawan Selasa (14/8) di Ruang Kerjanya.
Selain itu, juga mendata mana saja penangkar yang masih aktif dan tidak. Sebab informasinya, dari jumlah 51 penangkar Bawang Merah dan Bawang Putih, sebagianya sudah tidak aktif lagi. Menyikapi hal itu, pihaknya menggelar rapat koordinasi sekaligus pembinaan terhadap para penangkar. Intinya, pada pertemuan kali ini, selain untuk mengetahui berapa jumlah penangkar yang masih eksis, juga ingin tahu apa alasan hingga penangkar tidak eksis.“Menurut saya sederhana saja, yang masih eksis berarti masih memiliki dukungan begitupun sebaliknya,” ujar Indra Jaya.
Pada pertemuan yang berlangsung di Ruangan Kepala Dispertapa tersebut, pun terdapat keluhan soal penurunan harga bawang. Menanggapi hal itu, dirinya menegaskan persoalan itu bukan tugas dispertapa. Melainkan, Diskoperindag sebagai Instansi yang melakukan Operasi Harga.”Tugas kami di Dinas ini, mulai dari proses Tanam hingga Produksi,” tegasnya.
Soal Kualitas dan Produksi lanjutnya, Bawang Bima kualitas nomor 1, sementara untuk produksi nomor 2 Nasional. “Kalau konsumsi, produksi bawang kita bisa diarahkan ke Daerah Timur, Lombok dan Bali. Sedangkan untuk benih, bisa diarahkan ke NTT, Sulawesi, Jawa hingga bahkan ke Bengkulu Sumatera,” terangnya.
Hal itu sebutnya, tergantung sungguh daripada permintaan, Tahun 2018 / 2019 mendatang dipastikan permintaan benih mengalami peningkatan. Hanya s aja, harus disesuaikan dengan meningkatnya produksi bawang.”Karena itu, kami berharap Daerah kita mendapat alokasi anggaran Pusat. Sehingga, seluruh lahan yang tersedia dapat ditanami bawang, baik bawang merah maupun bawang putih,” harapnya. (KS-Anhar)
COMMENTS