Krismas atau yang biasa disebut hari Natal dirayakan oleh penganut agama Kristian pada setiap 25hb Disember sebagai mengingati kelahiran Jes...
Krismas atau yang biasa disebut hari Natal dirayakan oleh penganut agama Kristian pada setiap 25hb Disember sebagai mengingati kelahiran Jesus Christ. Sambutan Krismas dimeriahkan dengan hiasan pohon krismas yang dipasang dengan lampu berwarna-warni. Bungkusan hadiah-hadiah akan diletakkan di bawah pokok krismas dan akan dibuka pada hari tersebut.
BIMA, KS.- Pada malam itu juga, semua ahli keluarga akan berkumpul di rumah ibu bapa mereka dalam suasana yang penuh kegembiraan. Kanak-kanak tidak digalakkan menghadiri upacara sembahyang pada sebelah malam, mereka sebaliknya disuruh tidur kerana mengikut kepercayaan semasa mereka tidur, Santa Claus akan datang membawa hadiah untuk anak-anak mereka. Sepertimana perayaan masyarakat lain, pada pagi hari Krismas, mereka akan mengunjungi gereja-gereja untuk upacara sembahyang.
Sebagai bentuk amalan tradisi, di seluruh dunia, sambutan Krismas diraikan dalam pelbagai bentuk, dicerminkan oleh kepelbagaian budaya dan tradisi sesebuah negara. Negara-negara yang hangat menyambut Krismas walaupun bilangan penduduk Kristian yang kecil seperti yang terjadi Dusun Nggerukopa Desa Palama dan Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima dalam sepekan terakhir ini.
Salah seorang pendeta di Tolonggeru, Gabriel mengatakan bahwa perayaan natal tahun ini tak ada bedanya dengan tahun sebelumnya. Dimana warga tetap berbondong-bondong turun dari gunung menuju perkampungan untuk merayakan hari natalnya.
“Kami merayakan hati nata dengan penuh kegemberiaan, berjalan lancar dan aman,” katanya.
Diakuinya, toleransi warga di Kecamatan Donggo secara keseluruhan sangat luar biasa, bahkan tak ada gesekan sedikitpun antara warga non muslim dengan warga muslim itu sendiri. Ini sebagai bukti bahwa warga Donggo adalah warga yang sangat konsisten dengan nilai-nilai budaya serta memiliki kepekaan sosial yang cukup tinggi.
“Kami merasa aman dan tentram serta bahagian tinggal di wilayah Kecamatan Donggo, karena warga Donggo juga warga bima semuanya cukup bertoleransi,” pungkasnya.
Senada juga disampaikan seorang pendeta lainnya, Alvos. Katanya, sejak ia tinggal di Tolonggeru hingga sekarang, kehidupan warga selalu rukun dan nyaris tak ada gejolak antara muslim dan nonmuslim. Apalagi katanya, semua yang ada di Tolonggeru dan Nggerukopa, juga seluruh warga Desa Mbawa merupakan satu keluarga, sehingga sangat tidak mungkin adanya gesekan karena perbedaan agama.
“Saya bangga bisa menjadi warga Donggo, sejak dulu hingga seterusnya,” tandasnya.(KS-Aaz)
Pendeta di Tolonggeru, Gabriel |
BIMA, KS.- Pada malam itu juga, semua ahli keluarga akan berkumpul di rumah ibu bapa mereka dalam suasana yang penuh kegembiraan. Kanak-kanak tidak digalakkan menghadiri upacara sembahyang pada sebelah malam, mereka sebaliknya disuruh tidur kerana mengikut kepercayaan semasa mereka tidur, Santa Claus akan datang membawa hadiah untuk anak-anak mereka. Sepertimana perayaan masyarakat lain, pada pagi hari Krismas, mereka akan mengunjungi gereja-gereja untuk upacara sembahyang.
Sebagai bentuk amalan tradisi, di seluruh dunia, sambutan Krismas diraikan dalam pelbagai bentuk, dicerminkan oleh kepelbagaian budaya dan tradisi sesebuah negara. Negara-negara yang hangat menyambut Krismas walaupun bilangan penduduk Kristian yang kecil seperti yang terjadi Dusun Nggerukopa Desa Palama dan Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo Kabupaten Bima dalam sepekan terakhir ini.
Salah seorang pendeta di Tolonggeru, Gabriel mengatakan bahwa perayaan natal tahun ini tak ada bedanya dengan tahun sebelumnya. Dimana warga tetap berbondong-bondong turun dari gunung menuju perkampungan untuk merayakan hari natalnya.
“Kami merayakan hati nata dengan penuh kegemberiaan, berjalan lancar dan aman,” katanya.
Sebuah Gereja di Dusun Tolonggeru Desa Mbawa Kecamatan Donggo |
Diakuinya, toleransi warga di Kecamatan Donggo secara keseluruhan sangat luar biasa, bahkan tak ada gesekan sedikitpun antara warga non muslim dengan warga muslim itu sendiri. Ini sebagai bukti bahwa warga Donggo adalah warga yang sangat konsisten dengan nilai-nilai budaya serta memiliki kepekaan sosial yang cukup tinggi.
“Kami merasa aman dan tentram serta bahagian tinggal di wilayah Kecamatan Donggo, karena warga Donggo juga warga bima semuanya cukup bertoleransi,” pungkasnya.
Senada juga disampaikan seorang pendeta lainnya, Alvos. Katanya, sejak ia tinggal di Tolonggeru hingga sekarang, kehidupan warga selalu rukun dan nyaris tak ada gejolak antara muslim dan nonmuslim. Apalagi katanya, semua yang ada di Tolonggeru dan Nggerukopa, juga seluruh warga Desa Mbawa merupakan satu keluarga, sehingga sangat tidak mungkin adanya gesekan karena perbedaan agama.
“Saya bangga bisa menjadi warga Donggo, sejak dulu hingga seterusnya,” tandasnya.(KS-Aaz)
COMMENTS