Mungkin publik gak mengetahui perkembangan terakhir sampai Nopember 2024 ini, berapa banyak jumlah warga transmigrasi yang ditempatkan oleh ...
Mungkin publik gak mengetahui perkembangan terakhir sampai Nopember 2024 ini, berapa banyak jumlah warga transmigrasi yang ditempatkan oleh Pemerintah Propinsi NTB melalui Pemerintah Kabupaten Bima sejak tahun 2012 dibangun rumah untuk warga transmigrasi di enam Sarana Pemukiman (SP) transmigrasi di sejumlah desa di kecamatan Tambora Kabupaten Bima NTB.
BIMA,KS.-Berdasarkan data yang dihimpun oleh media www.koranstabilitas.com di sejumlah sumber terpercaya di wilayah SP6 di desa Labuan Kananga Kecamatan Tambora NTB, terungkap bahwa jumlah rumah yang dibangun di Desa Labuan Kananga sebanyak 375 rumah,namun jumlah warga (KK) yang dikirim dari Lombok sejak tahun 2012-2014 sebanyak 279 KK, itupun hanya bisa bertahan satu dua tahun, lantaran tidak memiliki lahan garapan untuk usahanya, terutama air untuk pertanian dan segala macam alasan lainnya untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari hari di lokasi SP6 tersebut.Akibatnya, sampai dengan hari ini hanya tersisa sekitar 80 KK yang masih tinggal di rumah transmigrasi desa labuan kananga tersebut.
Mantan kades Kananga Abdurahman menuturkan, bahwa pembangunan rumah untuk warga transmigrasi sebanyak 375 rumah itu sudah salah lokasi, sebab dalam SK Gubernur yang dikeluarkan tahun 2012 saat itu berlokasi di desa Kawinda Nae, namun oleh pemerintah membangunnya di desa Labuan Kananga, sehingga menyerobot lahan milik warga desa kananga yang sudah lama menggarap, akibat salah alamat pembangunan rumah trans tersebut.
"Nah, dari rumah yang dibangun sebanyak 375 itu, yang menempati rumah hanya 279 KK, itupun hanya betah dua tahun, setelah itu warga trans pulang kembali ke kampung halaman, dan tersisa sampai sekarang sekitar 80kk,"ungkapnya.
Tak hanya itu, mantan kades dua periode tersebut juga mengaku tidak adanya lahan warga labuan kananga akibat pembangunan rumah warga trans ditambah lagi lahan pertanian atau usahanya warga trans yang sekarang sudah dikuasai sejumlah perusahaan tambak udang,meski dalam proses menuju garapan lahan tambak.
"Kehadiran transmigrasi di labuan kananga juga di desa lain di Tambora ini justru membuat rakyat sengsara, bukan membawa rakyat dalam kehidupan yang lebih baik,"paparnya.
Masalahnya, selain warga transmigrasi tidak punya lahan usaha, begitu juga dengan lahan milik warga nontransmigrasi telah dikuasai oleh orang lain, Konon katanya sudah dibeli dari oknum warga yang tidak bertanggungjawab.
"Semua lahan warga, baik warga transmigrasi maupun lahan warga setempat saat ini hampir semuanya sudah dikuasai pengusaha tambak, warga hanya menjadi penonton, dan pemerintah juga tidak peduli dengan keadaan sekarang akibat pemodal yang diduga kelompok tertentu yang datang merampok kekayaan warga desa labuan kananga.
"Sekarang saja banyak PT yang datang, baik PT.DMI,PT.AGRO WAHAYA BUMI dan perusahaan lainnya, dengan tujuan untuk usaha tambak, kelola hutang dan lainnya,"pungkasnya.
Sementara lokasi transmigrasi yang diberi nama SP1,saat ini telah merubah status sejak tahun 2012 dari SP1 RASABOU menjadi Desa RASABOU dengan jumlah KK transmigrasi pada tahun 2010-2011 sebanyak 200KK,sedangan yang tersisa warga transmigrasi asal lombok saat ini hanya 20KK, tambah 37KK warga tambahan lokal (asal bima) yang merupakan kebijakan mantan bupati Bima almarhum H.FERY ZULKARNAIN,ST pada tahun 2012.
"Tahun 2012 terbentuknya desa RASABOU, yang tersisa warga transmigasi sekarang hanya 20KK," kata kades RASABOU, Iskandar.
Ketika disinggung soal jumlah lahan yang dimanfaatkan untuk bangun rumah warga transmigrasi ? Iskandar mengaku sekitar 200hektar, dimana 100 hektarnya untuk pembangunan rumah sekaligus untuk lahan usaha 25 are tiap KK, dan 100hektarnya lagi untuk lahan garapan dari 200KK warga trans tersebut.
"Tanah seluas 200hektar itu sekarang sudah disertefikat semua, baik oleh warga trans yang ada sekarang, warga tambahan 36 orang berdasarkan SK BUPATI 2012, juga atasnama warga lain yang menggarapnya,"imbuhnya.
Lanjut bertanya, bagaimana dengan informasi adanya investasi tambak udang di desa RASABOU sekarang, Iskandar membenarkannya, namun hanya sekitar 25hektar.
" Gak banyak dibeli oleh pengusaha tambak itu, sekitar 25 hektar,"tandasnya.
Sedangkan untuk SP2 terdapat di desa Sori Panihi dengan jumlah KK yang tertinggal hanya beberapa puluh KK dari jumlah banyak, termasuk di SP3 Desa Oi Marai dengan luas lahan 63hektar, saat inipun lahan tersebut sudah disertefikat secara pribadi dan telah terjual padahal milik pemerintah transmigrasi lahan tersebut, termasuk lahan SP4 Desa Kawinda To,i dan lokasi Sp5 di desa Oi Katupa juga tinggal beberapa KK yang tertinggal, lahanya juga tidak ada.
"Dari enam desa di Tambora, semua warga tidak punya lahan untuk garap pertanian karena sudah semuanya dimutasi orang asing dan telah terjual oleh oknum tidak bertanggungjawab, rakyat tambora semuanya sengsara,"kata Abdurahman mantan kades labuan kanangan itu dengan nada kesalnya. (KS-ML)
COMMENTS