Foto Asmawati saat dirawat di RS Arab Saudi Bima, KS.- Kisah pilu menimpa, Asmawati 21 tahun Tenaga Kerja Wanita (TKW) Arab Saudi asal Desa...
![]() |
Foto Asmawati saat dirawat di RS Arab Saudi |
Bima, KS.- Kisah pilu menimpa, Asmawati 21 tahun Tenaga Kerja Wanita (TKW) Arab Saudi asal Desa Simpasai Kecamatan Sape Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Perempuan yang jadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) itu menderita patah tulang tangan dan kaki usai terjatuh dari lantai 3 saat kerja.
Ironisnya, biaya perawatan di Rumah Sakit (RS) tidak ditanggung oleh sang majikan lantaran TKW non prosedural. Selama pengobatan, pembiayaan terpaksa ia merogoh kocek sendiri dengan dibantu oleh oleh teman-temannya sesama TKW Arab.
"Alhamdulillah, biaya pengobatan saya selama dirawat di RS dibantu oleh teman-teman sesama TKW," ungkap Asmawati dikonfirmasi, Jumat (14/3/2025).
Asmawati mengatakan, kini ia telah keluar dari RS dan menginap di kontrakan meksi kondisinya belum kembali pulih. Keputusan itu ia ambil lantaran keterbatasan dengan biaya pengobatan.
"Kata dokter, harusnya 9 bulan dirawat baru saya sembuh total. Karena gak ada biaya, saya lalu keluar dari RS dan nginap di kontrakan teman sesama TKW," terangnya.
Karena tidak bisa lagi bekerja, kini ia ingin kembali ke kampung halamannya di Desa Simpasai Kecamatan Sape. Hanya saja, ia terkendala keuangan karena ongkos pemulangan ke Indonesia lebih kurang habiskan biaya Rp20 lebih juta.
Agar bisa mendapatkan ongkos sebanyak itu, oleh keluarga dan teman sesama TKW tengah melakukan galang dana di media sosial (Medsos). Dengan harapan, uang cepat terkumpul sehingga bisa segera kembali terbang ke tanah air.
"Uangnya semoga cepat terkumpul biar saya bisa cepat pulang. Karena jujur aja, gak ada yang bisa saya andalkan, selain dari bantuan itu," keluh ibu satu orang anak ini.
Asmawati menceritakan, mulanya ingin jadi TKW dari informasi teman-temannya. Karena diimingi gaji besar, 2024 lalu ia dikirim oleh sponsor bernama Sumiati, warga Dompu dan Leo asal Sumbawa untuk jadi TKW Arab Saudi.
Sebelum diterbangkan ke Arab, Asmawati dikirim seorang diri ke Jakarta lalu di tempatkan ke penampungan 3 bulan lamanya. Di sana ia bertemu 3 TKW lain asal Bima, Dompu dan Lombok yang dikirim oleh orang yang sama sebagai klinik servis di Arab Saudi.
"Waktu di penampungan saya sempat curiga jadi korban TPPO, saat itu saya sempat hubungi orang yang mengirim, tapi mereka mengelak, dan memastikan jika saya dikirim sesuai aturan serta bakal dapat gaji sesuai perjanjian," ujarnya.
Setelah mendapat panggilan ada pekerjaan, Sumiati bersama 3 rekannya kemudian diterbangkan ke Arab Saudi. Setiba di sana, paspor hingga Hp disita dan mereka harus menunggu satu bulan baru dapat panggilan kerja sebagai pengasuh Lansia di tempat berbeda.
"Karena gak ada pilihan, saya pun bekerja di situ. Namun pas gajian setelah sebulan kerja, ternyata gaji yang saya terima sedikit tak sesuai dengan perjanjian awal," tuturnya.
Asmawati mengatakan, ia bersama rekannya sempat menghubungi pihak sponsor untuk komplain ketidaksesuaian gaji. Bukannya mendapatkan solusi, Hp mereka justeru disita oleh pihak terkait yang merupakan jaringan pengirim.
"Pernah kami komplain ke pengirim, tapi setelah itu Hp kami ujung-ujungnya disita oleh kantor," bebernya.
Karena merasa tertipu, Asmawati kemudian kabur dari rumah majikannya tersebut. Sebulan setelah itu, ia bekerja pada majikan lain sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) hingga akhirnya terjatuh dari lantai 3 saat mengepel lantai.
"Saya tiba-tiba terjatuh dari lantai 3 saat mengepel lantai. Saya baru sadar ketika nyampe RS," pungkasnya. (KS-JUL)
COMMENTS