Pendidikan bisa maju, harus didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Bagi SMPN 1 Woha, paska kebakaran beberapa waktu lalu bahwa ruang ...
Pendidikan bisa maju, harus didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Bagi SMPN 1 Woha, paska kebakaran beberapa waktu lalu bahwa ruang kelas untuk belajar berkurang. Sehingga diberlakukan double clas yakni kelas pagi dan kelas siang. Pola tersebut tidak menghambat siswa dalam proses belajar dan mengajar, demikian juga terhadap para guru tetap semangat memberikan pembelajaran terhadap anak didik.
BIMA, KS.- Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Woha, membuat peraturan melarang seluruh siswa-siswinya untuk membawa masuk hand pone ke dalam lingkungan sekolah. Peraturan ini, banyak tantangan yang dihadapi, akan tetapi lambat laun para siswa pun menerimanya peraturan larang bawa hand pone tersebut.
Kepala SMPN 1 Woha, Nazamuddin S.PD. M.Pd yang ditemui wartawan Koran Stabilitas di ruang kerjanya, Kamis (13/3) mengatakan bahwa penerapan larangan membawa hand pone ke dalam lingkungan sekolah sudah lama diberlakukannya. “Sejak saya pimpin sekolah ini tiga tahun lalu, saya mulai menerapkan peraturan larangan bawa hand pone ke dalam lingkungan sekolah,” Ungkap Mantan Kepsek SMPN 2 Woha itu.
Menurut dia, bawa hand pone ke dalam lingkungan sekolah banyak negatifnya. Apalagi kalau siswa itu membawa hand pone ke dalam ruang kelas. “Pada saat guru menerangkan di depan, siswa yang bawa hand pone yang duduk di belakang asik main hand pone. Jadi tidak lagi konsentrasi mendengar apa yang diterangkan oleh guru di depan,” Terang Nazamuddin.
Larangan tersebut, apa awalnya mendapat tantangan dari siswa maupun orang tua. Akan tetapi, dirinya bersama dewan guru terus melakukan edukasi. Kalaupun kedapatan membawa hand pone ke dalam kelas, maka akan diberikan sangsi. “Saya tidak main main dengan keputusan larangan itu, kalau kedapatan saya akan berikan sangki. Namun tidak memberatkan para siswa,” ujar Nazamuddin. Seraya mengakui bahwa sampai sekarang tidak ada siswa sekolah tersebut yang bawa hand pone ke sekolah.
Selain itu, beber Nazamudin, pihaknya juga menerapkan kelas khusus bagi siswa baru yang masuk ke sekolah tersebut. Kelas itu diberi nama kelas literasi, yang akan mendidik siswa baru dengan kekurangan kemampuan membaca. “Kelas Literasi ini akan berlangsung selama 3 bulan, setelah itu siswa akan kembali ke kelasnya masing masing,” ungkap Nazamuddin.
Ditambahkan Nazamuddin, bahwa sekolah yang di pimpinnya itu memberlakukan double kelas yakni kelas pagi dan kelas sore. Pasalnya, masih kekurang ruang kelas. “Saat ini saya masih memberlakukan kelas pagi dan kelas siang. Karena masih kekurangan RKB,” Tutup Nazamuddin. (KS-Haris)
COMMENTS